A. Pengertian
1. Mineral golongan A
Tambang golongan A, yaitu golongan bahan galian yang
strategis.Artinya bahan galian tersebut penting untuk pertahanan/keamanan
Negara atau untuk menjamin perekonomian negara.
Contoh:
semua jenis batu bara, minyak bumi, bahan radioaktif tambang aluminium
(bauksit), timah putih, mangaan, besi, dan nikel.
a. Batu bara adalah salah
satu bahan
bakar fosil. Pengertian umumnya
adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik,
utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan.
b. Dalam bahasa inggris, miyak bumi adalah Petroleum dari
bahasa latin Petrus(karang) dan Oleum(Minyak). Minyak Bumi adalah cairan kental
berwarna hitam yang bersifat mudah terbakar. Minyak bumi terletak pada lapisan
atas pada kerak bumi. Minyak bumi dijuluki sebagai emas hitam. Minyak Bumi
adalah senyawa kimia yng mengandung hidro dan karbon. Minyak bumi yang belum
diolah disebut minyak mentah dan belum dapat digunakan. Hasil- hasil pengolahan
minyak bumi ialah bensin, aspal, aftur, plastik, gas LPG, bahan pembuat ban,
oli dan solar.
c. Gas alam sering juga disebut sebagai gas Bumi atau gas rawa, adalah bahan
bakar fosil berbentuk gas yang terutama terdiri dari metana CH4).
d. Nikel adalah salah satu zat padat metalik yang
memiliki sifat tahan karat. Dalam keadan tidak bercampur, wujud nikel adalah
sebagai zat yang lembek, tapi nikel bisa menjadi baja tahan karat (stainless
steel) apabila dipadukan dengan krom, besi, dan zat logam lainnya.
e. Timah dalam
bahasa Inggris disebut sebagai Tin dengan symbol kimia Sn. Nama latin dari timah adalah “Stannum”
dimana kata ini berhubungan dengan kata “stagnum” yang dalam bahasa
inggris bersinonim dengan kata “dripping” yang artinya menjadi cair / basah,
penggunaan kata ini dihubungkan dengan logam timah yang mudah mencair.
Timah merupakan logam putih keperakan,
logam yang mudah ditempa dan bersifat flesibel, memiliki struktur kristalin,
akan tetapi bersifat mudah patah jika didinginkan.
B.
Proses Terbentuk
1. Batu bara
Proses pembentukan batu barasendiri sangatlah kompleks dan membutuhkan
waktu hingga berjuta-juta tahun lamanya. Batubara terbentuk dari sisa-sisa
tumbuhan purba yang kemudian mengendap selama berjuta-juta tahun dan mengalami
proses pembatubaraan (coalification) dibawah pengaruh fisika, kimia, maupun
geologi. Oleh karena itu, batubara termasuk dalam kategori bahan bakar fosil.
Secara ringkas ada 2 tahap proses pembatubaraan yang terjadi, yakni:
a. Tahap Diagenetik atau Biokimia (Penggambutan),
dimulai pada saat dimana tumbuhan yang telah mati mengalami pembusukan
(terdeposisi) dan menjadi humus. Humus ini kemudian diubah menjadi gambut oleh
bakteri anaerobic dan fungi hingga lignit (gambut) terbentuk. Agen utama yang
berperan dalam proses perubahan ini adalah kadar air, tingkat oksidasi dan
gangguan biologis yang dapat menyebabkan proses pembusukan (dekomposisi) dan
kompaksi material organik serta membentuk gambut.
b. Tahap Malihan atau Geokimia,
meliputi proses perubahan dari lignit menjadi bituminus dan akhirnya antrasit.
Secara lebih rinci,
proses pembentukan batu bara dapat dijelaskan sebagai berikut:
·
Pembusukan,
bagian-bagian tumbuhan yang lunak akan diuraikan oleh bakteri anaerob.
·
Pengendapan,
tumbuhan yang telah mengalami proses pembusukan selanjutnya akan
mengalami pengendapan, biasanya di lingkungan yang berair. Akumulasi dari
endapan ini dengan endapan-endapan sebelumnya akhirnya akan membentuk lapisan
gambut.
·
Dekomposisi,
lapisan gambut akan mengalami perubahan melalui proses biokimia dan
mengakibatkan keluarnya air dan sebagian hilangnya sebagian unsur karbon dalam
bentuk karbondioksida, karbonmonoksida, dan metana. Secara relatif, unsur
karbon akan bertambah dengan adanya pelepasan unsur atau senyawa tersebut.
·
Geotektonik,
lapisan gambut akan mengalami kompaksi akibat adanya gaya tektonik dan kemudian
akan mengalami perlipatan dan patahan. Batubara low grade dapat
berubah menjadi batubara high grade apabila gaya
tektonik yang terjadi adalah gaya tektonik aktif, karena gaya tektonik aktif
dapat menyebabkan terjadinya intrusi atau keluarnya magma. Selain itu,
lingkungan pembentukan batubara yang berair juga dapat berubah menjadi area
darat dengan adanya gaya tektonik setting tertentu.
·
Erosi, merupakan proses pengikisan
pada permukaan batubara yang telah mengalami proses geotektonik. Permukaan yang
telah terkelupas akibat erosi inilah yang hingga saat ini dieksploitasi
manusia.
Faktor-Faktor Dalam
Pembentukan Batubara
Faktor-Faktor dalam
pembentukan batubara sangat berpengaruh terhadap bentuk maupun kualitas dari
lapisan batubara. Beberapa faktor yang berpengaruh dalam pembentukan batubara
adalah :
a.
Material dasar,
yakni flora atau tumbuhan yang tumbuh beberapa juta tahun yang lalu, yang
kemudian terakumulasi pada suatu lingkungan dan zona fisiografi dengan iklim
clan topografi tertentu. Jenis dari flora sendiri amat sangat berpengaruh
terhadap tipe dari batubara yang terbentuk.
b.
Proses dekomposisi,
yakni proses transformasi biokimia dari material dasar pembentuk batubara
menjadi batubara. Dalam proses ini, sisa tumbuhan yang terendapkan akan
mengalami perubahan baik secara fisika maupun kimia.
c.
Umur geologi,
yakni skala waktu (dalam jutaan tahun) yang menyatakan berapa lama material
dasar yang diendapkan mengalami transformasi. Untuk material yang diendapkan
dalam skala waktu geologi yang panjang, maka proses dekomposisi yang terjadi
adalah fase lanjut clan menghasilkan batubara dengan kandungan karbon yang
tinggi.
d.
Posisi geotektonik,
yang dapat mempengaruhi proses pembentukan suatu lapisan batubara dari :
·
Tekanan yang dihasilkan oleh proses geotektonik
dan menekan lapisan batubara yang terbentuk.
·
Struktur dari lapisan batubara tersebut, yakni
bentuk cekungan stabil, lipatan, atau patahan.
·
Intrusi magma, yang akan mempengaruhi dan/atau
merubah grade dari lapisan batubara yang dihasilkan.
e.
Lingkungan pengendapan,
yakni lingkungan pada saat proses sedimentasi dari material dasar menjadi
material sedimen. Lingkungan pengendapan ini sendiri dapat ditinjau dari
beberapa aspek sebagai berikut:
·
Struktur cekungan batubara, yakni posisi di
mana material dasar diendapkan. Strukturnya cekungan batubara ini sangat
berpengaruh pada kondisi dan posisi geotektonik.
·
Topografi dan morfologi, yakni bentuk dan
kenampakan dari tempat cekungan pengendapan material dasar. Topografi dan
morfologi cekungan pada saat pengendapan sangat penting karena menentukan
penyebaran rawa-rawa di mana batubara terbentuk. Topografi dan morfologi dapat
dipengaruhi oleh proses geotektonik.
·
Iklim, yang merupakan faktor yang sangat
penting dalam proses pembentukan batubara karena dapat mengontrol pertumbuhan
flora atau tumbuhan sebelum proses pengendapan. Iklim biasanya dipengaruhi oleh
kondisi topografi setempat.
Interpretasi Lingkungan
Pengendapan dari Litotipe dan Viikrolitotipe
Tosch (1960) dalam Bustin dkk.(1983), Teichmuller and Teichmuller (1968) dalam Murchissen (1968) berpendapat bahwa litotipe dan mikrolitotipe batubara berhubungan erat dengan lingkungan pengendapannya.
Tosch (1960) dalam Bustin dkk.(1983), Teichmuller and Teichmuller (1968) dalam Murchissen (1968) berpendapat bahwa litotipe dan mikrolitotipe batubara berhubungan erat dengan lingkungan pengendapannya.
a.
Lingkungan pengendapan dari masing-masing litotipe
adalah sebagaii berikut:
·
Vitrain dan Clarain, diendapkan
di daerah pasang surut dimana terjadi perubahan muka air laut.
·
Fusain, diendapkan pada lingkungan
dengan kecepatan pengendapan rendah, yaitu lingkungan air dangkal yang dekat
dengan daratan.
·
Durain, diendapkan dalam lingkungan
yang lebih dalam lagi, diperkirakan lingkungan laut dangkal.
b.
Sedangkan interpretasi lingkungan pengendapan
berdasarkan mikrolitotipe adalah sebagai berikut :
·
Vitrit, berasal dari kayu-kayuan
seperti batang, dahan, akar, yang menunjukkan lingkungan rawa berhutan.
·
Clarit, berasal dari tumbuhan yang
mengandung serat kayu dan diperkirakan terbentuk pada lingkungan rawa.
·
Durit, kaya akan jejak jejak akar
dan spora, hal ini diperkirakan terbentuk pada lingkungan laut dangkal.
·
Trimaserit, yang kaya akan vitrinit
terbentuk di lingkungan rawa, sedangkan yang kaya akan liptinit terbentuk di
lingkungan laut dangkal clan yang kaya akan inertinit terbentuk dekat daratan.
Lingkungan Pengendapan
Batubara
Pembentukan
batubara terjadi pada kondisi reduksi di daerah rawa-rawa lebih dari 90%
batubara di dunia terbentuk pada lingkungan paralik.Daerah seperti ini dapat
dijumpai di dataran pantai, laguna, delta, dan fluviatil.
Di dataran pantai, pengendapan batubara terjadi pada rawa-rawa
di belakang pematang pasir pantai yang berasosiasi dengan sistem laguna ke arah
darat.Di daerah ini tidak berhubungan dengan laut terbuka sehingga efek
oksidasi au laut tidak ada sehingga menunjang pada pembentukan batubara di daerah
rawa-rawa pantai.
Pada lingkungan delta, batubara terbentuk di backswamp clan
delta plain. Sedangkan di delta front dan prodelta tidak terbentuk batubara
disebabkan oleh adanya pengaruh air laut yang besar clan berada di bawah
permulcaan air laut.
Pada lingkungan fluviatil terjadi pada rawa-rawa dataran banjir
atau ,th.-alplain dan belakang tanggul alam atau natural levee dari sistem
sungai yang are-ander. Umumnya batubara di lingkungan ini berbentuk lensa-lensa
karena membaii ke segala arah mengikuti bentuk cekungan limpahnya.
1. Endapan
Batubara Paralik
Lingkungan paralik terbagi ke
dalam 3 sub lingkungan, yakni endapan lmuhara belakang pematang (back barrier),
endapan batubara delta, endapan Dwubara antar delta dan dataran pantai (Bustin,
Cameron, Grieve, dan Kalkreuth,
Ketiganya mempunyai bentuk lapisan tersendiri, akan tetapi pada , wnumnya tipis-tipis, tidak menerus secara lateral, mengandung kadar sulfur, abu dar. nitrogen yang tinggi.
Ketiganya mempunyai bentuk lapisan tersendiri, akan tetapi pada , wnumnya tipis-tipis, tidak menerus secara lateral, mengandung kadar sulfur, abu dar. nitrogen yang tinggi.
2.
Endapan Batubara Belakang Pematang (back
barrier)
Batubara
belakang pematang terakumulasi ke arah darat dari pulau-pulau pcmatang (barrier
island) yang telah ada sebelumnya dan terbentuk sebagai ai.:hat dari pengisian
laguna. Kemudian terjadi proses pendangkalan cekungan antar pulau-pulau bar
sehingga material yang diendapkan pada umumnya tergolong ke dalam klastika
halus seperti batulempung sisipan batupasir dan batugamping. Selanjutnya
terbentuk rawa-rawa air asin dan pada keadaan ini cn.iapan sedimen dipengaruhi
oleh pasang surut air laut sehingga moluska dapat berkembang dengan baik sebab
terjadi pelemparan oleh ombak dari laut terbuka le laguna yang membawa materi
organik sebagai makanan yang baik bagi penghuni laguna. Sedangkan endapan
sedimen yang berkembang pada umumnya tcrdiri dari perselingan batupasir dan batulempung
dengan sisipan batubara dan batugamping.Struktur sedimen yang berkembang ialah
lapisan bersusun, silang siur dan laminasi halus.Endapan batubara terbentuk
akibat dari meluasnya permukaan rawa dari pulau-pulau gambut (marsh) yang ditumbuhi
oleh tumbuhan air tawar.
3. Endapan
Batubara Delta
Berdasarkan
bentuk dataran deltanya, batubara daerah ini terbentuk pada beberapa sub
lingkungan yakni delta yang dipengaruhi sungai, gelombang pasang surut.dataran
delta bawah dan atas, dan dataran aluvium. Kecepatan pengendapan sangat
berpengaruh pada penyebaran dan ketebalan endapan batubara. Batubara daerah ini
tidak menerus secara lateral akibat dari perubahan fasies yang relatif pendek
dan cepat yang disebabkan oleh kemiringan yang tajam sehingga ketebalan dan kualitasnya
bervariasi. Pada umumnya batubara tersebut berasal dari alang-alang dan
tumbuhan paku.
4. Endapan
Batubara Antar Delta dan Dataran Pantai
Batubara
daerah ini terbentuk pada daerah rawa yang berkembang di :jerah pantai yang
tenang dengan water table tinggi dan pengaruh endapan liaaik sangat kecil.
Daerah rawa pantai biasanya banyak ditumbuhi oleh :umbuhan air tawar dan air
payau. Batubara ini pada umumnya tipis-tipis dan secara lateral tidak lebih
dari 1 km.
Batubara
lingkungan ini kaya akan abu, sulfur, nitrogen, dan mengandung fosil laut. Di
daerah tropis biasanya terbentuk dari bakau dan kaya sulfur. Kandungan sulfur
tinggi akibat oleh naiknya ion sulfat dari air laut dan oleh salinitas bakteri
anaerobik.
Tempat Pembentukan Batu
Bara
Terdapat dua teori yang menjelaskan tentang
tempat dalam proses pembentukan batu bara, yaitu :
a.
Teori insitu
Proses pembentukan batu bara terjadi di tempat
asal tumbuhan tersebut berada. Tumbuhan yang telah mati akan langsung tertimbun
lapisan sedimen dan kemudian mengalami proses pembatubaraan tanpa mengalami
proses perpindahan tempat.
Batubara yang dihasilkan dari proses ini
memiliki kualitas yang baik. Penyebaran batubara jenis ini sifatnya merata dan
luas, bisa dijumpai di wilayah Muara Enim, Sumatera Selatan
b.
Teori drift
Berdasarkan teori ini, batubara terbentuk bukan
di tempat asal tumbuhan itu berada. Tumbuhan yang telah mati akan
terangkut air hingga terkumpul di suatu tempat dan mengalami proses
sedimentasi dan pembatubaraan.
Kualitas batubara yang dihasilkan dari proses
ini tergolong kurang baik karena tercampur material pengotor pada saat
proses pengangkutan.
2.
Minyak bumi
Minyak
bumi terbentuk dari penguraian senyawa-senyawa organik dari jasad
mikroorganisme jutaan tahun yang lalu di dasar laut atau di darat.Sisa-sisa
tumbuhan dan hewan tersebut tertimbun oleh endapan pasir, lumpur, dan zat-zat
lain selama jutaan tahun dan mendapat tekanan serta panas bumi secara alami.
Bersamaan dengan proses tersebut, bakteri pengurai merombak senyawa-senyawa
kompleks dalam jasad organik menjadi senyawa-senyawa hidrokarbon. Proses
penguraian ini berlangsung sangat lamban sehingga untuk membentuk minyak bumi
dibutuhkan waktu yang sangat lama. Itulah sebabnya minyak bumi termasuk sumber
daya alam yang tidak dapat diperbarui, sehingga dibutuhkan kebijaksanaan dalam
eksplorasi dan pemakaiannya.
Hasil
peruraian yang berbentuk cair akan menjadi minyak bumi dan yang berwujud gas
menjadi gas alam. Untuk mendapatkan minyak bumi ini dapat dilakukan dengan
pengeboran.Beberapa bagian jasad renik mengandung minyak dan lilin.Minyak dan
lilin ini dapat bertahan lama di dalam perut bumi. Bagian-bagian tersebut akan
membentuk bintik-bintik, warnanya pun berubah menjadi cokelat tua.
Bintink-bintik itu akan tersimpan di dalam lumpur dan mengeras karena terkena
tekanan bumi. Lumpur tersebut berubah menjadi batuan dan terkubur semakin dalam
di dalam perut bumi. Tekanan dan panas bumi secara alami akan mengenai batuan
lumpur sehingga mengakibatkan batuan lumpur menjadi panas dan bintin-bintik di
dalam batuan mulai mengeluarkan minyak kental yang pekat. Semakin dalam batuan
terkabur di perut bumi, minyak yang dihasilkan akan semakin banyak. Pada saat
batuan lumpur mendidih, minyak yang dikeluarkan berupa minyak cair yang
bersifat encer, dan saat suhunya sangat tinggi akan dihasilkan gas alam. Gas
alam ini sebagian besar berupa metana.
Sementara
itu, saat lempeng kulit bumi bergerak, minyak yang terbentuk di berbagai tempat
akan bergerak. Minyak bumi yang terbentuk akan terkumpul dalam pori-pori batu
pasir atau batu kapur. Oleh karena adanya gaya kapiler dan tekanan di perut
bumi lebih besar dibandingkan dengan tekanan di permukaan bumi, minyak bumi
akan bergerak ke atas. Apabila gerak ke atas minyak bumi ini terhalang oleh
batuan yang kedap cairan atau batuan tidak berpori, minyak akan terperangkap
dalam batuan tersebut. Oleh karena itu, minyak bumi juga disebut petroleum.Petroleum berasal
dari bahasa Latin, petrus artinya batu dan oleum yang artinya minyak.
Daerah
di dalam lapisan tanah yang kedap air tempat terkumpulnya minyak bumi disebut
cekungan atau antiklinal.Lapisan paling bawah dari cekungan ini berupa air
tawar atau air asin, sedangkan lapisan di atasnya berupa minyak bumi bercampur
gas alam. Gas alam berada di lapisan atas minyak bumi karena massa jenisnya
lebih ringan daripada massa jenis minyak bumi. Apabila akumulasi minyak bumi di
suatu cekungan cukup banyak dan secara komersial menguntungkan, minyak bumi
tersebut diambil dengan cara pengeboran. Minyak bumi diambil dari sumur minyak
yang ada di pertambangan-pertambangan minyak. Lokasi-lokasi sumur-sumur minyak
diperoleh setelah melalui proses studi geologi analisis sedimen karakter dan
struktur sumber.
Berikut
adalah langkah-langkah proses pembentukan minyak bumi beserta gamar ilustrasi:
a.
Ganggang hidup di danau
tawar (juga di laut). Mengumpulkan energi dari matahari dengan fotosintesis.
b.
Setelah ganggang-ganggang ini mati, maka akan terendapkan di dasar
cekungan sedimen dan membentuk batuan induk (source rock). Batuan
induk adalah batuan yang mengandung karbon (High Total Organic Carbon).
Batuan ini bisa batuan hasil pengendapan di danau, di delta, maupun di dasar
laut. Proses pembentukan karbon dari ganggang menjadi batuan induk ini sangat
spesifik. Itulah sebabnya tidak semua cekungan sedimen akan mengandung minyak
atau gas bumi. Jika karbon ini teroksidasi maka akan terurai dan bahkan menjadi
rantai karbon yang tidak mungkin dimasak.
c.
Batuan induk akan terkubur di bawah batuan-batuan lainnya yang
berlangsung selama jutaan tahun. Proses pengendapan ini berlangsung terus
menerus. Salah satu batuan yang menimbun batuan induk adalah batuan reservoir atau batuan sarang. Batuan sarang
adalah batu pasir, batu gamping, atau batuan vulkanik yang tertimbun dan
terdapat ruang berpori-pori di dalamnya. Jika daerah ini terus tenggelam dan
terus ditumpuki oleh batuan-batuan lain di atasnya, maka batuan yang mengandung
karbon ini akan terpanaskan. Semakin kedalam atau masuk amblas ke bumi, maka
suhunya akan bertambah. Minyak terbentuk pada suhu antara 50 sampai 180 derajat
Celsius. Tetapi puncak atau kematangan terbagus akan tercapai bila suhunya
mencapat 100 derajat Celsius. Ketika suhu terus bertambah karena cekungan itu
semakin turun dalam yang juga diikuti penambahan batuan penimbun, maka suhu
tinggi ini akan memasak karbon yang ada menjadi gas.
d.
Karbon terkena panas dan bereaksi dengan hidrogen membentuk hidrokarbon.
Minyak yang dihasilkan oleh batuan induk yang telah matang ini berupa minyak
mentah. Walaupun berupa cairan, ciri fisik minyak bumi mentah berbeda dengan
air. Salah satunya yang terpenting adalah berat jenis dan kekentalan.
Kekentalan minyak bumi mentah lebih tinggi dari air, namun berat jenis minyak
bumi mentah lebih kecil dari air. Minyak bumi yang memiliki berat jenis lebih
rendah dari air cenderung akan pergi ke atas. Ketika minyak tertahan oleh
sebuah bentuk batuan yang menyerupai mangkok terbalik, maka minyak ini akan
tertangkap dan siap ditambang.
3.
Gas
Alam
Pembentukan gas alam
dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu proses biologis dan proses
thermal.
a. Proses
Biologis
Pada
proses awal, gas alam terbentuk dari hasil dekomposisi zat organik oleh mikroba
anaerobik. Mikroba tersebut mampu hidup tanpa oksigen dan dapat bertahan pada
lingkungan dengan kandungan sulfur yang tinggi. Pembentukan gas alam secara
biologis ini biasanya terjadi pada rawa, teluk, dasar danau, dan lingkungan air
dengan sedikit oksigen. Proses ini membentuk gas alam pada kedalaman 760 sampai
4.880 meter. Akan tetapi, pada kedalaman di bawah 2.900 meter, terbentuk gas
(gas mengandung cairan hidrokaerbon). Proses jenis ini menempati 20%
keseluruhan cadangan gas dunia.
b. Proses
Thermal
Pada
kedalaman 4.880 meter, minyak bumi menjadi tidak stabil sehingga produk utama
hidrokarbon menjadi gas metan.Gas ini terbentuk dari
hasil cracking cairan hidrokarbon yang ada disekitarnya. Proses
pembentukan minyak bumi juga terjadi pada kedalaman ini, tetapi proses
pemecahannya menjadi metan lebih cepat terjadi.
4. Timah
Proses pembentukan bijih timah (Sn)
berasal dari magma cair yang mengandung mineral kasiterit (Sn02).
Pada saat intrusi batuan granit naik ke permukaan bumi, maka akan terjadi fase
pneumatolitik, dimana terbentuk mineral-mineral bijih diantaranya bijih timah
(Sn). Mineral ini terakumulasi dan terasosiasi pada batuan granit maupun di
dalam batuan yang diterobosnya, yang akhirnya membentuk vein-vein (urat), yaitu
: pada batuan granit dan pada batuan samping yang diterobosnya.
Berdasarkan
tempat atau lokasi pengendapannya endapan bijih timah sekunder dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Endapan Elluvial
Endapan elluvial adalah endapan bijih timah yang terjadi
akibat pelapukan secara intensif. Proses ini diikuti dengan disintegrasi batuan
samping dan perpindahan mineral kasiterit (Sn02) secara vertikal
sehingga terjadi konsentrasi residual.
Ciri-ciri
endapan elluvial adalah sebagai berikut :
·
Terdapat
dekat sekali dengan sumbernya
·
Tersebar
pada batuan sedimen atau batuan granit yang telah lapuk
·
Ukuran
butir agak besar dan angular
b. Endapan Kollovial
Endapan
bijih timah yang terjadi akibat peluncuran hasil pelapukan endapan bijih timah
primer pada suatu lereng dan terhenti pada suatu gradien yang agak mendatar
diikuiti dengan pemilahan
Ciri-cirinya
:
·
Butiran
agak besar dengan sudut runcing
·
Biasanya
terletak pada lereng suatu lembah
c. Endapan Alluvial
Endapan
bijih yang terjadi akibat proses transportasi sungai, dimana mineral berat
dengan ukuran butiran yang lebih besar diendapkan dekat dengan sumbernya.
Sedangkan mineral-mineral yang berukuran lebih kecil diendapkan jauh dari
sumbernya.
Ciri-cirinya
:
·
Terdapat
di daerah lembah
·
Mempunyai
bentuk butiran yang membundar
d. Endapan Miencan
Endapan
bijih timah yang terjadi akibat pengendapan yang selektif secara berulang-ulang
pada lapisan tertentu.
Ciri-cirinya
:
·
Endapan
berbentuk lensa-lensa
·
Bentuk
butiran halus dan bundar
e. Endapan Disseminated
Endapan
bijih timah yang terjadi akibat transportasi oleh air hujan.Jarak transportasi
sangat jauh sehingga menyebabkan penyebaran yang luas tetapi tidak teratur.
Ciri-cirinya
:
·
Tersebar
luas, tetapi bentuk dan ukurannya tidak teratur
·
Ukuran
butir halus karena jarak transportasi jauh
·
Terdapat
pada lapisan pasir atau lempung
Endapan timah sekunder termasuk
salah satu jenis endapan placer yang mempunyai nilai ekonomis. Batchelor (1973)
mengemukakan tentang evolusi “Sunda land Tin Placer” yaitu pembentukan endapan
timah placer terjadi dalam kurun waktu yang lama sejak kala Miosen Tengah
dengan ditandai mineralisasi primer tersingkap dengan skala yang besar. Tubuh
pluton granit ini mengalami pelapukan laterit dalam (deep laterite
weathering) yang mengakibatkan komposisi kandungan mineral yang tidak
resisten lapuk meningalkan mineral-mineral berat termasuk kasiterit dalam
matriks kaolin kemudian mengalami erosi membentuk endapan “elluvial placer”.
Proses erosi berjalan terus yang menyebabkan endapan ini tertranspor lebih jauh
membentuk endapan kolovial placer, kejadian ini terjadi pada Sunda Land
Regolith selama Miosen bawah – Pliosen Awal, tipe – tipe endapan ini di
Indonesia lebih dikenal dengan endapan timah kulit.
Proses ini dilanjutkan dengan proses “mass wasting” yang
mengkibatkan terakumulasinya endapan kollovial pada dasar lereng kulit (base of
hillslope), selama proses ini terjadi zona – zona sesar dan kekar sehingga
alterasi / ubahan hydrothermal tererosi. Akumulasi yang dibentuk dari hasil
erosi ini mengandung bongkah – bongkah regolith, karena kandungan air yang ada
terlalu tinggi menyebabkan terjadinya debris flow membentuk endapan “piedmont
tin placer” dengan ciri khas butiran timah yang kasar.
Endapan “Piedmont Tin Placer”
mengalami reworking lagi dan membentuk timah berukuran gravel
yang tertransport pada lingkungan fluvial yang dikenal dengan “Braided Stream
Placer”. Endapan ini mengalami reworking lagi membentuk
endapan “Beach Placer” dengan karakteristik endapan lebih tipis dan lebih luas
dari pada endapan “Braided Stream Placer”. Variabel – variable yang
mempengaruhi konsentrasi (kekayaan) endapan timah placer adalah:
·
Batuan
sumber (source rock) : ukuran , kadar, distribusi butiran dari daerah
mineralisasi sebagai sumber.
·
Tektonik
: membentuk morfostruktur permukaan bumi.
·
Iklim
: mempengaruhi proses pada permukaan bumi yang meliputi pelapukan, erosi,
transportasi dan sedimentasi.
Klasifikasi endapan timah placer yang didasarkan atas konsep
lingkungan pengendapan sedimen dan proses yang terjadi (Osberger, 1968, dalam
Batchelor, 1973). Aspek – aspek ini mempengaruhi keberadaan dan terjadinya
endapan placer, genesa endapan timah placer tergantung pada beberapa aspek
diantaranya :
·
Sumber
batuan yang mengandung endapan primer kaya akan kasiterit
·
Pelapukan
yang kuat sehingga mampu membebaskan mineral kasiterit dengan mineral lainnya.
·
Gerakan
masa batuan yang lapuk sepanjang lereng
·
Konsentrasi
mekanis material lepas yang terjadi secara selektif dan diendapkan kedalam
suatu cekungan.
5. Nikel
yang mengandung CO2 memegang peranan penting didalam proses
pelapukankimia. Asam-asam humus menyebabkan dekomposisi batuan dan dapat
merubah pH larutan. Asam-asam humus ini erat kaitannya dengan
vegetasi daerah. Dalam hal ini, vegetasi akan mengakibatkan:
• penetrasi air dapat lebih dalam dan lebihmudah dengan mengikuti
jalur akar pohon-pohonan
• akumulasi air hujan akanlebih banyak
• humus akan lebih tebal Keadaan ini merupakan suatu
petunjuk,dimana hutannya lebat pada lingkungan yang baik akan terdapat endapan
nikelyang lebih tebal dengan kadar yang lebih tinggi. Selain itu, vegetasi
dapat berfungsi untuk menjaga hasil pelapukan terhadap erosi mekanis.
a. Struktur
Struktur geologi yang penting
dalam pembentukan endapan laterit adalahrekahan ( joint ) dan
patahan (fault ). Adanya rekahan dan patahan ini akanmempermudah
rembesan air ke dalam tanah dan mempercepat proses pelapukanterhadap batuan
induk. Selain itu rekahan dan patahan akan dapat pula berfungsisebagai tempat
pengendapan larutan-larutan yang mengandung Ni sebagai vein-vein. Seperti
diketahui bahwa jenis batuan beku mempunyai porositas dan permeabilitas yang kecil sekali sehingga penetrasi air sangat sulit, maka denganadanya
rekahan-rekahan tersebut lebih memudahkan masuknya air dan
proses pelapukan yang terjadi akan lebih intensif.
b. Topografi
Keadaan topografi setempat akan
sangat mempengaruhi sirkulasi
air beserta reagen-reagen lain. Untuk daerah yang landai, maka air akan bergerak
perlahanlahan sehingga akan mempunyai kesempatan untuk mengadakan penetrasi lebih dalam melalui rekahan rekahan atau pori pori batuan. Akumulasi
andapan umumnya terdapat pada daerah-daerah yang landai sampai kemiringan sedang,
hal ini menerangkan bahwa ketebalan pelapukan mengikuti bentuk topografi.
Pada daerah yang curam, secara teoritis, jumlah air yang meluncur (runoff)
lebih banyak daripada air yang meresap ini dapat menyebabkan pelapukan kurang
intensif.Geometri relief dan lereng akan mempengaruhi proses pengaliran dan
sirkulasi airserta reagen-reagen lain. Secara teoritis, relief yang baik untuk
pengendapan bijihnikel adalah punggung-punggung bukit yang landai dengan
kemiringan antara 10 – 30°. Pada daerah yang curam, air hujan yang
jatuh ke permukaan lebih banyakyang mengalir (run-off ) dari pada
yang meresap kedalam tanah, sehingga yangterjadi adalah pelapukan yang kurang
intensif.
Pada daerah ini sedikit terjadi pelapukan kimia sehingga menghasilkan endapan nikel yang tipis.
Sedangkan pada
daerah yang landai, air hujan bergerak
perlahan-lahan sehingga mempunyaikesempatan untuk mengadakan penetrasi
lebih dalam melalui rekahan-rekahanatau pori-pori batuan dan mengakibatkan
terjadinya pelapukan kimiawi secaraintensif.Akumulasi andapan umumnya terdapat
pada daerah-daerah yang landaisampai kemiringan sedang, hal ini menerangkan
bahwa ketebalan pelapukanmengikuti bentuk topografi.
c. Waktu
Waktu yang cukup lama akan
mengakibatkan pelapukan yang cukupintensif karena akumulasi unsur nikel cukup
tinggi. Waktu merupakan faktor yangsangat penting dalam proses pelapukan,
transportasi, dan konsentrasi endapan pada suatu tempat. Untuk
terbentuknya endapan nikel laterit membutuhkan waktuyang lama, mungkin
ribuan atau jutaan tahun.Bila waktu pelapukan terlalu mudamaka terbentuk
endapan yang tipis. Waktu yang cukup lama akan mengakibatkan pelapukan yang cukup intensif karena akumulasi unsur nikel cukup tinggi.
Banyak dari faktor tersebut yang saling berhubungan dan karakteristik profil
disatu tempat dapat digambarkan sebagai efek gabungan dari semua faktor
terpisahyang terjadi melewati waktu, ketimbang didominasi oleh satu faktor
saja.Ketebalan profil laterit ditentukan oleh keseimbangan kadar pelapukankimia
di dasar profil dan pemindahan fisik ujung profil karena erosi.
Tingkat pelapukan kimia bervariasi antara 10– 50
m per juta tahun, biasanya sesuaidengan jumlah air yang melalui profil, dan
2– 3 kali lebih cepat dalam batuanultrabasa daripada batuan asam.
Disamping jenis batuan asal, intensitas pelapukan,
dan struktur batuan yang sangat mempengaruhi
potensi endapan nikellateritik, maka informasi perilaku mobilitas unsur
selama pelapukan akan sangatmembantu dalam menentukan zonasi bijih di
lapangan (Totok Darijanto, 1986).
C.
Persebaran
Tabrl
Daerah Penghasil Minyak Bumi di Indonesia
|
·
Pertambangan batu bara di Kalimantan
terdapat di Kalimantan Timur (Lembah Sungai Berau dan Samarinda), Sumatra Barat
(Ombilin dan Sawahlunto), Sumatra Selatan (Bukit Asam dan Tanjung Enim).
·
Timah
di Indonesia, potensi timah ada di Pulau Bangka, di Pulau
Belitung, Pulau Singkep dan Pulau Karimun. Selain itu, dua pertiga bagian jalur
timah berada di bawah laut. Dari sekian pulau tersebut, Pulau Bangka merupakan
pulau penghasil timah terbesar di Indonesia. Pulau Bangka yang luasnya
1.294.050 hektar seluas 25% daratan pulaunya merupakan kawasan pertambangan
timah. Area pertambangan terbesar di pulau ini dikuasai oleh PT Tambang Timah
yang merupakan anak perusahaan PT Timah,Tbk.
·
Nikel
Nikel terdapat di sekitar Danau Matana, Danau Towuti, dan di
Kolaka (Sulawesi Selatan).
D. Mitigasi
Lahan pasca tambang
memerlukan penanganan yang dapat menjamin perlindungan terhadap lingkungan.Oleh
karenanya pengelolaan lingkungan hidup terutama pada periode pasca tambang tidak
boleh hanya sebatas penanaman saja tetapi harus direhabilitasi menjadi lahan
produktif sehingga dapat dirasakan oleh masyarakat.
Suatu kegiatan
penambangan yang dikelola dengan baik atau yang berwawasan lingkungan akan
mengahsilkan manfaat yang besar dan tidak akan merusakan lingkungan fisik,
mengancam keselamatan kerja, dan menganggu kesehatan. Bahkan tidak mustahil
bahwa suatu lahan bekas penambangan yang direklamasi dengan benar akan
menjadikan lahan tersebut lebih bermanfaat dibanding sebelum adanya kegiatan
penambangan.
Adapun Tahapan atau kegiatan yang
dilakukan dalam reklamasi lahan pertambangan ialah:
1. Melakukan
penimbunan lahan kemudian menempelkan lapisan tanah yg subur (top soil) di
lahan yang akan direklamasi. Ini bertujuan untuk memberikan lapisan penyubur
sehingga memudahkan tanaman untuk tumbuh dan memberikan kekuatan menyangga
tanah karena lahan eks tambang umumnya miskin unsur hara, memiliki porositas
tinggi dan penyerapan air rendah.
2. Tahap
persiapan lahan yaitu dengan perataan lahan (contour leveling). Tahapan
ini adalah meratakan sehingga nantinya memudahkan penimbunan top soil,
menguatkan porositas da menyerap air. Reklamasi memang dapat dilakukan di lahan
miring atau lereng meskipun akan ditemui banyak kesulitan. Lahan yang
kemiringannya sudah diratakan akan memudahkan proses lanjut reklamasi.
Pemadatan lapisan tanah untuk menstabilkan lereng ini dilakukan dengan tractor,
grader atau bulldozer (sheep foot roller). Di beberapa lokasi lahan yang curam,
maka pemadatan ini ditarik dengan bulldozer. Setelah tanah dipadatratakan, maka
selanjutnya perlu dibuat saluran drainase untuk mengatur penyaliran.
3. Hydroseeding
adalah aktivitas penyebaran atau penyemaian lahan reklamasi dengan bibit
tanaman perintis (umumnya yang digunakan adalah centrocema) yang sebelumnya
telah dicampurkan dengan fertilizer dan aditif lainnya. Penyebaran dilakukan dengan truck hydro seeder. Hydro
seeding ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas tanah sehingga tanaman akan
mendapatkan lingkungan yang baik.
4. Tahap
selanjutnya bisa dilakukan penanaman pohon, Untuk penanaman pohon, maka disusun
pembuatan lubang tanam untuk anakan dengan dimensi disesuaikan dengan
kebutuhan. Media tanam yang diperlukan umumnya adalah tanah top soil, pupuk
(kompos) dan fertilizer lainnya. Jarak tanam juga disesuaikan. Untuk memperkuat
lahan maka biasanya ditambahkan jarring (mesh) di selanjang lokasi juga untuk
mencegah longsor. Pohon yang ditanam dalam reklamasi adalah Pohon yang cepat
tumbuh, biasanya Pohon Akasia. Pemilihan pohon cepat tumbuh (sengon,
angsana/Pterocarpus Indicus atau akasia/Acacia Mangium) adalah alternative awal
untuk merevegatasi lahan eks tambang. Tanaman ini adalah dua dari beberapa
jenis tanaman reklamasi yang cepat tumbuh. Dalam beberapa tahun dengan
maintenance yang baik, hampir dapat dipastikan reklamasi akan berjalan bagus.
Penambangan batubara
terbuka (open mining) menghasilkan
bahan-bahan non-batubara dalam jumlah besar, yang ditimbun di tempat lain
(disebut overburden).
Bahan-bahan tersebut terdiri atas campuran tanah bagian atas (horizon A dan B),
dan bahan induk tanah, seperti batuliat (claystone), batulanau (siltstone),
batupasir (sandstone), atau tufa volkan, yang mempunyai sifat fisik
tanah buruk, dan seringkali mengandung unsur-unsur kimia beracun.
Teknik reklamasi terdiri atas gabungan:
1.
Penggunaan amelioran, berupa bahan
organik, pupuk kandang, kapur pertanian,
2.
Penanaman tanaman penutup tanah, dan
3.
Penanaman kayu-kayuan (penghijauan).
1.
Penggunaan emulsi aspal (bitumenous
emulsion), dan
2.
Menanam tanaman penutup tanah seperti Flemingia congesta.
Emulsi
aspal berfungsi sebagai perekat butiran-butiran pasir sehingga membentuk
agregat yang relatif stabil, agar mampu mengikat air untuk mendukung
pertumbuhan tanaman Flemingia
congesta adalah tanaman legum
perdu, dapat mencapai tinggi 3-5 meter, tumbuh cepat, berdaun banyak, dapat
dipangkas dan hasil pangkasannya digunakan sebagai pupuk organik, dan apabila
terbakar mampu segera bertunas kembali.
Literature
Batu bara. (2013), “Pengertian Batu Bara.” http://batu-bara123.blogspot.com/2013/11/pengertian-batu-bara.html. Diakses tanggal 10 maret 2015
Wahyu Agung Sabariman. (2014), “Pengertian, Sejarah, Hasil,
dan Pelsertarian Minyak Bumi.” https://sabariman152.wordpress.com/2014/08/25/minyak-bumi/. Diakses tanggal 10 maret 2015
Sisilain.net.
(2013).“Apa Itu Batu Bara.” http://www.sisilain.net/2011/07/apa-itu-nikel.html.
Diakses pada 10 maret 2015
Hedi
Sasrawan. (2013). “Proses Pembelajaran Minyak Bumi”.http://hedisasrawan.blogspot.com/2013/05/proses-pembentukan-minyak-bumi-materi.html.
Diakses pada 10 maret 2015
Bisosial.com.
(2013).“Pengertian, Sifat dan Kegunaan Timah.” http://www.bisosial.com/2013/08/pengertian-timah-sn.html?m=0.
Diakses pada 10 maret 2015
Dediyulhendra.
(2013). “ Timah.” https://dediyulhendra.wordpress.com/2011/09/01/timah/.
Diakses pada 10 maret 2015
Sribd.(2013).
“Faktor Pembentuk Nikel Laterit.” http://www.scribd.com/doc/245832794/faktor-pembentukan-nikel-laterit#scribd.
Diakses pada 10 maret 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar