BAB
1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada bulan November 1949, dinas
rahasia militer belandamenerima laporan, bahwa westerling telah mendirikan
organisasi rahasia yang mempunyai
pengikut sebesar 50.000 orang. Westerling adalah Ratu Adil Persatuan Indonesi (
RAPI ) dan memiliki satuan bersenjata dinamakan Angkatan perang Ratu Adil”
B. RUMUSAN MASALAH
·
Mengulas
tentang pemberontakan APRA
·
Tentang
westerling pembentukan APRA
·
Latar
belakang terjadinya APRA
·
Jalanya
pemberontakan APRA
·
Mengetahui
penumpasan APRA
·
Mengetahui
dampak pemberontakan APRA
BAB
II PEMBAHASAN
PEMBERONTAKAN
ANGKATAN PERANG RATU ADIL
( APRA )
Kepercayaan rakyat Indonesia akan datangnya Ratu Adil dimanfaatkan Westerling untuk meraih massa guna mewujudkan
keinginannya. Kepercayaan tersebut memperlihatkan bahwa sebagian rakyat
Indonesia yang telah lama menderita karena penjajahan, baik oleh Belanda atau
Jepang, mendambakan datangnya suatu masa kemakmuran seperti yang terdapat dalam
ramalan Jayabaya.
A. Peran Westerling
dalam Pembentukan APRA
Raymond Pierre Paul Westerling lahir di
Istanbul, 31 Agustus 1919 dan meninggal di Belanda, 26 November 1987 pada usia
68 tahun. Westerling lahir sebagai anak kedua dari Paul Westerling dan Sophia
Moutzou. Dia komandan pasukan Belanda yang terkenal karena memimpin Pembantaian
Westerling pada tahun 1946 sampai 1947 di Sulawesi Selatan dan percobaan kudeta
APRA di Bandung, Jawa Barat.
Westerling yang dijuluki si Turki
karena lahir di Istanbul, mendapat pelatihan khusus di Skotlandia. Dia masuk
dinas militer pada 26 Agustus 1941 di Kanada. Pada 27 Desember 1941 dia tiba di
Inggris dan bertugas di Brigade Prinses Irene di Wolverhampton, dekat
Birmingham.
Westerling termasuk 48 orang Belanda
sebagai angkatan pertama yang memperoleh latihan khusus di Commando Basic
Training Centre di Achnacarry, di Pantai Skotlandia yang tandus, dingin dan tak
berpenghuni. Melalui pelatihan yang sangat keras dan berat, mereka dipersiapkan
untuk menjadi komandan pasukan Belanda di Indonesia. Seorang instruktur Inggris
sendiri mengatakan pelatihan ini sebagai neraka di dunia. Pelatihan dan
pelajaran yang mereka peroleh antara lain perkelahian tangan kosong, penembakan
tersembunyi, berkelahi dan membunuh tanpa senjata api, membunuh pengawal dan
sebagainya. Setelah bertugas di Eastbourne sejak 31 Mei 1943, maka bersama 55
orang sukarelawan Belanda lainnya pada 15 Desember 1943, Sersan Westerling
berangkat ke India untuk betugas di bawah Laksamana Madya Mountbatten Panglima
Komando Asia Tenggara. Mereka tiba di India pada 15 Januari 1944 dan
ditempatkan di Kedgaon, 60 km di utara kota Poona.
Pada 20 Juli 1946, Westerling diangkat
menjadi komandan Depot Speciale Troepen (DST) atau Depot Pasukan Khusus.
Awalnya, penunjukkan Westerling memimpin DST ini hanya untuk sementara sampai
diperoleh komandan yang lebih tepat dan pangkatnya pun tidak dinaikkan, tetap
Letnan II (Cadangan). Namun dia berhasil meningkatkan mutu pasukan menjelang
penugasan ke Sulawesi Selatan dan setelah berhasil menumpas perlawanan rakyat
pendukung Republik di Sulawesi Selatan, dia dianggap sebagai pahlawan namanya
membumbung tinggi
.
B. Latar Belakang
Terjadinya Pemberontaka APRA
APRA merupakan pemberontakan yang paling awal terjadi
setelah Indonesia diakui kedaulatannya oleh Belanda. Hasil Konferensi Meja
Bundar yang menghasilkan suatu bentuk negara Federal untuk Indonesia dengan
nama RIS (Republik Indonesia Serikat). Suatu bentuk negara ini merupakan suatu
proses untuk kembali ke NKRI, karena memang hampir semua masyarakat dan
perangkat-perangkat pemerintahan di Indonesai tidak setuju dengan bentuk negara
federal. Tapi juga tidak sedikit yang tetap menginginkan Indonesia dengan
bentuk negara federal, hal ini menimbulkan banyak pemberontakan-pemberontakan
atau kekacauan-kekacauan yang terjadi pada saat itu. Pemberontakan-
pemberontakan ini dilakukan oleh golongan- golongan tertentu yang mendapatkan
dukungan dari Belanda karena merasa takut jika Belanda meninggalkan Indonesia maka hak-haknya atas
Indonesia akan hilang.
Tujuan Westerling membentuk APRA ini adalah mengganggu prosesi pengakuan
kedaulatan dari Kerajaan Belanda kepada pemerintah Republik Indonesia Serikat
(RIS) pada 27 Desember 1949. Upaya itu dihalangi oleh Letnan Jenderal Buurman
van Vreeden, Panglima Tertinggi Tentara Belanda. Tujuan
lainnya adalah untuk mempertahankan bentuk negara federal di Indonesia dan
adanya tentara tersendiri pada negara-negara bagian RIS .
C. Jalannya Pemberontakan
APRA
Pemberontakan yang dilakukan oleh Angkatan Perang Ratu Adil
(APRA) yang dipimpin oleh mantan Kapten KNIL Raymond Westerling bukanlah pemberontakan yang
dilancarkan secara spontan. Pemberontakan ini telah direncanakan sejak beberapa bulan
sebelumnya oleh Westerling dan bahkan telah diketahui oleh pimpinan tertinggi
militer Belanda.
Pada 25 Desember 1949 malam, sekitar
pukul 20.00 Westerling menghubungi Letnan
Jenderal Buurman van Vreeden, Panglima Tertinggi Tentara Belanda untuk menanyakan
bagaimana pendapat van Vreeden
mengenai rencananya untuk melakukan kudeta terhadap Soekarno setelah penyerahan
kedaulatan dari
Belanda terhadap Indonesia. Van Vreeden memang telah mendengar
berbagai rumor, antara lain ada sekelompok militer yang akan mengganggu
jalannya penyerahan kedaulatan,
tidak terkecuali rumor mengenai pasukan yang dipimpin oleh Westerling. Jenderal van
Vreeden, sebagai yang harus bertanggung-jawab atas kelancaran penyerahan
kedaulatan pada 27 Desember 1949 tersebut memperingatkan Westerling agar tidak melakukan
tindakan seperti apa yang diungkapkan
padanya.
Pada hari Kamis tanggal 5 Januari 1950,
Westerling mengirim surat kepada pemerintah RIS yang isinya adalah sebuah ultimatum.
Westerling menuntut agar Pemerintah RIS menghargai negara-negara bagian, terutama
Negara Pasundan serta Pemerintah RIS harus mengakui APRA sebagai tentara
Pasundan. Pemerintah RIS harus memberikan jawaban positif terkait ultimatum tersebut dalm waktu 7
hari dan apabila ditolak, maka akan timbul perang besar. Ultimatum Westerling
ini tentu menimbulkan kegelisahan tidak saja di kalangan RIS, namun juga di
pihak Belanda dan dr. H.M. Hirschfeld, Nederlandse Hoge Commissaris (Komisaris
Tinggi Belanda) yang baru tiba di Indonesia.
D. Penumpasan APRA
Ketika terjadi pemberontakan APRA tidak dilakukan perlawanan yang berarti, hal ini disebabkan karena beberapa
faktor. Pertama, karena
serangan dilakukan dengan sangat tiba-tia, pembalasan tembakan pun tidak
dilakukan karena orang-orang APRA bercampur dengan orang KNIL dan KL. Sedangkan
mengenai latar belakang aksinya, diduga keras bahwa APRA ingin mendukung
berdirinya negara Pasundan, supaya negara ini bisa berdiri tanpa gangguan TNI
dan menggunakan APRA sebagai angkatan perangnya.
Secara umum boleh pasukan Divisi
Siliwangi TNI tidak siap karena baru saja memasuki Kota Bandung setelah
perjanjian KMB. Panglima Siliwangi Kolonel Sadikin dan Gubernur Jawa Barat
Sewaka pada saat kejadian sedang mengadakan peninjauan ke Kota
Subang. Sementara di Jakarta pada pukul 11.00 bertempat di
kantor Perdana Mentri RIS diadakan perundingan antara Perdana Mentri RIS dan
Komisaris Tinggi Kerajaan Belanda di Indonesia. Terungkap adanya
keterlibatan tentara Belanda (diperkirakan sekitar 300 tentara Belanda
berada di antara pasukan APRA) dalam peristiwa di Bandung itu, maka
diputuskan tindakan bersama.
Gerakan
tersebut dapat digagalkan dan kemudian diketahui bahwa otaknya adalah Sultan
Hamid II, yang juga menjadi anggota Kabinet RIS sebagai Menteri tanpa
portofolio. Sultan Hamid II dapat segera ditangkap, sedangkan Westerling sempat
melarikan diri ke luar negeri pada 22 Februari 1950 dengan menumpang pesawat
Catalina milik Angkatan Laut Belanda. Dengan kaburnya Wasterling, maka
gerakannya pun jadi bubar.
E. Dampak Pemberontakan
APRA
Bila dilihat dari latar belakang
pemberontakan yang dilakukan oleh APRA (Angkatan Perang Ratu Adil) yang
diketuai oleh Raymond Pierre Westerling ini bertujuan untuk mendapat pengakuan
dari pemerintah RIS yang ingin diakui sebagai tentara Pasundan. Selain itu, pemberontakan
ini juga bertujuan untuk tetap mempertahankan pemerintahan Reupblik Federal dan
tidak menginginkan adanya penyerahan kedaulatan serta adanya tentara tersendiri
di negara-negara bagian RIS. Sehingga terjadilah pemberontakan APRA ini yang
terjadi di Bandung.
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
Seperti yang telah di kemukakan
tadi, bahwa Pergerakan Ratu Adil yang di pimpin oleh RaymondWesterling dan di
dalangi oleh Sultan Hamid II,gerakan ini ingin melakukan pembunuhan kepada
tokoh-tokoh penting, diantaranya Sultan Hamengkubuwono. Munculnya gerakan
gerakan seperti ini adalahwujud dari ketidakpuasan terhadap pemerintah.
Gerakan ratu adil sendiri muncul karena
kepercayaanmasyarakat Jawa pada saat itu tentang akan munculnya seseorang yang
akan menciptakan kedaimaiandan ketentraman di Jawa, kepercayaan tersebut
menyebabkan rakyat ingin bergabung dengan sangRatu Adil agar keinginan mereka
dapat terpenuhi, Namun itu semua adalah tipu daya yang dilakukanoleh para
petinggi negara yang ingin melakukan kudeta terhadap negara.
Ratu Adil yang
didalangi oleh salah satu petinggi RIS tersebut telah membuat banyak anggotaTNI
yang berada di Bandung tewas dan gerakan tersebut sempat menguasai Kota
Bandung. Danakhirnya gerakan gerakan yang dilakukan oleh orang orang yang tidak
bertanggung jawab dapatditumpas dengan persatuan seluruh elemen masyarakat
Indonesia, maka dari itu kita sebagai penerusgenerassi bangsa agar tidak
mementingkan diri sendiri. Dan sebagai warga negara yang baik kita
harusmempunyai jiwa Nasionalisme dan persatuan yang baik agar negara kita tidak
gampang untuk dirasukioleh faham faham yang bertentangan dengan Pancasila
B.
SARAN DAN KRITIK
Puji syukur atas kehadirat Allah
SWT yang senang tiasa melimpahkan rahmat
dan hidayahnya kepada kami sehingga dalam penyusunan makalah ini kami dapat
menyelesaikan tepat waktu. Jika sadar bahwa masih ada kesalahan , untuk itu
kami meminta kritik dan saran dari pembaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar