Translate

Jumat, 23 Oktober 2015

PENDUGAAN AIR TANAH

PENDUGAAN AIR TANAH

Air Tanah
Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan di bawah permukaan tanah. Air tanah merupakan salah satu sumber daya air Selain air sungai dan air hujan, air tanah juga mempunyai peranan yang sangat penting terutama dalam menjaga keseimbangan dan ketersediaan bahan baku air untuk kepentingan rumah tangga (domestik) maupun untuk kepentingan industri. Dibeberapa daerah, ketergantungan pasokan air bersih dan air tanah telah mencapai ± 70%
Kerusakan sumber air
Kerusakan sumber daya air tidak dapat dipisahkan dari kerusakan di sekitarnya seperti kerusakan lahan, vegetasi dan tekanan penduduk. Ketiga hal tersebut saling berkaitan dalam memengaruhi ketersediaan sumber air. Kondisi tersebut diatas tentu saja perlu dicermati secara dini, agar tidak menimbulkan kerusakan air tanah di kawasan sekitarnya. Beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya permasalahan adalah:
Pertumbuhan industri yang pesat di suatu kawasan disertai dengan pertumbuhan pemukiman penduduk akan menimbulkan kecenderungan kenaikan permintaan air tanah.
Pemakaian air beragam sehingga berbeda dalam kepentingan, maksud serta cara memperoleh sumber air.
Perlu perubahan sikap sebagian besar masyarakat yang cenderung boros dalam pengggunaan air serta melalaikan unsur konservasi.
Air tanah juga dapat di artikan semua air yang berapa di bawah permukaan tanah merupakan air tanah.
Permasalahan Air Tanah
Air tanah, khususnya untuk pemakaian rumah tangga dan industri, di wilayah urban dan dataran rendah memiliki kecenderungan untuk mengandung kadar besi atau asam organik tinggi. Hal ini bisa diakibatkan dari kondisi geologis Indonesia yang secara alami memiliki deposit Fe tinggi terutama di daerah lereng gunung atau diakibatkan pula oleh aktivitas manusia. Sedangkan air dengan kandungan asam organik tinggi bisa disebabkan oleh adanya lahan gambut atau daerah bakau yang kaya akan kandungan senyawa organik. Ciri-ciri air yang mengandung kadar besi tinggi atau kandungan senyawa organik tinggi bisa dilihat sebagai berikut :
Air mengandung zat besi
Air dengan kandungan zat besi tinggi akan menyebabkan air berwarna kuning. Pertama keluar dari kran, air nampak jernih namun setelah beberapa saat air akan berubah warna menjadi kuning. Hal ini disebabkan karena air yang berasal dari sumber air sebelum keluar dari kran berada dalam bentuk ion Fe2+, setelah keluar dari kran Fe2+ akan teroksidasi menjadi Fe3+ yang berwarna kuning.
Air kuning permanen
Air kuning permanen biasanya terdapat di daerah bakau dan tanah gambut yang kaya akan kandungan senyawa organik. Berbeda dengan kuning akibat kadar besi tinggi, air kuning permanen ini sudah berwarna kuning saat pertama keluar dari kran sampai beberapa saat kemudian didiamkan akan tetap berwarna kuning.
Cekungan Air Tanah (CAT)
Adanya krisis air akibat kerusakan lingkungan, perlu suatu upaya untuk menjaga keberadaan/ketersediaan sumber daya air tanah salah satunya dengan memiliki suatu sistem monitoring penggunaan air tanah yang dapat divisualisasikan dalam data spasial dan atributnya. Dalam Undang-undang Sumber Daya Air, daerah aliran air tanah disebut Cekungan Air Tanah (CAT) yang didefinisikan sebagai suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses pengimbunan, pengaliran dan pelepasan air tanah berlangsung
Menurut Danaryanto, dkk. (2004), CAT di Indonesia secara umum dibedakan menjadi dua buah yaitu CAT bebas (unconfined aquifer) dan CAT tertekan (confined aquifer). CAT ini tersebar di seluruh wilayah Indonesia dengan total besarnya potensi masing-masing CAT adalah :
CAT Bebas : Potensi 1.165.971 juta m³/tahun
CAT Tertekan : Potensi 35.325 juta m³/tahun
Elemen CAT adalah semua air yang terdapat di bawah permukaan tanah, jadi seakan-akan merupakan kebalikan dari air permukaan.
Sirkulasi
Lapisan di dalam bumi yang dengan mudah dapat membawa atau menghantar air disebut lapisan pembawa air, pengantar air atau akufir, yang biasanya dapat merupakan penghantar yang baik yaitu lapisan pasir dan kerikil, atau di daerah tertentu, lava dan batu gampil.
Penyembuhan atau pengisian kembali air yang ada dalam tanah itu berlangsung akibat curah hujan, yang sebagian meresap kedalam tanah, bergantung pada jenis tanah dan batuan yang mengalasi suatu daerah curah hujan meresap kedalam bumi dalam jumlah besar atau kecil, ada tanah yang jarang dan ada tanah yang kedap. Kesarangan (porositip) tidak lain ialah jumlah ruang kosong dalam bahan tanah atau batuan, biasanya dinyatakannya dalam persen. bahan yang dengan mudah dapat dilalaui air disebut lulus. Kelulusan tanah atau batuan merupakan ukuran mudah atau tidaknya bahan itu dilalui air. Pasir misalnya, adalah bahan yang lulus air melewati pasir kasar dengan kecepatan antara 10 dan 100 sihosinya. Dalam lempeng, angka ini lebih kecil, tetapi dalam kerikil lebih besar.
Air tanah / sumur salah satu cara mendapatkan air.  Air tanah banyak digunakan oleh masyarakat karena cukup mudah mendapatkannya. Mungkin buat kita yang awam pasti bingung dimana bisa menemukan titik titik tertentu pada tanah yang diyakini memiliki sumber mata air. karena kegagalan menemukan titik mata air buat sumur bor berarti tidak akan ada air yang keluar dari bumi dan menyembur keatas walau kedalaman pipa yang dimasukan kedalam bumi / tanah sudah lumayan dalam mungkin 15 meter atau 20 meter.
Pemilihan lokasi sumur yang baik.
Tidak berdekatan dengan wc / toilet / kamar mandi agar tidak terjadi kontaminasi saluran pembuangan dengan jaringan sumur air tanah. Jarak yang tepat untuk memisahkan antara lubang sumur air yang akan dibuat dengan toilet yang terdekat adalah minimal 5 meter jika tanah di sekitar lokasi adalah tanah liat dan minimal 7,5 meter jika tanahnya berpasir.
Konstruksi sumur air yang sesuai standar
Membuat dinding tembok bagian atas pada jarak 3 meter dari permukaan tanah agar tidak terjadi perembesan air dari permukaan tanah yang akan merusak dan mengkontaminasi kualitas air bersih.
Pada bagian atas sumur air / sumur bor diberi tutup supaya tidak kemasukan kotoran yang bisa merusak air yang bersih menjadi kotor.

Metode pendugaan air tanah
Teknik
Teknik sederhana
Berikut teknik sederhana menentukan sumber air tanah :
Teknik menentukan titik sumber mata air sumur bor dengan menggunakan garam
Caranya : Sekitar jam 7 atau jam 8 malam letakanlah 1-2 genggam garam dan tutup rapat dengan kaleng bekas susu yang sebagian sisinya terbuka dan bagian sisinya tertutup. Pada tempat yang akan digali atau di bor. kemudian pada pagi harinya silahkan lihat garam tsb, jika habis atau tinggal sedikit berarti pada titik tsb ada sumber airnya. Jika perlu taruhlah garam dan kaleng tersebut pada beberapa titik sekaligus dan lihatlah pada titik mana yang garamnya paling sedikit/habis.
Tehnik Daun Pisang Menentukan Titik Sumber Mata Air Bor.
Dengan cara analisa kelembaban menggunakan media daun pisang. Ambillah beberapa lembar daun pisang dan taruhlah pada beberapa titik yang akan di bor atau digali pada sekita jam9 atau jam 10 malam. Pagi harinya coba lihat embun yang menempel pada daun pisang tersebut (pada bagian bawah daun tadi). Semakin banyak embun yang menempel semakin banyak debit air bawah tanah tersebut.
Namun jika daunnya tetap kering berarti tidak ada sumber air di bawah daun tersebut jadi harus dicari lokasi lain sampai tepat dan barulah melakukan pengeboran air tanah.
Cara Menentukan Titik Sumber Mata Air Bor Menggunakan Sapu Lidi .
     Caranya : Siapkan 2 Lidi, karet gelang, benang atau kawat. Kedua lidi dipotong sama panjang, dan ikat ujungnya dengan karet gelang, kawat atau benang. (Tidak ada lidi dapat menggunakan kayu, ranting atau tembaga).
Pangkal kedua lidi dipegang dengan kedua tangan terbuka. Letakkan pada antara ibu jari dengan telunjuk kemudian digenggam dengan santai sambil dirorong merapat. Kedua tangan dipinggang.
Letakan kedua tangan yang telah memegang lidi tersebut pada pinggang. Arah ujung lidi yang telah diikat pada posisi datar di depan perut.
Berjalan maju maupun mundur, dengan posisi lidi tetap dipegang dengan posisi mendatar.
Pusatkan perhatian pada tanah yang dilalui, sambil merasakan getaran ujung kedua lidi yang ikat dengan karet gelang, kawat atau tali lainnya.
Apabila ada tarikan ke bawah atau ke atas pada ujung lidi, maka itu tandanya dibawah tanah yang dilalui ada aliran atau sumber air. Jika benar tanda-tanda itu semakin kuat, yaitudengan tarikan ke bawah atau ke atas pada ujung lidi, berarti ada sumber air atau aliran air bawah tanah. (tandai atau berilah garis dimana tanah dilalui, persis di bawah lidi yang naik atau turun).
Langkah berikutnya, cari dari arah yang berlawanan. (Gerakan sama dengan point 4 s/d 6). Cari sampai menemukan hal yang serupa, dengan berpindah-pindah tempat, namun tetap arah berlawanan dengan yang telah ditandai. Jika tidak ditemukan atau tidak ada tanda-tanda, usahakan cari tempat yang lain, karena sumber air itu hanya satu arah.
Jika langkah ke 8 (delapan) ada tanda-tanda seperti pada point 7, maka lakukan hal yang sama dengan langkah-langkah pada point 7, dan tandai dengan garis. (Pada akhirnya kedua garis untuk tanda adanya suber air bawah tanah tersebut akan bertemu).
Pusatkan pada pertemuan kedua garis tersebut dan lakukan hal yang sama seperti pont 7 secara berulang-ulang, Baik juga jika gerakan melingkar dari pertemuan kedua garis tersebut untuk mengetahui berapa banyak dan besarnya aliran air dalam tanah. Bisa jadi ada dua atau tiga sumber pada tempat tersebut.
Teknik modern menentukan sumber air tanah pada sumur dalam (Deep Well)
Sumur Dalam (Deep Well) sendiri biasanya dibor pada kedalaman 150 m – 200 m tergantung kandungan air tanah pada lokasi proyek tersebut agar didapatkan air tanah yang sesuai dengan debit air yang diinginkan.
Dengan menggunakan Geolistrik
Salah satu teknik untuk menentukan titik pengeboran dengan lokasi yang memiliki cekung air/sumber air yang banyak (Akuifer) adalah dengan metoda Geolistrik. Metoda ini memerlukan lahan untuk dilakukan survey yang cukup luas untuk mencari cekungan air (Akuifer) di dalam tanah. Dengan menggunakan teknik Resistivity maka dapat ditentukan tahanan yang disesuaikan dengan kontur tanah/jenis batuan yang merupakan sumber air. Sehingga dapat ditentukan kedalaman yang ideal untuk mencapai air yang cukup banyak dan kualiatas yang baik. Dikarenakan peralatan Geolistrik ini cukup mahal, maka setiap pengeboran melakukan survey terlebih dahulu. Kegiatan survey Geolistrik ini bisa memperoleh informasi keadaan tanah hingga 150 meter.


Dengan menggunakan Geo Electromagnetic Satellite Scan.
Penentuan titik pengeboran sumber air tanah dengan metoda Geo Electromagnetic Satelite Scan (Belah Bumi) lebih akurat dibandingkan dengan menggunakan peralatan Geolistrik.
Keunggulan Geo Electromagnetic Satellite Scan mampu melacak :
Lebar Sungai Bawah Tanah
Arah Aliran Sungai Bawah Tanah
Membaca hingga kedalaman 400 mtr dibawah tanah.
Mengetahui Struktur Tanah secara detail
Mengetahui frekwensi Aliran Air tanah
Mengetahui kedalaman Jalur Sungai Bawah Tanah
Mengetahui Conductivity Struktur Tanah
Akurasi ketepatan geolistrik hanya 50% sedangkan Geo Electromagnetic Satellite Scan 90%. Seringkali Clay basah dibaca air oleh peralatan Geolistrik. Geo Electromagnetic Satellite Scan hanya membaca air yang mengalir di dalam tanah sehingga untuk pengeboran jaran sekali mengalami air kering setelah proses pengeboran selesai.
Metode :
a. Tradisional / konvensional :
- Daun pisang yang di tengkurapkan di tanah yang diduga, selama semalam suntuk à positip ada air bila jumlah embun besar. Dilakukan pada musim paling kering (September).
- Melempar tampah, digelindingkan à tempat berhenti tengkurap à positip ada air
- Revealer à menggunakan dua buah ranting kering bercabang yang dipegang dengan tangan kanan-kiri à positip air bila ujung ranting saling berhimpit.
- Dll.
b. Indikator lingkungan
-  Memperhatikan daerah yang paling rendah (lembah) à buat sumur.
-  Terdapat lebih banyak tumbuhan menghijau
-  Bila di padang tandus / pasir à diatasnya banyak burung terbang berputar-putar.
- Bila pelepah dahan pohon kelapa SENGKLEH / semplak berarti ada air tanah dengan kedalaman < 10 M.
- Dll
c. Metode Sonar (radar):
Dengan instrument pembangkit dan penangkap gelombang à hasilnya ditampilkan dalam grafik kerapatan batuan. Perbedaan kerapatan ditafsirkan akan selalu berhubungan dengan kadar air dalam batuan.
d. Metoda Loren :
Metode ini identik dengan revealer, menganggap bahwa tubuh manusia seperti hal dioda. Tubuh manusia bila menginjak tanah akan mengalirkan listrik dengan muatan tertentu ( - / + ) yang kemudian dialirkan ke ujung revealer. Bila bermuatan kembar akan tolak-menolak (ujung reveler akan membuka) à menunjukan bahwa tanah yang diinjak dibawahnya tidak ada air.
Pengguna revealer disyaratkan harus memiliki hambatan jenis tertentu (1 kOhm). Diukur dengan memegang ujung elektroda multi tester, dengan posisi ukur ohm-meter. Berhubungan dengan sensitivitas.
e.Metode Remote sensing (penginderaan jauh)
Menggunakan interpretasi (tafsir) foto udara atau foto satelit.
9 Kunci interpretasi :
- Rona/warna (Tone/Color)
- Bentuk/Shape
- Ukuran/Size
- Pola/Pattern
- Kekasaran/Texture
- Tinggi/Height
- Bayangan/Shadow
- Situs/Site
- Asosiasi/ Associatio.

f. Metode Resistifity meter (geolistrik)
- Prinsip kerja : mengalirkan listrik searah kedalam bumi, kemudian diukur nilai resistan-nya (nilai hambatan). Semakin kecil nilai hambatan berarti semakin basah. banyak air.
-   Pertama kali dilakukan oleh Conrad Schlumberger pada tahun 1912
-  Merupakan salah satu metoda geofisika untuk mengetahui perubahan tahanan jenis lapisan batuan di bawah permukaan tanah dengan cara mengalirkan arus listrik DC ('Direct Current') yang mempunyai tegangan tinggi ke dalam tanah
-  Berguna untuk mengetahui karakteristik lapisan batuan bawah permukaan sampai kedalaman sekitar 300 m sangat berguna untuk mengetahui kemungkinan adanya lapisan akifer yaitu lapisan batuan yang merupakan lapisan pembawa air.
-  Umumnya yang dicari adalah 'confined aquifer' yaitu lapisan akifer yang diapit oleh lapisan batuan kedap air (misalnya lapisan lempung) pada bagian bawah dan bagian atas. 'Confined' akifer ini mempunyai 'recharge' yang relatif jauh, sehingga ketersediaan air tanah di bawah titik bor tidak terpengaruh oleh perubahan cuaca setempat
-  Dipandu dengan peta hydrologi. Dilengkapi fasilitas koordinat UTM (universal Tele Mercator), bisa dengan koordinat Bujur dan Lintang. Perlu GPS (global positioning system).
Cara tercepat mencari aliran sumber air sebelum pengeboran sumur dilaksanakan.
Selama ini untuk mendeteksi kandungan air di dalam tanah masyarakat Indonesia menggunakan alat GEO LISTRIK sebelum melakukan pengeboran air tanah, tapi berdasarkan hasil pengeboran tingkat kegagalan alat tersebut 50% lebih. Sehingga banyak sekali tingkat kegagalan pada saat proyek pengeboran Sumur Dalam dilaksanakan atau hasil yang tidak memuaskan.
Saat ini telah hadir di Indonesia alat groundwater detector scan (teknologi jerman) yang mempunyai tingkat akurasi lebih tinggi dibandingkan GEOLISTRIK.
Metode geolistrik
Pengertian Geolistrik
Geolistrik adalah suatu metoda eksplorasi geofisika untuk menyelidiki keadaan bawah permukaan  dengan menggunakan sifat-sifat kelistrikan batuan. Sifat-sifat kelistrikan tersebut adalah, antara lain. tahanan jenis (specific resistivity, conductivity, dielectrical  constant, kemampuan menimbulkan self potential dan medan induksi serta sifat menyimpan potensial dan lain-lain.
Metoda geolistrik menempati tempat yang unik pada klasifikasi geolistrik. Metoda - metoda ekpslorasi geolistrik sangat beragam, ada metoda yang dapat dimasukkan dalam kategori dinamis, akan tetapi ada juga yang dapat dimasukkan kedalam kategori statis. Salah satu keunikan lain dari metoda geolistrik adalah terpecah-pecaah menjadi bermacam-macam  mazhab (aliran atau school) yang berbeda satu dengan yang lain.
Pendugaan geolistrik dilakukan dengan menghantarkan arus listrik (beda I) buatan kedalam tanah melalui batang elektroda arus , kemudian mengukur beda potensial (beda V) pada elektroda lain.
B. Sejarah Penggunaan Geolistrik
Sejarah perkembangan eksplorasi geolistrik merupakan perkembangan yang paling unik dari seluruh geofisika eksplorasi. Unik karena dalam perkembangannya metoda ini terbagi - bagi dalam beberapa mazhab (school), padahal sumber dasar teori sama. Perbedaan tersebut terletak pada :
Tata cara kerja ( konfigurasi elektroda, interpretasi).
Alat yang digunakan, sebetulnya tiap alat dapat digunakan untuk mazhab apapun, akan tetapi perbedaan konfigurasi elektroda yang dipakai mempengaruhi daya penetrasi alat.
Data prossessing.
Penggunaan sifat-sifat kelistrikan untuk maksud eksplorasi sudah dikenal peradaban manusia lebih dari dua abad yang lalu. Pelopor yang mula-mula memakai cara geofisika untuk maksud ksplorasi adalah :
Gray dan Wheeler thn. 1720, melakukan pengukuran terhadap batuan dan mecoba membakukan tebal konduktivitas batuan.
Watson thn 1746, menemukan ,bahwa tanah merupakan konduktor dimana potensial yang diamati pada titik-titik diantara dua elektroda arus yang dipotong sejarak 2 mil , bervarisai akibat adanya perbedaan kondisi geologi setempat.
Robert W. Fox thn. (1789 - 1877) , dapat disebut sebagai Bapak Metoda Geolistrik , karena beliau yang pertama kali mempelajai hubungan sifat-sifat listrik dengan keadaan geologi, temperatur, terrestrial electric dan geothermal. Fox mempelajari sifat-sifat kelistrikan tersebut di tambang-tambang Corn wall, Inggris.
Perkembangan dilanjutkan secara bertahap : thn.1871 oleh W.Skey, thn. 1847oleh Charles Matteucci., thn. 1882 oleh Cart Barus, thn. 1891 oleh Brown, thn. 1897 oleh Bernfield, thn 1912 oleh Gottchalk, thn. 1914 oleh R.C. Wells dan  George Ottis.
Perkembangan agak berbeda setelah Conrad Schlumberger dan R.C. Welldimana geolistrik berkembang di dua benua, dengan cara dan sejarah yang berbeda. Akan tetapi di ujung perkembangan tersebut kedua mazhab ini bertemu lagi, terutama dalam menggunakan konsep matematika yang sama yang diterapkan pada teori interpretasi masing-masing.
Perkembangan peralatan dimulai dari peralatan geolistrik di dalam truk sampai pada alat geolistrik sebesar tas kecantikan.
Perkembangan pengolahan data nilai tahanan jenis pada abad ke 20 yaitu dengan dibuatnya kurva baku dan kurva tambahan oleh Orellana E. dan Mooney H.M.,1966, Bhattacharya P.K. dan Patra H.P., 1968, Rijkkswaterstaat, The Netherland, 1975, Zohdy, A.A.R.,1975.
Perkembangan dalam penafsiran lengkungan tahanan jenis dengan pembuatan perangkat lunak dari melakukan “matching curve” sampai perangkat lunak VESPC, RESINT 53, GRIVEL, RESIX dan IP2Win.
C. Kegunaan Metode Geolistrik
Mengetahui karakteristik lapisan batuan bawah permukaan sampai kedalaman sekitar 300 m sangat berguna untuk mengetahui kemungkinan adanya lapisan akifer yaitu lapisan batuan yang merupakan lapisan pembawa air. Umumnya yang dicari adalah ‘confined aquifer’ yaitu lapisan akifer yang diapit oleh lapisan
Batuan kedap air (misalnya lapisan lempung) pada bagian bawah dan bagian atas. ‘Confined’ akifer ini mempunyai ‘recharge’ yang relatif jauh, sehingga ketersediaan air tanah di bawah titik bor tidak terpengaruh oleh perubahan cuaca setempat.
Geolistrik ini bisa untuk mendeteksi adanya lapisan tambang yang mempunyai kontras resistivitas dengan lapisan batuan pada bagian atas dan bawahnya. Bisa juga untuk mengetahui perkiraan kedalaman ‘bedrock’ untuk fondasi bangunan.
Metoda geolistrik juga bisa untuk menduga adanya panas bumi (geotermal) di bawah permukaan. Hanya saja metoda ini merupakan salah satu metoda bantu dari metoda geofisika yang lain untuk mengetahui secara pasti keberadaan sumber panas bumi di bawah permukaan
D. Cara Kerja Metode Geolistrik
Umumnya metoda geolistrik yang sering digunakan adalah yang menggunakan 4 buah elektroda yang terletak dalamsatu garis lurus serta simetris terhadap titik tengah, yaitu 2 buah elektroda arus (AB) di bagian luar dan 2 buah elektroda ntegangan (MN) di bagian dalam.
Kombinasi dari jarak AB/2, jarak MN/2, besarnya arus listrik yang dialirkan serta tegangan listrik yang terjadi akan didapat suatu harga tahanan jenis semu (‘Apparent Resistivity’). Disebut tahanan jenis semu karena tahanan jenis yang terhitung tersebut merupakan gabungan dari banyak lapisan batuan di bawah permukaan yang dilalui arus listrik.
Penggunaan geolistrik pertama kali dilakukan oleh Conrad Schlumberger pada tahun 1912. Geolistrik merupakan salah satu metoda geofisika untuk mengetahui perubahan tahanan jenis lapisan batuan di bawah permukaan tanah dengan cara mengalirkan arus listrik DC (‘Direct Current’) yang mempunyai tegangan tinggi ke dalam tanah. Injeksi arus listrik ini menggunakan 2 buah ‘Elektroda Arus’ A dan B yang ditancapkan ke dalam tanah dengan jarak tertentu. Semakin panjang jarak elektroda AB akan menyebabkan aliran arus listrik bisa menembus lapisan batuan lebih dalam.
Dengan adanya aliran arus listrik tersebut maka akan menimbulkan tegangan listrik di dalam tanah. Tegangan listrik yang terjadi di permukaan tanah diukur dengan  penggunakan multimeter yang terhubung melalui 2 buah ‘Elektroda Tegangan’ M dan N yang jaraknya lebih pendek dari pada jarak elektroda AB. Bila posisi jarak elektroda AB diubah menjadi lebih besar maka tegangan listrik yang terjadi pada elektroda MN ikut berubah sesuai dengan informasi jenis batuan yang ikut terinjeksi arus listrik pada kedalaman yang lebih besar.
Dengan asumsi bahwa kedalaman lapisan batuan yang bisa ditembus oleh arus listrik ini sama dengan separuh dari jarak AB yang biasa disebut AB/2 (bila digunakan arus listrik DC murni), maka diperkirakan pengaruh dari injeksi aliran arus listrik ini berbentuk setengah bola dengan jari-jari AB/2.

Umumnya metoda geolistrik yang sering digunakan adalah yang menggunakan 4 buah elektroda yang terletak dalamsatu garis lurus serta simetris terhadap titik tengah, yaitu 2 buah elektroda arus (AB) di bagian luar dan 2 buah elektroda ntegangan (MN) di bagian dalam.
Kombinasi dari jarak AB/2, jarak MN/2, besarnya arus listrik yang dialirkan serta tegangan listrik yang terjadi akan didapat suatu harga tahanan jenis semu (‘Apparent Resistivity’). Disebut tahanan jenis semu karena tahanan jenis yang terhitung tersebut merupakan gabungan dari banyak lapisan batuan di bawah permukaan yang dilalui arus listrik.
Bila satu set hasil pengukuran tahanan jenis semu dari jarak AB terpendek sampai yang terpanjang tersebut digambarkan pada grafik logaritma ganda dengan jarak AB/2 sebagai sumbu-X dan tahanan jenis semu sebagai sumbu Y, maka akan didapat suatu bentuk kurva data geolistrik. Dari kurva data tersebut bisa dihitung dan diduga sifat lapisan batuan di bawah permukaan.
Konfigurasi
Metoda geolistrik terdiri dari beberapa konfigurasi, misalnya yang ke 4 buah elektrodanya terletak dalam satu garis lurus dengan posisi elektroda AB dan MN yang simetris terhadap titik pusat pada kedua sisi yaitu konfigurasi Wenner dan Schlumberger. Setiap konfigurasi mempunyai metoda perhitungan tersendiri untuk mengetahui nilai ketebalan dan tahanan jenis batuan di bawah permukaan. Metoda geolistrik konfigurasi Schlumberger merupakan metoda favorit yang banyak digunakan untuk mengetahui karakteristik lapisan batuan bawah permukaan dengan biaya survei yang relatif murah.
Umumnya lapisan batuan tidak mempunyai sifat homogen sempurna, seperti yang dipersyaratkan pada pengukuran geolistrik. Untuk posisi lapisan batuan yang terletak dekat dengan permukaan tanah akan sangat berpengaruh terhadap hasil pengukuran tegangan dan ini akan membuat data geolistrik menjadi menyimpang dari nilai sebenarnya. Yang dapat mempengaruhi homogenitas lapisan batuan adalah fragmen batuan lain yang menyisip pada lapisan, faktor ketidakseragaman dari pelapukan batuan induk, material yang terkandung pada jalan, genangan air setempat, perpipaan dari bahan logam yang bisa menghantar arus listrik, pagar kawat yang terhubung ke tanah dsbnya.
‘Spontaneous Potential’ yaitu tegangan listrik alami yang umumnya terdapat pada lapisan batuan disebabkan oleh adanya larutan penghantar yang secara kimiawi menimbulkan perbedaan tegangan pada mineral-mineral dari lapisan batuan yang berbeda juga akan menyebabkan ketidak-homogenan lapisan batuan. Perbedaan tegangan listrik ini umumnya relatif kecil, tetapi bila digunakan konfigurasi Schlumberger dengan jarak elektroda AB yang panjang dan jarak MN yang relatif pendek, maka ada kemungkinan tegangan listrik alami tersebut ikut menyumbang pada hasil pengukuran tegangan listrik pada elektroda MN, sehingga data yang terukur menjadi kurang benar.
Untuk mengatasi adanya tegangan listrik alami ini hendaknya sebelum dilakukan pengaliran arus listrik, multimeter diset pada tegangan listrik alami tersebut dan kedudukan awal dari multimeter dibuat menjadi nol. Dengan demikian alat ukur multimeter akan menunjukkan tegangan listrik yang benar-benar diakibatkan oleh pengiriman arus pada elektroda AB. Multimeter yang mempunyai fasilitas seperti ini hanya terdapat pada multimeter dengan akurasi tinggi.
Konfigurasi Wenner

Konfigurasi Wenner
Keunggulan dari konfigurasi Wenner ini adalah ketelitian pembacaan tegangan pada elektroda MN lebih baik dengan angka yang relatif besar karena elektroda MN yang relatif dekat dengan elektroda AB. Disini bisa digunakan alat ukur multimeter dengan impedansi yang relatif lebih kecil.
Sedangkan kelemahannya adalah tidak bisa mendeteksi homogenitas batuan di dekat permukaan yang bisa berpengaruh terhadap hasil perhitungan. Data yang didapat dari cara konfigurasi Wenner, sangat sulit untuk menghilangkan factor non homogenitas batuan, sehingga hasil perhitungan menjadi kurang akurat.
Konfigurasi Schlumberger
Pada konfigurasi Schlumberger idealnya jarak MN dibuat sekecil-kecilnya, sehingga jarak MN secara teoritis tidak berubah. Tetapi karena keterbatasan kepekaan alat ukur, maka ketika jarak AB sudah relatif besar maka jarak MN hendaknya dirubah. Perubahan jarak MN hendaknya tidak lebih besar dari 1/5 jarak AB.
    Konfigurasi Schlumberger
Kelemahan dari konfigurasi Schlumberger ini adalah pembacaan tegangan pada elektroda MN adalah lebih kecil terutama ketika jarak AB yang relatif jauh, sehingga diperlukan alat ukur multimeter yang mempunyai karakteristik ‘high impedance’ dengan akurasi tinggi yaitu yang bisa mendisplay tegangan minimal 4 digit atau 2 digit di belakang koma. Atau dengan cara lain diperlukan peralatan pengirim arus yang mempunyai tegangan listrik DC yang sangat tinggi.
Sedangkan keunggulan konfigurasi Schlumberger ini adalah kemampuan untuk mendeteksi adanya non-homogenitas lapisan batuan pada permukaan, yaitu dengan membandingkan nilai resistivitas semu ketika terjadi perubahan jarak elektroda MN/2.
Agar pembacaan tegangan pada elektroda MN bisa dipercaya, maka ketika jarak AB relatif besar hendaknya jarak elektroda MN juga diperbesar. Pertimbangan perubahan jarak elektroda MN terhadap jarak elektroda AB yaitu ketika pembacaan tegangan listrik pada multimeter sudah demikian kecil, misalnya 1.0 milliVolt.
Umumnya perubahan jarak MN bisa dilakukan bila telah tercapai perbandingan antara jarak MN berbanding jarak AB = 1 : 20. Perbandingan yang lebih kecil misalnya 1 : 50 bisa dilakukan bila mempunyai alat utama pengirim arus yang mempunyai keluaran tegangan listrik DC sangat besar, katakanlah 1000 Volt atau lebih, sehingga beda tegangan yang terukur pada elektroda MN tidak lebih kecil dari 1.0 milliVolt.
 Parameter yang diukur :
Jarak antara stasiun dengan elektroda-elektroda (AB/2 dan MN/2)
Arus (I)
Beda Potensial (∆ V)
Parameter yang dihitung :
Tahanan jenis (R)
Faktor geometrik (K)
Tahanan jenis semu (ρ )
Cara intepretasi Schlumberger adalah dengan metode penyamaan kuva (kurva matching). Ada 3 (tiga) macam kurva yang perlu diperhatikan dalam intepretasi Schlumberger dengan metode penyamaan kurva, yaitu :
Kurva Baku
Kurva Bantu, terdiri dari tipe H, A, K dan Q
Kurva Lapangan
Untuk mengetahui jenis kurva bantu yang akan dipakai, perlu diketahui bentuk umum masing-masing kurva lapangannya.
Kurva bantu H, menunjukan harga ρ minimum dan adanya variasi 3 lapisan dengan ρ1 > ρ2 < ρ3.
Kurva bantu A, menunjukkan pertambahan harga ρ dan variasi lapisan dengan ρ1 < ρ2 < ρ3.
Kurva bantu, K menunjukan harga ρ maksimum dan variasi lapisan dengan ρ1 < ρ2 > ρ3.
Kurva bantu Q, menunjukan penurunan harga ρ yang seragam : ρ1 > ρ2 > ρ3

Kurva-Kurva Bantu Dalam Metode Penyamaan Kurva Schlumberger
Alat-alat yang digunakan : kertas kalkir/mika plastik, kertas double log, marker OHP.
Plot nilai AB/2 vs ρ pada mika plastik diatas double log. AB/2 sebagai absis dan        ρ sebagai ordinat.
Buat kurva lapangan dari titik-titik tersebut secara smooth (tidak selalu harus melalui titik-titik tersebut, untuk itu perlu dilihat penyebaran titik-titiknya secara keseluruhan).
Pilih kurva Bantu apa saja yang sesuai dengan setiap bentukan kurva lapangan.
Letakkan kurva lapangan diatas kurva baku, cari nilai P1 merupakan kedudukan : d1’,ρ1’ (kedalaman terukur, tahanan jenis terukur)
d1’ = kedalaman lapisan perama = sebagai absis
ρ1 = tahanan jenis lapisan pertama = sebagai ordinat
Pindahlah kurva lapangan dan letakkan diatas tipe kurva Bantu pertama yang telah ditentukan. Tarik garis putus-putus sesuai dengan harga ρ1/ρ2 pada kurva Bantu tersebut. Garis putus-putus sebagai kurva Bantu ini merupakan tempat kedudukan P2.
Kembalikan kurva lapangan diatas kurva baku, geser kurva lapangan berikutnya sedemikian sehingga kurva baku pertama melalui pusat kurva baku. Tentukan nilai ρ3/ρ2 serta plot titik P2. (catatan : posisi sumbu-sumbunya harus sejajar dengan sumbu-sumbu pada kurva Bantu)
Dari P2 dapat ditentukan d2’, ρ2’
Titik pusat P3, koordinat d3’, ρ3’ dan nilai kurva Bantu selanjutnya dapat dicari dengan jalan yang sama.
Koreksi Kedalaman
Untuk titik-titik pusat (Pn) yang terletak pada kurva bantu tipe H, tidak perlu dikoreksi.
Titik P pada kurva Bantu tipe A, K dan Q perlu dikoreksi.
Titik P1 apapun kurvanya tidak perlu dikoreksi.

Contoh Kurva Bantu
Titik P1, tidak perlu dikoreksi
Titik P2, tidak perlu dikoreksi karena terletakpada kurva Bantu tipe H
Titik P3 dan P4, perlu dikoreks nilai d (kedalaman), karena terletak pada kurva Bantu selain tipe H.

Cara Koreksi Kedalaman
Untuk titik P3 :
Letakkan/impitkan kembali mika plastik diatas kurva Bantu tipe A (dengan nilai ρ4/ρ3 = 10) dengan pusat P2. baca nilai koreksi (sebagai n) tepat pada titik P3 (nilai absis dari kurva Bantu tersebut ditandai dengan garis putus-putus). Kemudian dapat dicari ketebalan lapisan ke-3 dengan rumus :
H3 = n.d2
Sehingga kedalaman lapisan ke-3 dapat dihitung dengan rumus:
D3 = h3 + d2
Demikian juga untuk titik P4, dan seterusnya.
Jadi, dari hasil penyamaan kurva (curve matching) akan diperoleh data sebagai berikut :
Koordinat Pn = (dn’, ρn)
Kn = ρn+1/ρn
Jenis Kurva Bantu
Nilai Koreksi Kedalaman (n)
Setelah diperoleh nilai-nilai ρ dan d, kemudian dibuat penampang tegaknya (berupa kolom) sesuai harga d-nya (menggunakan skala). Selanjutnya dilakukan pendugaan unt interpretasi litologi penyusun pada masing-masing lapisan berdasarkan nilai ρ.
Penafsiran litologi ini akan semakin mendekati kebenaran apabila kita memiliki data bawah permukaan seperti data dari sumur. Jika tidak ada sumur, maka kita sebaiknya mengetahui geologi regional daerah penelitian tersebut atau data yang diperoleh dari pengamatan geologi daerah sekitar (untuk mengetahui variasi litologi).
Tabel Nilai Resistivitas

Rock Resitivitas  
Common rocks
Topsoil
Loose sand
Gravel
Clay
Weathered bedrock
Sandstone
Limestone
Greenstone
Gabbro
Granite
Basalt
Graphitic schist
Slates
Quartzite
Ore minerals
Pyrite (ores)
Pyrrhotite
Chalcopyrite
Galena
Sphalerite
Magnetite
Cassiterite
Hematite Common rocks
50–100
500–5000
100–600
1–100
100–1000
200–8000
500–10 000
500–200 000
100–500 000
200–100 000
200–100 000
10–500
500–500 000
500–800 000
Ore mineral
0.01–100
0.001–0.01
0.005–0.1
0.001–100
0.01–1 000 000
0.01–1000
0.001–10 000
1000–1 000 000


F. Jenis-Jenis Metode Geolistrik
1.  Metode Geolistrik Tahanan Jenis ( Resistivity Methode )
Metode geolistrik resistivitas atau tahanan jenis adalah salah satu dari kelompok metode geolistrik yang digunakan untuk mempelajari keadaan bawah permukaan dengan cara mempelajari sifat aliran listrik di dalam batuan di bawah permukaan bumi. Metode resistivitas umumnya digunakan untuk eksplorasi dangkal, sekitar 300 – 500 m. Prinsip dalam metode ini yaitu arus listrik diinjeksikan ke alam bumi melalui dua elektrode arus, sedangkan beda potensial yang terjadi diukur melalui dua elektrode potensial. Dari hasil pengukuran arus dan beda potensial listrik dapat diperoleh variasi harga resistivitas listrik pada lapisan di bawah titik ukur.
Metode kelistrikan resistivitas dilakukan dengan cara menginjeksikan arus listrik dengan frekuensi rendah ke permukaan bumi yang kemudian diukur beda potensial diantara dua buah elektrode potensial. Pada keadaan tertentu, pengukuran bawah permukaan dengan arus yang tetap akan diperoleh suatu variasi beda tegangan yang berakibat akan terdapat variasi resistansi yang akan membawa suatu informasi tentang struktur dan material yang dilewatinya. Prinsip ini sama halnya dengan menganggap bahwa material bumi memiliki sifat resistif atau seperti perilaku resistor, dimana material-materialnya memiliki derajat yang berbeda dalam menghantarkan arus listrik.
Metode Geolistrik Polarisasi Terimbas ( IP/ Induce Polarization Methode )
Pada prinsipnya dilakukan dengan cara memutuskan arus listrik yang di injeksikan ke dalam permungkaan bumi. Selanjutnya tampak bahwa beda potensial antara kedua elektroda tidak lansung menunjukan angka nol saat arus tersebut di putuskan. turun secara perlahan lahan dalam selang waktu tertentu. Sebaliknya apabila arus dihidupkan maka beda potensial akan kembali pada posisi semula dalam waktu yang sama.
Gelaja polarisai terimabs dalam batuan termineralisasikan terutama ditentukan reaksi Elektrokimia pada bidang batas antar mineral2 logam dan larutan dalam batuan. gejala Ip dapat dilakukan dengan mengalirkan arus terkontrol melalui bahan yangakan diselidiki.
Pengukuran respon IP dapat dilakukan  dengan cara :
Pengukuran domain waktu
Pengukuran polarisasi terimbas dengan domain waktu yaitu dengan cara mengalirkan pulsa arus listrik bebrbentuk persegi panjang kedalam tanah. untuk mengukur derajar terpolarisasi suatu bahan pada suatu waktu di definisikan chargeability.
Pengukuran domain frekunsi
Untuk mempolarisasika suatu bahan dengan arus listrik imbas ke sutau tingkat tertentu dibutuhkan waktu tertentu tergantung jenis bahannya. Karena frekunsi berbanding terbalik dengan waktu. maka perbedaan respon tegangan dengan pemberian arus listrik dengan frekuensi yang berbeda juga mencerminkan sifat polarisasi suatu bahan tertentu.ini merupakan dasar dalam pengukuran frekuensi (sumner, 1976).
Metode Geolistrik Potensial Diri ( SP/ Self Potential Methode )
Metode Self potential (SP) adalah metode pasif, karena pengukurannya dilakukan tanpa menginjeksikan arus listrik lewat permukaan tanah, perbedaan potensial alami tanah diukur melalui dua titik dipermukaan tanah. Potensial yang dapat diukur berkisar antar beberapa millivolt (mV) hingga 1 volt.
Self potensial adalah potensial spontan yang ada di permukaan bumi yang diakibatkan oleh adanya proses mekanis ataupun oleh proses elektrokimia yang di kontrol oleh air tanah. Proses mekanis akan menghasilkan potensial elektrokinetik sedangkan proses kimia akan menimbulkan potensial elektrokimia (potensial liquid-junction, potensial nernst) dan potensial mineralisasi.
Komponen rekaman data potensial diri yang diperoleh dari lapangan merupakan gabungan dari tiga komponen dengan panjang gelombang yang berbeda, yaitu efek topografi (TE) ), SP noise (SPN ) dan SP sisa (SPR). Metode potensial diri (SP) merupakan salah satu metode geofisika yang prinsip kerjanya adalah mengukur tegangan statis alam (static natural voltage) yang berada di kelompok titik titik di permukaan tanah. Potensial diri umumnya berhubungan dengan perlapisan tubuh mineral sulfide (weathering of sulphide mineral body), perubahan dalam sifat-sifat batuan (kandungan mineral) pada daerah kontak - kontak geologi, aktifitas bioelektrik dari material organik, korosi, perbedaan suhu dan tekanan dalam fluida di bawah permukaan dan fenomena-fenomena alam lainnya.
Prinsip dasar dari metode potensial diri adalah pengukuran tegangan statis alam (Static Natural Voltage) pada permukaan tanah. Orang yang pertama kali menggunakan metode ini adalah untuk menentukan daerah yang mengandung mineral logam.

Tips cara mencari sumber air dengan menggali sumur
Kawan-kawan semua, tentunya akan sangat menyadari pentingnya memenuhi kebutuhan air bersih yang sangat penting dalam menunjang kesehatan manusia. Dalam hal ini, mengadakan dan mencari sumber air yang pas akan menjadi persoalan karena dibutuhkan keahlian terutama buat penggali lubang sumur. Meskipun cukup sulit menemukan sumber air, dengan berbekal sedikit pengetahuan anda dapat membantu tukang gali sumur menemukan sumber air dengan menggunakan teknik analisa lapangan dahulu sebelum melakukan pengeboran.
Beberapa kumpulan tips yang dapat digunakan untuk mencari sumber air dengan menggali sumur adalah sebagai berikut :
Mendeteksi titik-titik sumber mata air melalui tempurung kelapa.
Pertama anda harus menyediakan lokasi dimana lokasi sumur yang akan anda gali dengan luas lahan sekira 2 meter x 2 meter.
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya titik-titik sumber mata air didalam tanah tepat di lokasi lahan sumur yang bakal anda gali itu, maka anda perlu menyiapkan setengah lingkaran tempurung kelapa, kemudian tempurung tersebut diletakkan diatas dasar tanah di lokasi titik sumur yang sudah anda tentukan sebelumnya dengan posisi tengkurap. Waktu yang lebih tepat untuk memasang tempurung kelapa dilokasi sumur gali tersebut sekira pukul.19.00 malam sampai dengan pukul.07.00 pagi.
Keesokan harinya, tempurung tersebut diangkat. Selanjutnya anda melihat bagian dalam tempurung itu apakah terdapat bintik-bintik air yang menguap dan lengket ke bagian dalam tempurung atau kering seperti awal saat anda meletakkannya?
Jika ada bintik-bintik air yang menguap dan lengket didasar tempurung itu, itu artinya ada mata air didalam tanah pada lokasi rencana lubang sumur gali anda, dan anda sudah bisa memulai untuk menggali sumur gali tersebut. Namun, jika tidak ditemukan bintik air yang menguap di dasar tempurung maka anda harus siap-siap mencari lokasi lahan sumur gali di tempat lain di sekitar rumah anda.
Teknik menentukan titik sumber mata air sumur bor dengan menggunakan garam
Garam yang digunakan tidak harus jenis garam yang beryodium lho karena tidak digunakan buat dimakan, tapi digunakan untuk mengetahui tanah yang terindikasi memiliki sumber mata air.
Sama seperti yang tadi kira-kira pada jam 7 atau jam 8 malam letakanlah 1 atau 2 genggam garam diatas tanah yang dimaksud kemudian tutup dengan rapat menggunakan kaleng bekas susu yang sebagian sisinya terbuka dan bagian sisi luarnya tertutup.
Pada pagi harinya silahkan lihat garam itu, jika garamnya habis atau tinggal sedikit berarti pada titik tsb ada sumber airnya.
Jika diperlukan taruhlah garam dan kaleng tersebut pada beberapa titik sekaligus dan lihatlah pada titik mana yang garamnya paling sedikit, maka disitulah anda menggali sumur untuk mencari sumber air.
Tehnik daun pisang menentukan titik sumber mata air bor.
Teknik ini berguna untuk menganalisa kelembaban di dalam tanah. Cara yang dilakukan adalah mengambil beberapa lembar daun pisang, selanjutnya taruhlah daun tersebut pada beberapa titik yang akan di bor atau digali. Waktu penyimpanan disarankan pada sekitar  jam 9 atau jam 10 malam.
Pagi harinya anda dipersilahkan melihat embun yang menempel pada daun pisang tersebut (yakni pada bagian bawah daun tadi). Semakin banyak embun yang menempel maka semakin banyak debit air bawah tanah tersebut. Namun jika daunnya tetap kering berarti tidak ada sumber air di bawah daun tersebut dan tentunya anda harus mencari lokasi lain sampai tepat ditemukan.
Selain itu perlu diperhatikan adalah lokasi sumur gali sedapat mungkin harus berjarak lebih kurang 10 meter atau lebih dari WC dan Septik teng milik anda. Kenapa? Agar air sumur anda tidak tercemar bau busuk limbah dan juga agar air sumur anda layak untuk dikonsumsi.
Dalam usaha untuk mendapatkan susunan mengenai lapisan bumi, kegiatan penyelidikan melalui permukaan tanah atau bawah tanah haruslah dilakukan, agar bisa diketahui ada atau tidaknya lapisan pembawa air (akuifer), ketebalan dan kedalamannya  serta  untuk  mengambil  contoh  air untuk dianalisis kualitas airnya. Meskipun air tanah tidak dapat secara langsung diamati melalui permukaan bumi, penyelidikan permukaan tanah merupakan  awal penyelidikan  yang cukup penting, paling tidak dapat memberikan suatu gambaran mengenai lokasi keberadaan air tanah tersebut.
Beberapa   metode  penyelidikan   permukaan   tanah yang dapat dilakukan, diantaranya : metode geologi, metode  gravitasi,  metode  magnit,  metode  seismik, dan  metode  geolistrik.  Dari  metode-metode tersebut, metode geolistrik merupakan metode yang banyak  sekali  digunakan  dan  hasilnya  cukup  baik (Bisri,1991).Sebelum   pengambilan   air   tanah   dengan   sumur dalam (bor dalam) ini dilakukan, terlebih dahulu dilakukan   penyelidikan   awal  di  atas  permukaan tanah untuk mengetahui ada tidaknya lapisan pembawa  air (akuifer).   Sementara  itu, potensi  air tanah (akuifer)   yang ada dikampus Tegal Boto Universitas   Jember   tidak  diketahui   secara  pasti, karena belum pernah dilakukan penelitian.
Penelitian ini dilakukan  untuk mengetahui  susunan lapisan bawah permukaan tanah, sehingga dapat diketahui adanya lapisan pembawa air tanah atau akuifer yang ada di Kampus Tegal Boto Universitas Jember   dengan   menggunakan   pendekatan Geolistrik.
Penelitian ini dilakukan  untuk mengetahui  susunan lapisan bawah permukaan tanah, sehingga dapat diketahui adanya lapisan pembawa air tanah atau akuifer yang ada di Kampus Tegal Boto Universitas Jember   dengan   menggunakan   pendekatan Geolistrik.
Metode ini dilakukan dengan cara memindahkan elektroda dengan jarak tertentu maka akan diperoleh harga-harga   tahanan  jenis  pada  kedalaman   yang sesuai dengan jarak elektroda.  Harga tahanan jenis dari   hasil perhitungan kemudian diplot terhadap kedalaman (jarak elektroda) pada kertas ‘log–log’ yang merupakan kurva lapangan. Selanjutnya kurva lapangan   tersebut   diterjemahkan    menjadi   jenis batuan dan kedalamannya. Prinsip konfigurasi geolistrik ditunjukkan pada Gambar 1.


Gambar 1. Konfigurasi Geolistrik



Dengan  memindahkan  elektroda  dengan  jarak tertentu  maka  akan  diperoleh  harga-harga  tahanan jenis pada kedalaman yang sesuai dengan jarak elektroda.  Harga  tahanan  jenis  dari      hasil perhitungan kemudian diplot terhadap kedalaman (jarak elektroda) pada kertas ‘log–log ’ yang merupakan kurva lapangan. Selanjutnya kurva lapangan   tersebut   diterjemahkan    menjadi   jenis batuan dan kedalamannya
Pengukuran  resitivitas  suatu  titik  sounding dilakukan dengan jalan mengubah jarak elektrode secara sembarang  tetapi mulai dari jarak elektrode kecil  kemudian   membesar   secara  gradual.   Jarak antar elektrode ini sebanding dengan kedalaman lapisan batuan yang terdeteksi. Makin besar jarak elektrode maka makin dalam lapisan batuan yang dapat diselidiki. Interpretasi data resistivitas didasarkan pada asumsi bahwa bumi terdiri dari lapisan-lapisan  tanah dengan ketebalan tertentu dan mempunyai  sifat kelistrikan  homogen  isotrop, dimana batas antar lapisan dianggap horisontal.
Survei   resistivitas   akan   memberikan   gambaran tentang   distribusi   resistivitas   bawah   permukaan. Harga  resistivitas  tertentu  akan berasosiasi  dengan kondisi geologi tertentu. Untuk mengkonversi harga resistivitas   ke  dalam   bentuk   geologi   diperlukan pengetahuan  tentang  tipikal  dari  harga  resistivitas untuk   setiap   tipe   material   dan   struktur   daerah survey. Harga resistivitas batuan, mineral, tanah dan unsur  kimia  secara  umum  telah  diperoleh  melalui berbagai  pengukuran  dan  dapat  dijadikan  sebagai acuan untuk proses konversi (Telford, et al., 1990). Nilai    resistivitas    sebenarnya    dapat    dilakukan dengan  cara  pencocokan  (matching)  atau  dengan metode   inversi.   Pada   penelitian   ini   dilakukan dengan   metode   inversi,   menggunakan    program IPI2WIN.






Legenda :
Keterangan: lintasan
Lokasi Penelitian Titik pengukuran
Sumber : Bakorsurtanal, 1997 Sumber : Anonim, 2006
Gambar 2 Lokasi Penelitian       Gambar 3  Lintasan dan Posisi Titik Pengukuran Geolistrik

METODE
Penelitian  ini  dilakukan  di Kampus  Tegal  Boto  – Universitas  Jember. Lokasi Penelitian   ditunjukkan pada Gambar 2. Sedangkan  penentuan lintasan dan titik  pengukuran   geolistrik  dilakukan   di  rencana lokasi  gedung  Teknik  Kampus  Tegal  Boto Universitas Jember. Adapun lintasan dan titik pengukuran  geolistrik  dalam  penelitian  ini ditunjukkan pada Gambar 3.
Pengukuran  geolistrik  yang  diterapkan  pada penelitian ini adalah geolistrik sounding (vertikal) konfigurasi Schlumberger. Jumlah titik sounding sebanyak 5 titik dengan panjang lintasan sepanjang
850 meter.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Secara  geologi,  batuan  di  lokasi  penelitian didominasi oleh endapan vulkanik muda, meliputi : tufa, lahar, breksi dan lava andesit sampai basal. Kelulusan tinggi hingga sedang. Kelulusan tinggi terutama   pada   endapan   lahar   dan   aliran   lava vasikuler. Secara hidrogeologi, akuifer di lokasi penelitian merupakan aliran melalui celah dan ruang antar butir. Akuifer produktifnya bersifat produksi sedang   dengan   penyebaran   yang   luas.   Akuifer dengan keterusandan kisaran kedalaman muka air tanah   sangat   beragam.   Debit   sumur   umumnya kurang  dari  5 liter/detik.  Peta  hidrogeologi  lokasi penelitian lihat Gambar 4.














Lokasi penelitian

Sumber : Soekardi, 1984
Gambar  4  Peta Hidrogeologi Lokasi Penelitian

Pengukuran tahanan jenis di lokasi penelitian merupakan pengukuran tahanan jenis semu. Data tahanan jenis semu tersebut diolah atau diinversi dengan  persamaan  matematis  untuk  mendapatkan nilai  tahanan  jenis  yang  sebenarnya.  Dalam penelitian  ini input data tahanan jenis semu dioleh dengan  menggunakan   perangkat  lunak  IPI2WIN. Hasil  pengolahan  data  pseudosection  berupa distribusi tahanan jenis sebenarnya terhadap penampang  melintang  di bawah  permukaan  tanah. Hasil pengolahan data yang diperoleh berupa penampang resistivitas yang menggambarkan nilai distribusi lapisan bawah permukaan tanah pada masing-masing titik sounding. Pada penampang resistivitas tersebut, perubahan nilai resistivitas dinyatakan dalam bentuk citra warna yang berbeda- beda   dengan   kedalaman   atau   ketebalan   lapisan tertentu sesuai dengan nilai resistivitasnya. Hasil distribusi resistivitas  atau tahanan jenis sebenarnya pada penampang vertikal ditunjukkan pada Gambar 5.

Berdasarkan hasil interpretasi peta geologi dan hidrogeologi,   menunjukkan   bahwa   lapisan pembawa air (akuifer) di lokasi penelitian tergolong akuifer dengan tingkat produktivitas sedang yang menyebar  secara  luas. Pada akuifer  ini potensi  air tanah yang dapat dimanfaatkan kurang dari 5 liter/detik.   Akuifer   ini  diperkirakan   berasal   dari daerah   resapan   Gunung   Argopuro   dan   Gunung Raung.
Berdasarkan  hasil distribusi nilai resistivitas  secara vertikal  (Gambar  5),  didapatkan  interpretasi kuantitatif  yang  menggambarkan  kondisi  atau lapisan batuan bawah permukaan tanah di lokasi penelitian. Hasil interpretasi selengkapnya ditunjukkan pada Tabel 1 sampai Tabel 5.


Gambar 5  Distribusi Nilai Resistivitas (Tahanan Jenis)
Tabel 1 : Interpretasi pada titik S1

No Kedalaman
(m) Nilai Tahanan
Jenis (Ωm) Lapisan Batuan Konfigurasi Warna  
1 0 – 5,48 17 - 33,70 Dugaan     asosiasi  antara  lempung, Biru 1  
lanau dan lempung berpasir  
2 6,0 – 46 100 Dugaan kerikil dan ber pasir keringlempung Hijau 2,3  
3 45 – 115 15,9 Dugaan pasir atau kerikil jenuh air Biru 2,3  
4 115 – 200 422 Dugaan batu pasir, kerikil dan gamping dan batu Kuning 1

Tabel 2 : Interpretasi pada titik S2

No Kedalaman
(m) Nilai Tahanan
Jenis (Ωm) Lapisan Batuan Konfigurasi Warna  
1 0 - 8,0 18 – 33 Dugaan     asosiasi  antara  lempung, Biru 1,2  
lanau dan lempung berpasir  
2 8,0 – 50 427 Dugaan  batu pasir, kerikil dan batu Kuning 1  
gamping.  
3 50 – 200 653 Dugaan   batu pasir berkwarsa, batu Kuning 2  
gamping

Tabel 3 : Interpretasi pada titik S3

No Kedalaman
(m) Nilai Tahanan
Jenis (Ωm) Lapisan Batuan Konfigurasi Warna  
1 0 - 5,61 21,6 Dugaan     asosiasi  antara  lempung, Biru 3,4  
lanau dan lempung berpasir  
2 6,0 – 10 4663 Dugaan  lapisan batu boulder dan Merah  
kerikil kering.  
3 10 – 22 22,1 Dugaan      lapisan   pasir,   lempung Biru 1,2  
pasiran  
4 22 – 77 367 Dugaan batu pasir dan kerikil kering Kuning 1  
5 77 – 200 687 Dugaan batu pasir berkwarsa, batu Kuning 2  
gamping

Tabel 4 : Interpretasi pada titik S4

No Kedalaman
 (m)
Nilai Tahanan Jenis (Ωm) Lapisan Batuan Konfigurasi Warna  
1 0 - 10 14,9 – 47,2 Dugaan asosiasi  antara  lempung, Biru 4,5  
2 10 – 40 1345 Dugaan  batu pasir, kerikil kering Coklat 2  
3 40 – 64 173 Dugaan        kerikil    dan    lempung berpasir kering Hijau 3  
4 64 – 200 622 Dugaan batu pasir berkwarsa, batu Kuning 2  
gamping

Tabel 5 : Interpretasi pada titik S5

No Kedalaman
(m) Nilai Tahanan
Jenis (Ωm) Lapisan Batuan Konfigurasi Warna  
1 0 - 11 15,7 – 47,2 Dugaan     asosiasi  antara  lempung, Biru 3,4,5  
lanau dan lempung berpasir  
2 11 – 45 839 Dugaan batu pasir, kerikil kering Coklat 1  
3 45 – 200 577 Dugaan  batu  pasir  berkwarsa,  batu Kuning 2  
gamping

Dari hasil interpretasi diatas menunjukkan bahwa sebagian   besar   batuan   didominasi   oleh   lapisan batuan   yang   mempunyai   nilai   resistivitas   atau tahanan jenis tinggi (diatas 500 Ωm). Lapisan ini kurang  mempunyai  sifat sebagai  lapisan  pembawa air  (akuifer).  Namun  demikian  apabila  akan dilakukan    pengeboran    air   tanah   sebaiknya    di lakukan di titik sounding 1 (S1), dengan kedalaman pengeboran antara 100 sampai 125 meter. Pada titik S1 ini diduga sebagai lapisan pembawa air (akuifer) dengan prospek akuifer produksi setempat.
Dari hasil penyelidikan  geolistrik di lokasi Gedung Teknik,  Kampus  Tegal  Boto  Univesitas   Jember, maka  dapat  disimpulkan   bahwa:  Secara  geologi, batuan di lokasi penelitian didominasi oleh endapan vulkanik  muda  yang  terdiri  dari  tuf,  breksi,  lahar dan lava andesit sampai basal. Secara hidrogeologi, lokasi penelitian  merupakan  akuifer yang memiliki aliran melalui celah dan ruang antar butir. Akuifer ini  bersifat  sedang  dengan  penyebaran  luas. Keterusan dan kedalaman muka air tanah sangat beragam. Debit sumur yang dapat dimanfaatkan kurang  dari  5 liter/detik.  Hasil  pendugaan  dengan geolistrik yang dikorelasikan dengan referensi kuantitatif,   menunjukkan   bahwa   sebagian   besar batuan  di  titik  sounding  2  sampai  5  merupakan lapisan  batuan  keras  yang  mempunyai  nilai resistivitas   tinggi  (diatas  500  Ωm).  Lapisan   ini kurang  mempunyai  sifat sebagai  lapisan  pembawa air    (akuifer).    Namun    demikian    apabila    akan dilakukan    pengeboran    air   tanah   sebaiknya    di lakukan di titik sounding 1 (S1) yang berpotensi sebagai lapisan pembawa air (akuifer).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar