BAB I
PENDAHULUAN
Jawa merupakan pulau
yang berbatasan dengan laut Jawa di sebelah utara, samudera hindia di sebelah
selatan, selat sunda di sebelah barat, dan sebelah timur berbatasan dengan
selat Bali. Jawa merupakan bagian dari lempeng tektonik Pasifik. Di Indonesia
lempeng pasifik disebut lempeng benua, dimana Jawa merupakan jalur pertemuan 2
lempeng yaitu lempeng Indo-Australia dengan lempeng Pasifik. Ada 3 gerakan
lempeng yaitu : saling ketemu, menjauh, dan bergeser. Gerakan lempeng di
Indonesia adalah saling ketemu. Lempeng benua dan samudera saling bertumbukan
ditandai dengan penunjaman ke bawah, dimana lempeng samudera dengan massa berat
yang lebih besar menunjam lempeng benua, yang ditunjam adalah massa penyusun
material daratan. Akibat penunjaman tersebut menyebabkan terbentuknya palung
dan terjadi formasi batuan yang tidak selaras sehingga terjadi pergerakan yang
mempengaruhi magma dalam bumi.Pada saat penunjaman, semakin ke bawah suhu
semakin tinggi, sehingga tekanan tinggi. Pada kedalaman tertentu penunjaman
tersebut dapat menghancurkan litosfer dan menguraikan athenosfer sehingga
menyebabkan jalur dalam bersifat vulkanik. Sumatera, Jawa, dan Bali hampir
sama/ sejajar garis penunjamannya. Dari uraian tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa pergerakan lempeng tektonik yang terjadi sangat mempengaruhi
kepulauan di Indonesia. Di Jawa jika terjadi gaya endogen berupa pengangkatan
dapat memunculkan busur-busur gunungapi.
Dalam makalah ini akan
dibahas secara umum kondisi Geologi dan Fisiografis dari pulau Jawa. Adapun
materi-materi yang akan dibahas yaitu : Sifat Umum Rilief, Kondisi Geologi, dan
Fisiografi pulau Jawa.
Pulau Jawa mempunyai
sifat fisiografi yang khas dan hal ini disebabkan karena beberapa keadaan. Satu
diantaranya Jawa beriklim tropis. Disamping itu ciri-ciri geografinya
disebabkan karena merupakan geosiklinal muda dan jalur orogenesa dengan banyak
vulkanisme yang kuat. Kondisi seperti itu mengakibatkan Jawa mempunyai bentuk
yang sempit dan memanjang. Perubahannya dalam bagian-bagian tertentu yaitu
sepanjang dan searah dengan panjangnya pulau Jawa. Sifat relief yang disebabkan
oleh iklim tropis sudah diketahui dan dipelajari di Indonesia. Curah hujan yang
besar dan temperatur yang tinggi menyebabkan pelapukan yang cepat dan intensif,
danudasi, dan gejala yang mengikuti adalah erosi vertikal. Perbedaan topografi
yang disebabkan karena adanya perbedaan batuannya kurang nampak jelas bila
dibandingkan dengan daerah iklim lain, meskipun pulau Jawa banyak terdapat
lembah kecil dan mempunyai tebing yang curam. Akibatnya banyak hujan berarti
banyak air yang harus dibuang sehingga banyak terjadi dijumpai parit alam
(gully) yang begitu rapat. Karena banyaknya pari-parit yang rapat mengakibatkan
topografinya terkikis, sehingga sisa permukaan yang dulu pernah terangkat
tinggal sebagian igir yang sempit dan akan hilang dalam waktu singkat.
Sebaliknya peneplain dan permukaan yang datar juga akan terbentuk dalam waktu
yang cepat dari pada di daerah iklim lainnya. Kondisi tersebut dapat
mengakibatkan suatu daerah berupa peneplain, tetapi untuk pulau Jawa mungkin
mengherankan mengapa semua topografinya belum merupakan peneplain. Alasannya
bahwa erosi dan danudasi dapat diimbangi oleh orogenesa muda dan epirogenesa
yang masih bergerak, yang mana gerak lipatan/ melipat masih terus berlangsung
dalam sebuah periode era pleistosen. Akan tetapi di balik itu gunungapi banyak
mengeluarkan bahan-bahan yang banyak dari pada apa yang dihasilkan oleh gejala
erosi pada permukaan tanah. Pada dasarnya dapat dibedakan 3 zona pokok
memanjang sepanjang pulau. Ketiga zona ini sangat berbeda baik di Jawa Timur,
Jawa Tengah, maupun Jawa Barat. Dibagian tengah dan bagian paling barat pulau
Jawa, zona-zona serta jalurnya tampak kurang jelas karena menunjukan adanya
perubahan-perubahan. Zona-zona tersebut dapat digolongkan sebagai berikut:
a. Zona Selatan
Kurang lebih berupa
plato, berlereng (miring) ke arah selatan menuju laut Hindia dan disebelah
utara berbentuk tebing patahan. Kadang-kadang zona ini sering terkikis sehingga
kehilangannya bentuk platonya. Di Jawa Tengah sebagian dari zona ini telah diganti
(ditempati) oleh dataran alluvial.
b. Zona Tengah
Di Jawa Timur dan
sebagian dari Jawa Barat merupakan depresi. Di tempat-tempat tersebut muncul
kelompok gunung berapi yang besar. Di Jawa Tengah sebagian daerahnya diganti
(ditempati) oleh rangkaian pegunungan Serayu selatan, yang mana disebelah utara
berbatasan dengan depresi yang lebih kecil. Di bagian paling barat daerah
Banten ditempati oleh bukit-bukit dan pegunungan.
c. Zona Utara
Zona utara terdiri
dari rangkaian gunung lipatan, berupa bukit-bukit rendah diselingi oleh
beberapa gunungapi. Dan ini biasanya berbatasan dengan dataran alluvial.
B. KONDISI GELOGI JAWA
Dari sudut geologi
ketiga zona tersebut mempunyai sifat yang berbeda, yaitu:
a. Zona Selatan
Di zona selatan ini
lapisan yang lebih tua terdiri dari endapan vulkanik yang tebal (breksi tua)
dan bahan-bahan endapan (seperti alas Anulatus) yang terlipat pada waktu
periode meosen tengah. Di bagian selatan zone ini mengalami sedikit lipatan,
tetapi lipatan tersebut menjadi lebih kuat di dekat batas sebelah utara. Daerah
ini merupakan daerah peralihan dari zona tengah yang ditutupi secara tidak
selaras (unconfonform) oleh bahan-bahan yang tidak terlepas dari meosen atas.
Dibanyak tempat lapisan ini telah dipengaruhi oleh gerakan miring (tilted).
Dibeberapa tempat dasar (alas/bed) meosen atas ini terdiri dari batuan kapur
yang mempunyai pengaruh yang sangat nyata pada topografinya. Endapan yang lebih
muda dari meosen muda dan endapan pleosen tua hampir tidak ada.
b. Zona Tengah
Sepeti di Jawa Timur
zona ini ditempati oleh depresi yang diisi oleh endapan vulkanik muda. Sifat
geologisnya hanya dapat dilihat di Jawa Tengah dan Jawa Barat. Di zona ini
Gerakan orogenesa meosen tengah dan meosen muda sangat kuat dan sering
menyebabkan lipatan menjungkir atau membentuk struktur menjorok (Thrusting/
Imbricated) menyebabkan batuan tersier atau juga lapangan pratersier tertutup,
yaitu di daerah pegunungan Jiwo, daerah Lokulo di Jawa Tengah, pegunungan Raja
Mandala, lembah Cimandiri, dan Banten bagian selatan. Pada periode neogen
terdapat juga beberapa lapisan tak selaras dan sedikit lipatan yang terjadi
setelah akhir neogen.
c. Zona Utara
Di zona utara ini
lapisan neogen muda lebih tebal dibanding zona lainnya, dan ini adalah inti
dari geosklinal muda. Lipatan yang lebih tua terjadi sejak periode meosen atas.
Lipatan ini nampak lebih jelas di zona tengah tetapi juga dapat dilihat di zona
utara dari Jawa Tengah. Di lain tempat pengendapan berlangsung selama periode
meosen tengah dan meosen atas. Di igir pegunungan Kendeng (Jawa Timur)
pengendapan pada geosklinal berjalan terus sampai plestosen tengah. Selam
plestosen tengah orogenesa dihasilkan dari lipatan yang keras dengan lipatan
yang terbalik (Upturned Folds and Thrust). Lebih menuju ke periode kwarter mungkin
dapat dilihat tetapi pelipatan plestosen tengah berjalan terus dan menonjol. Di
Jawa Barat gerakan pelipatan utama terjadi pada permulaan pletosen kemudian
diikuti oleh gerakan lipatan yang lemah setelah periode igir plestosen tengah.
Di sebelah utara igir penggunungan Kendeng dikenal dengan sebutan bukit
Rembang. Di daerah tersebut lapisan neogennya jauh lebih tipis dari pada di
pegunungan Kendeng dan sebagian terdiri dari batuan kapur. Zona ini terletak di
sebelah utara dari poros geosiklin neogen, yaitu merupakan daerah peralihan
antara masa dataran yang sekarang ditempati oleh laut Jawa yang terjadi pada
jaman meosen dengan poros pegunungan Kendeng itu sendiri. Pengendapan berjalan
terus selama periode atau bagian dari era plestosen.
C. KONDISI FISIOGRAFI
JAWA
1. Jawa Timur
Zona yang berbeda
sangat jelas dan mudah dipisahkan di daerah Jawa Timur atau paling tidak
sebagian besar dari bagian tadi dapat diketahui dengan jelas. Adapun pembagian
satuan/ zona fisiografi di Jawa Timur adalah:
a. Zona Plato Selatan
Deskripsi fisiografi
dari zona plato selatan baik dimulai disebelah barat dan pada daerah peralihan
dari Jawa Tengah ke Jawa Timur, karena bagian ini sangat nyata dan dapat
diamati dengan jelas, terutama berdasarkan penyelidikan mendasar dari H. Lehman.
Permukaan plato ini merupakan sebagian peneplain yang terangkat (uplifted),
meliputi baik pada batuan meosen tua dan batuan kapur meosen muda. Peneplain
ini tidak hanya terangkat tetapi juga mengalami gerak pembengkokan (warped) ke
dalam depersi dan kulminasi yang luas. Zona Plato Selatan kondisi Fisiografinya
meliputi:
- Topografi Karst
Gunung Sewu
- Cekungan Wonosari
dan Baturetno
- Escarpment Plato
Selatan
- Perluasan Lembah
- Zona Plato disebelah
Timur Popoh
- Semenanjung
Blambangan
- Zona Tengah Vulkanik
- Kelompok Pegunungan
Arjuno
- Kelompok Pegunungan
Tengger
- Kelompok pegunungan
Paling Timur
- Kelompok Gunung
Wilis
- Kelompok Gunung Lawu
b. Zona Utara atau
Zona Lipatan.
Zona Utara ini
keadaannya paling lebar di Jawa Timur ±87 km. Di Jawa Timur dibagian utara
dapat dibagi menjadi 2 sub zona yang berbeda:
- Igir Pengunungan
Kendeng
Igir pegunungan
Kendeng merupakan kenampakan garis yang horizontal, dimana semua
punggung-punggungnya mempunyai tinggi yang sama. Menurut Rutten yaitu terbentuk
sebagai akibat kerja peneplainisasi sehingga mencapai ketinggian permukaan yang
sama. Dan ketinggian peneplain tadi menurut Lehman berkisar ± 120-145 m yaitu
tinggi dekat lembah melintang dari Bengawan Solo ke arah barat naik sampai
setinggi 180 m, dan ke timur semakin tinggi lagi ± 250 m. Sisa peneplain hanya
terdapat pada igir yang terdiri dari batuan yang tahan lapuk. Menurut Lehman
bahwa diantara igir tadi terdapat suatu sistem pengikisan permukaan yang lebih
rendah, yaitu pada ketinggian ± 150 m di atas permukaan laut. Untuk menentukan
umur dari pengikisan permukaan intramontana dan umur dari peneplain di atas,
maka harus mengarahkan penyelidikan pada endapan yang terlipat. Untungnya
stratigrafi dari endapan terlipat ini diketahui umurnya dari penyelidikan yang
dilakukan oleh L.J.C Van Es dan diteruskan Duyjes yaitu diketemukan fosil
binatang bertulang belakang. Dengan demikian urutan geomorfologinya menurut
Lehman adalah endapan yang terjadi pada plestosen tua yang menutupi alas
plestosen Kalibeng adalah alas Pucangan yang mana telah diketemukan fauna Jetis
berumur plestosen tua. Dari sebelah timur masih merupakan endapan laut, di
sebelah barat sebagian endapan terdiri dari vulkanis dan sebagian terdiri dari
tanah liat air tawar. Hal ini menunjukan pernah terjadi regresi, menurut Duyjes
dikatakan bahwa regresi yang terjadi akibat dari gerak tektonik. Tetapi oleh
Smith Sibinga dikatakan bahwa regresi tadi akibat dari karena penurunan
permukaan air laut. Di lereng sebelah selatan igir Kendeng terdapat semacam breksea
endesitik Notopuro, yang mana menutupui alas Kabuh secara conform.
- Perbukitan Rembang
Perbukitan Rembang
terdiri dari bukit-bukit lipatan, tetapi berbeda dengan pegunungan Kendeng.
Dari sudut tektonik lipatan di perbukitan Rembang lebih landai dan simetris
dari pada yang terdapat di Kendeng, dimana zona Kendeng lipatannya kuat, curam,
dan upturned.
Ditinjau dari sudut
stratigraphy endapan neogen muda lebih tipis hal ini disebabkan karena daerah
tadi terletak di luar proses neogen geosiklin dan merupakan daerah peralihan
terhadap zona laut Jawa. Beberapa endapan terutama plestosen atas terdiri dari
batuan kapur (gb 16) yang mempunyai pengaruh dalam topografi. Endapan-endapan
plestosen bawah dan tengah sebagian terdiri dari batuan tanah liat. Dengan demikian
sangat mudah dirusak oleh gaya erosi ditempat siklin. Gerak lipatan ini terjadi
pada bagian akhir plestosen tengah.
Dari sudut fisiografi
suatu perbedaan dengan pegunungan Kendeng bahwa ia merupakan antiklin
seungguhpun sebagian telah miring, tetapi secara topografi ia masih jelas dalam
kektinggiannya yang di atasnya ditutupi oleh lapisan datar dari suatu
peneplain, hal ini telah dijelaskan oleh Lehman, yaitu karena adanya gerakan
lipatan yang lambat dan berlanjut selama proses erosi dan danudasi. Permukaan
yang diratakan terletak diantara antiklin masih mempunyai tinggi kurang lebih
150-300 meter. Diantara lipatan tersebut terdapat depresi dimana permukaan
aslinya mulai menurun dan yang sekarang telah diisi oleh endapan muda seperti
cekungan Belora, Jojongan dan lain-lain. Pola drainase asli dari antiklin
adalah radial, tetapi karena fase gerak lipatan yang terjadi kemudian dan juga
gerak pengangkatan dari beberapa antiklin maka sungai-sungai akan memperdalam
lembah-lembahnya pada permukaan dasar dan merubah aslinya menjadi subsekwen
yaitu menurut batuan yang lunak
Gambar Kondisi Geologi dan Fisiografi Jawa
Timurv
2. Jawa Tengah
a. Zona Selatan
Di zona selatan ini
sudah banyak daerah yang tertutup oleh dataran alluvial. Dataran pantai yang
terjadi di pesisir selatan terjadi karena penurunan/ penenggelaman ke bawah
permukaan laut. Sisa paling timur dari zona ini terdapat di pegunungan Progo.
Sisa ini berbentuk seperti bentuk dome. Hanya dibeberapa tempat di Nanggulan
terdapat endapan batu-batuan eosen terdiri dari breksi andesit oligosen,
sebagian tertutup oleh batuan kapur meosen. Setelah beberapa gerakan tektonik
sebagian besar daerah tadi diratakan dan untuk waktu yang lama tetap sebagai dataran
rendah. Selanjutnya karena pergerakan yang terjadi kemudian sebagian dari
peneplain ini terangkat sehingga terjadi dome dan di daerah sekitarnya
mengalami penurunan. Pada puncak dome beberapa bagian dari peneplain tua masih
nampak demikian juga sekelilingnya berupa daerah batuan kapur yang mempunyai
kenampakan topografi karst.
Dengan demikian
pegunungan Progo dapat dimasukan ke dalam zona selatan yang ada di sebelah
timur Jawa Tengah. Oleh karena itu dapat dianggap bahwa “updoming” dari
pegunungan Progo barat seumur dengan pengangkatan dari zona selatan yang ada di
Jawa Timur. Sisi utara dari pegunungan Progo barat ini terpotong escarpment
seperti halnya dengan zona selatan. Pelipatan di sisi utara Progo lebih kuat,
sifat tektonik berubah dan dapat dikatakan peralihan ke zona tengah. Pada kaki
escarpment ini batu-batuan tua nampak menonjol dipermukaan, tidak jauh dari
candi Borobudur. Keadaan ini seperti yang terjadi di pegunungan Jiwo. Bagian
selanjutnya dari zona selatan adalah daerah Karang Bolong yang terdiri dari
lapisan meosen batuan kapur meosen muda dengan karst relief yang menutupi
batuan andesit tua. Di sebelah selatan clifnya dibatasi oleh lautan. Di sebelah
utara oleh celah (pass) yang menghubungkan dengan barisan pegunungan dari zona
tengah. Sisa zona selatan yang lain yaitu pulau Nusa Kambangan dan bukit Selok.
T. Hoen menganggap bukit Selok dan Nusa Kambangan merupakan suatu Horst. Di
Nusa Kambangan lapisan tanahnya (strata) terangkat dan mungkin juga terlipat.
Di atas strata tersebut terdapat permukaan-permukaan yang terkikis. Dari sudut
geologis Nusa Kambangan membentuk peralihan ke zona tengah, tetapi secara
fisiografi dapat disamakan/ dimasukan dalam zona selatan.
b. Zona Tengah
Berbeda dengan Jawa
Timur, zona tengah disini bukan merupakan depresi, melainkan suatu daerah
pegunungan disebut pegunungan Serayu selatan. Pada zona selatan merupakan zona
plat yang terangkat, terletak lebih ke timur, dan sebagian besar tertutup oleh
dataran alluvial. Di Jawa Tengah zona ini dipengaruhi oleh gerakan yang
berlawanan. Pegunungan Serayu ini dimasukan dalam zone selatan berdasarkan
pertimbangan geologis. Dari sudut geologi daerah ini mengalami lipatan dan
thrusting pada waktu periode meosen, akibatnya tidak hanya batuan tertier tua
saja yang tampak tetapi juga batu-batuan kristalin dan batu-batuan mesozoikum
lainnya.
c. Zona Utara
Peneplain Kendeng
tertutup dibagian barat oleh batuan breksea vulkanis yang banyak memiliki
kesamaan dengan Alas Notopuro. Lapisan tersebut menutup pegunungan Kendeng
bagian barat dengan tidak konform dan terlipat sangat kuat disini disebut Alas
Damar. Zona utara terdiri dari :
• Gunung Ungaran
Tempat ini mengalami
pengangkatan seperti halnya sisa-sisa dari zona pegunungan Kendeng dan
dibeberapa tempat terdapat patahan-patahan, juga pusat dari gunung yang tua
tenggelam sepanjang patahan-patahan yang berbentuk lingkaran. Pada depresi tadi
gunung Ungaran muda muncul, sekarang dialiri oleh sungai yang telah membentuk
lembah sempit menuju lingkaran kawah yang telah terangkat dari breksea
vulkanis.
• Gunung Suropati dan
depresei Pening
Gunung Suropati tua
yang rendah terpotong jadi dua bagian oleh lembah yang besar. Lembah ini
bergabung dengan depresi Pening dimana bahan-bahan vulkanis dari segala arah
dibawa kesitu dan terbendung di sebelah timur oleh pungung lipatan. Terjadinya
rawa Pening ini sebenarnya merupakan pembendungan baik oleh pengangkatan
punggung lipatan maupun arus vulkanis. Sungai Tuntang memotong igir tadi,
sehingga mengalirkan air Rawa Pening, tetapi air Rawa Pening naik lagi akibat
diadakan Station listrik pada lembah Tuntang.
• Kompleks pegunungan
Dieng/ Sundoro
Bagian selanjutnya
dari zona utara ini ditempati oleh beberapa kompleks pegunungan :
- Kompleks pegunungan
Dieng terdiri dari suatu kelompok gunung, diantaranya terdapat plato dengan
beberapa pusat letusan kecil. Plato ini disebut Dieng plato dengan beberapa
candi-candi Hindu yang terkenal.
- Gunung Sundoro
adalah gunung muda yang terletak disebelah tenggara Dieng yang merupakan
peralihan pegunungan zona tengah.
- Komples pegunungan
Jembangan sebelah utara Dieng, terdiri dari pegunungan tua dan depresi vulkano
tektonik yang dipengaruhi oleh patahan-patahan yang mana sebagian besar
mengalami longsoran.
Gambar Kondisi Geologi dan Fisiografi Jawa
Tengahv
3. Jawa Barat
Morfologi jawa barat terbagi menjadi tiga zone
antara lain :v
a. Zona Selatan
Zona Selatan merupakan
jalur yang bersambung dan luas, berawal dari Nusa Kambangan sebelah timur ke
pelabuhan Ratu di sebelah barat yang terakhir dibatasi oleh laut yang dalam
dari samudera Hindia. Zona Selatan terdiri dari :
- Plato Jampang
Plato Jampang memiliki
dip ke Selatan dengan escarpment di sebelah utaranya.. Pada Plato Jampang ini
terdapat cliff yang sangat mencolok karena proses pengangkatan. Pada sudut
barat daya sisa-sisa dari endapan tanggul yang terangkat ditemukan Duyfjespada
“Platform” bawah yang menunjukan penurunan sementara ke bawah permukaan laut.
Daerah ini mempunyai keistimewaan berupa pola lembah yang sejajar dengan garis
pantai. Pola lembah tersebut terjadi karena alur sungai yang mengalir sejajar
dengan garis pantai diantara tanggul pantai yang belum terjadi pengangkatan. Di
dekat batas bagian utara daerah ini terangkat dengan ketinggian kurang lebih
700 meter dan tanggul pantai bagian dalam terangkat sampai 400 meter. Di
daerah-daerah pada permukaan Lengkong terdapat bukit-bukit yang menonjol
tinggi. Jalur yang mencolok dari bukit-bukit tersebut memotong Plato secara
miring yang terletak di sebelah selatan Cikaso Udik sampai Cibuni.
- Plato Rongga
Plato Rongga terletak
di sebelah timur gunung Malang. Plato ini dipnya merupakan “Flexur” tidak
teratur berarah ke dataran Bandung dan sisi tenggaranya dibatasi oleh massa
intrusi yang lebih tinggi yaitu gunung Cillin. Jauh ke timur seluruh escarpment
besar dari zona selatan ini tertimbun oleh pegunungan muda gunung Malabar,
Papandai dan Cikurai. Plato ini merupakan bagian plato selatan yang sudah
tertutup oleh bahan-bahan vulkanis.
- Plato Karangnunggal
Plato ini terletak
jauh ke timur dekat dengan Karangnunggal dengan permukaan 350-400 meter di atas
permukaan laut. Di sebelah utaranya terdapat igir yang lebih tinggi. Plato
Karangunggal ini jauh lebih rendah, lebih muda dan tidak diketahui apakah
berkaitan dengan Plato Lengkong atau masih lebih muda lagi.
b. Zona Tengah
Ada Persamaan antara
zona tengah di Jawa Timur dan di Jawa Barat. Keduanya merupakan depresi jika
dibandingkan terhadap zona disekitarnya dan kedua-duanya merupakan kedudukan
dari gunung berapi. Selain persamaan ada beberapa perbedaaan, yaitu :
• Zona Tengah di Jawa
Barat disebut depresi tetapi memiliki kedudukan yang masih tetap tinggi,
contoh: Depresi Bandung mempunyai ketinggian 675 meter di atas permukaan air
laut.
• Pada zona tengah
Jawa Barat gunung berapi tidak terletak pada garis lurus sepanjang bagian
tengah depresi.
• Pada zona tengah
Jawa Barat terdapat beberapa igir dari lipatan yang jarang ditemukan di zona
tengah Jawa Timur, dimana keadaanya berganti-ganti dengan depresi.
• Di bagian barat
(Banten) yang menunjukan sifat yang berbeda, dimana tidak terdapat depresi,
tetapi terdapat komplek pegunungan yang sedikit demi sedikit merendah menjadi
perbukitan yang rendah sampai ke ujung sebelah barat pulau Jawa.
Zona Tengah Jawa Barat
terdiri dari :
- Dataran Tasikmalaya
Gunung Sawal menempati
posisi yang terpisah di tengah-tengah zona tengah. Dan kelompok pegunungan
selanjutanya terdapat di sebelah barat dari dataran Tasikmalaya. Pegunungan ini
merupakan penghalang utama dalam menghubungkan dengan zona selatan, dimana
hanya terdapat celah sempit yang dipergunakan untuk jalur jalan raya
(Galunggung, Talagabodi Cakrabuana).
- Dataran Garut.
Kota Garut dikelilingi
pada semua sisinya oleh gunung berapi, di sebelah selatan gunung Kracak Tua dan
gunung Cikaruai muda yang masih berbentuk kerucut yang teratur dan pada sebelah
barat daya, barat dan utara berhubungan dengan gunung-gunung yang melintang
yaitu gunung Papandai, Guntur, Mandalawangi, Calancang.
- Kompleks Pegunungan
di Barat Garut.
Gunung yang paling
utara ialah gunung Calancang yang tua dan kompleks, dimana sebagian sudah
merupakan zone utara. Pegunungan dibagi menjadi dua golongan yaitu kelompok
gunung Takuban Prahu dan Pegunungan Malabar yang memanjang dari timur ke barat
gunung Takuban Prahu di batas utara.
- Lipatan Rajamandala
Di sebelah dataran
Bandung terdapat gunung Rajamandala memanjang miring memotong zona tengah dan
menghubungkan antara zona selatan dengan zona utara.
- Dataran Bandung.
Di sepanjang lembah
Citarum terdapat tuff air tawar, tanah liat. Daerah ini telah mengalami patahan
dan kemudian terangkat dibeberapa tempat dan tertutup secara tidak konform oleh
tuff lakustrin baru.
- Dataran Cianjur -
Sukabumi.
Depresi Cianjur telah
mengalami penurunan lebih rendah dari dataran Bandung. Bagian yang paling dalam
lebih kurang 270 meter di atas permukaan air laut. Ditengah Depresi
Cianjur-Sukabumi muncul gunung Gede Panrangro, berupa gunung kembar.
- Kompleks gunung
Gede-Pangrango
Gunung tertua pada
daerah ini adalah gunung Pangrango Tua dengan kawahnya yang besar dimana
diperdalam karena proses erosi. Pada sebelah timur terdapat topografi longsoran
vulkanis yang khas yang terdiri dari kubah-kubah tidak beraturan pada dataran
rendah.
- Sektor Banten
Bagian paling barat
atau sektor Banten dari zona tengah keadaannya berbeda dengan bagian-bagian
lainnya dari zona ini. Sektor Banten terdiri dari daerah pegunungan yang rumit
yang dibangun baik oleh intrusi maupun batuan berlapis dan terkikis kuat dengan
lembah-lembah yang dalam.
c. Zona Utara
Zona utara terdiri
dari :
- Daerah Lipatan
Di Jawa timur dan Jawa
tengah endapan-endapan berjalan terus tanpa gangguan selama pleosen dan
pletosen tengah bagian bawah. Di Jawa Barat endapan-endapan diselingi oleh
beberapa lapisan tidak konform, dimana lapisan pleosen atas dari alas Bojong di
Banten serta alas pleosen Ciberang dan kali Glagah diendapkan sebagai endapan
laut terakhir.
- Endapan Kipas
Berupa celah yang
besar dibagian utara dekat dengan Bogor, dimana melalui celah ini mengalir
bahan vulkanis Gede-Pangrango dan gunung Salak memencar merupakan kipas
alluvial mencapai dekat Jakarta. Rangkaian lipatan ke timur dari celah ini
ditutupi oleh endapan vulkanik lain pada permukaan yang lebih tinggi.
- Jalur Peneplain
Di bagian barat celah
Bogor terdapat suatu peneplain dengan ciri-ciri khusus yang terdiri dari tuff
sedikit terlipat diselingi oleh massa intrusif yang keras dengan puncak yang
datar dan reruntuhan pegunungan tua.
- Gunung Cireme dan
Sekitarnya
Gunung Cireme berupa
gunung muda endapan vulkanisnya mengalir dan menutupi sebagian besar dari
batuan lipatan lapissan bawahnya yang dibeberapa tempat batuan tadi menonjol
dari batuan vulkanik bagian luar. Aliran vulkaniknya bebas sampai mencapai laut
Cirebon. Pada lereng barat daya terdapat reruntuhan dari pegunungan tua. Di
selatan terdapat pegunungan Celancang tua yang menutupi zona utara.
- Kompleks Takuban
Prahu.
Kompleks pegunungan
Takuban Prahu merupakan pusat peletusan yang terletak di utara Bandung. Bagian
yang tua telah terpotong/ terkoyak oleh beberapa patahan, dan sebagian dari pegunungan
ini telah longsor. Pergerakan ini ada hubungannya dengan pelipatan terakhir
dari pegunungan Tambakan. Sebagian lereng selatan telah berbatasan dengan
patahan Lembang, dimana bagian utara dari kompleks ini telah terlempar dan
longsor. Dan sisa yang tertinggal dari pegunungan ini muncul lagi yang muda.
- Kompleks Pegunungan
di Banten
Kompleks pegunungan
yang besar di barat laut yang agak terpencil berupa komplek pegunungan dengan
pusatnya berupa kaldera. Danau dibagian barat dekat selat Sunda.
Kondisi Geologis Jawa Baratv
a. Zona Selatan
Zona Selatan terdiri
dari tiga plato yaitu plato Jampang, Rongga, Karangnunggal. Struktur geologi
yang terbentuk pada Zona Selatan adalah struktur patahan. Kondisi geologisnya
yaitu berupa endapan yang luas yaitu meosen atas yang terdiri dari breksea
andesit seri batuan pegunungan Beser. Batuan yang dominan yaitu batuan andesit
yang terbentuk karena proses intrusi magma.
b. Zona Tengah
Zona Tengah merupakan
zona depresi dimana banyak terdapat gunung berapi. Batuan yang dominan adalah
batuan beku karena proses erupsi (aktivitas gunung berapi). Dan juga terdapat
batuan yang lain berupa batuan piroklastik dan aliran lava dihasilkan oleh 3
pusat erupsi utama yaitu G. Calancang yang menghasilkan 1 satuan aliran
piroklastik, G. Kendan yang menghasilkan I satuan lava dan G. Mandalawangi yang
menghasilkan 5 satuan lava dan 1 satuan jatuhan piroklastik.
Struktur geologi yang
terbentuk adalah struktur sesar yang menunjukkan pola struktur dengan arch
barat laut - tenggara. Terbentuknya struktur sesar sebagai akibat adanya
aktivitas tektonik. Kegiatan magmatis yang berlanjut hingga Pleistosen Akhir
menimbulkan gejala alterasi pada endapan volkanik yang berumur lebih tua yaitu
Satuan Lava Pr. Citiis dan Satuan Lava Mandalawangi I.
c. Zona Utara
Struktur geologi yang
terbentuk pada zone utara adalah struktur lipatan. Pada beberapa tempat seperti
gunung Tampomas dan sungai Cimanuk, dimana zona selatan telah diratakan dan
membentuk plato dan memiliki hubungan dengan pegunungan tua dan alas Tambakan.
Di Zona sebelah luar dimana batuan Tambakan yang keras tidak ada, riliefnya
telah menjadi rata dengan sisa-sisa bukit rendah menonjol di atas dataran
alluvial dan akhirnya dipping di bawah lapisan-lapisan alluvial.
Gunung Ciremai
termasuk gunungapi Kuarter aktif, tipe A (yakni, gunungapi magmatik yang masih
aktif semenjak tahun 1600), dan berbentuk strato. Gunung ini merupakan
gunungapi soliter, yang dipisahkan oleh Zona Sesar Cilacap – Kuningan dari
kelompok gunungapi Jawa Barat bagian timur (yakni deretan Gunung Galunggung,
Gunung Guntur, Gunung Papandayan, Gunung Patuha hingga Gunung Tangkuban Perahu)
yang terletak pada Zona Bandung.
Ciremai merupakan
gunungapi generasi ketiga. Generasi pertama ialah suatu gunungapi Plistosen
yang terletak di sebelah G. Ciremai, sebagai lanjutan vulkanisma Plio-Plistosen
di atas batuan Tersier. Vulkanisma generasi kedua adalah Gunung Gegerhalang,
yang sebelum runtuh membentuk Kaldera Gegerhalang. Dan vulkanisma generasi
ketiga pada kala Holosen berupa G. Ciremai yang tumbuh di sisi utara Kaldera
Gegerhalang, yang diperkirakan terjadi pada sekitar 7.000 tahun yang lalu
(Situmorang 1991).
Letusan G. Ciremai
tercatat sejak 1698 dan terakhir kali terjadi tahun 1937 dengan selang waktu
istirahat terpendek 3 tahun dan terpanjang 112 tahun. Tiga letusan 1772, 1775
dan 1805 terjadi di kawah pusat tetapi tidak menimbulkan kerusakan yang
berarti. Letusan uap belerang serta tembusan fumarola baru di dinding kawah
pusat terjadi tahun 1917 dan 1924. Pada 24 Juni 1937 – 7 Januari 1938 terjadi
letusan freatik di kawah pusat dan celah radial. Sebaran abu mencapai daerah
seluas 52,500 km bujursangkar (Kusumadinata, 1971). Pada tahun 1947, 1955 dan
1973 terjadi gempa tektonik yang melanda daerah baratdaya G. Ciremai, yang
diduga berkaitan dengan struktur sesar berarah tenggara – barat laut. Kejadian
gempa yang merusak sejumlah bangunan di daerah Maja dan Talaga sebelah barat G.
Ciremai terjadi tahun 1990 dan tahun 2001. Getarannya terasa hingga Desa
Cilimus di timur G. Ciremai.
Gambar Kondisi Geologi dan Fisiografi Jawa
Baratv
BAB
III
PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan
makalah di atas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Kawasan pulau Jawa
merupakan pertemuan dua lempeng yaitu lempeng Indo-Australia dengan lempeng
Pasifik.
2. Gerakan lempeng di
Indonesia sangat mempengaruhi kepulauan di Indonesia.
3. Jawa mempunyai
sifat fisiografi yang khas, karena Jawa beriklim tropis, merupakan geosiklinal
muda, dan jalur orogenesa dengan banyak vulkanisme yang kuat. Kondisi tersebut
mengakibatkan pulau Jawa mempunyai bentuk yang sempit dan memanjang.
4. Dari bentuk pulau
Jawa yang sempit dan memanjang, terdapat 3 zona pokok memanjang sepanjang
pulau, yaitu : Zona selatan yang kurang lebih berupa plato, zona tengah yang berupa
depresi, dan zona utara yang berupa rangkaian gunung lipatan.
5. Ditinjau dari
kondisi geologi ketiga zona tersebut mempunyai sifat yang berbeda, yaitu: zona
selatan terdiri dari endapan vulkanik yang tebal dan bahan-bahan endapan yang
terlipat pada waktu periode meosen tengah, zona tengah ditempati oleh depresi
yang diisi oleh endapan vulkanik muda, zona utara merupakan inti dari
geosiklinal muda dimana banyak terdapat lipatan.
6. Kondisi fisiografi
Jawa :
- Jawa Timur :
Zona plato selatan
dimana permukaan plato ini merupakan sebagian peneplain yang terangkat
(uplifted), meliputi baik pada batuan meosen tua dan batuan kapur meosen muda.
Zona utara atau zona
lipatan kondisinya paling lebar di Jawa timur ±87 km dimana dibagi menjadi 2
sub zona yang berbeda, yaitu Igir Pegunungan Kendeng dan Perbukitan Rembang.
- Jawa Tengah
Zona selatan adalah
daerah yang tertutup oleh dataran alluvial. Dataran pantai yang terjadi di
pesisir selatan terjadi karena penurunan/ penenggelaman ke bawah permukaan
laut.
Zona tengah di sini
bukan merupakan depresi, melainkan suatu daerah pegunungan yang disebut
pegunungan Serayu selatan. Dari sudut geologi daerah ini mengalami lipatan dan
thrusting pada waktu periode meosen.
Zona utara merupakan
peneplain Kendeng yang tertutup dibagian barat oleh batuan breksea vulkanis
yang banyak memiliki kesamaan dengan Alas Notopuro.
- Jawa Barat
Zona selatan merupakan
jalur yang bersambung dan luas, berawal dari Nusa Kambangan sebelah timur ke
pelabuhan Ratu di sebelah barat yang terakhir dibatasi oleh laut yang dalam
dari samudera Hindia.
Zona tengah memiliki
kesamaan antara zona tengah di Jawa Timur dan di Jawa Barat. Keduanya merupakan
depresi jika dibandingkan terhadap zona disekitarnya dan kedua-duanya merupakan
kedudukan dari gunung berapi.
Kondisi Geologis Jawa
Barat
Zona selatan terdiri
dari tiga plato yaitu plato Jampang, Rongga, Karangnunggal. Struktur geologi
yang terbentuk pada Zona Selatan adalah struktur patahan.
Zona tengah merupakan
zona depresi dimana banyak terdapat gunung berapi. Batuan yang dominan adalah
batuan beku karena proses erupsi (aktivitas gunung berapi) dan juga terdapat
batuan yang lain berupa batuan piroklastik dan aliran lava dihasilkan oleh 3
pusat erupsi utama.
Zona utara struktur
geologi yang terbentuk pada zone utara adalah struktur lipatan.
B. Saran
Dari hasil pembahasan
makalah di atas dapat di ambil beberapa saran yaitu antara lain:
1. Agar mahasiswa
dapat mengetahui keadaan geologi dan fisiografi pulau Jawa.
2. Agar mahasiswa
mengetahui secara runtut dampak, gejala, dan proses geologi yang terjadi di
Jawa yang kemudian dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar