Translate

Kamis, 03 Desember 2015

GEOLOGI TATA LINGKUNGAN ( TAMBANG GOLONGAN A )

A.   Pengertian
1.     Mineral golongan A
Tambang golongan A, yaitu golongan bahan galian yang strategis.Artinya bahan galian tersebut penting untuk pertahanan/keamanan Negara atau untuk menjamin perekonomian negara.
Contoh: semua jenis batu bara, minyak bumi, bahan radioaktif tambang aluminium (bauksit), timah putih, mangaan, besi, dan nikel.
a.     Batu bara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan.
b.     Dalam bahasa inggris, miyak bumi adalah Petroleum dari bahasa latin Petrus(karang) dan Oleum(Minyak). Minyak Bumi adalah cairan kental berwarna hitam yang bersifat mudah terbakar. Minyak bumi terletak pada lapisan atas pada kerak bumi. Minyak bumi dijuluki sebagai emas hitam. Minyak Bumi adalah senyawa kimia yng mengandung hidro dan karbon. Minyak bumi yang belum diolah disebut minyak mentah dan belum dapat digunakan. Hasil- hasil pengolahan minyak bumi ialah bensin, aspal, aftur, plastik, gas LPG, bahan pembuat ban, oli dan solar.
c.      Gas alam sering juga disebut sebagai gas Bumi atau gas rawa, adalah bahan bakar fosil berbentuk gas yang terutama terdiri dari metana CH4).
d.     Nikel adalah salah satu zat padat metalik yang memiliki sifat tahan karat. Dalam keadan tidak bercampur, wujud nikel adalah sebagai zat yang lembek, tapi nikel bisa menjadi baja tahan karat (stainless steel) apabila dipadukan dengan krom, besi, dan zat logam lainnya.
e.      Timah dalam bahasa Inggris disebut sebagai Tin dengan symbol kimia SnNama latin dari timah adalah “Stannum” dimana kata ini berhubungan dengan kata “stagnum” yang dalam bahasa inggris bersinonim dengan kata “dripping” yang artinya menjadi cair / basah, penggunaan kata ini dihubungkan dengan logam timah yang mudah mencair.
Timah merupakan logam putih keperakan, logam yang mudah ditempa dan bersifat flesibel, memiliki struktur kristalin, akan tetapi bersifat mudah patah jika didinginkan.
B.   Proses Terbentuk
1.     Batu bara
Proses pembentukan batu barasendiri sangatlah kompleks dan membutuhkan waktu hingga berjuta-juta tahun lamanya. Batubara terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan purba yang kemudian mengendap selama berjuta-juta tahun dan mengalami proses pembatubaraan (coalification) dibawah pengaruh fisika, kimia, maupun geologi. Oleh karena itu, batubara termasuk dalam kategori bahan bakar fosil. Secara ringkas ada 2 tahap proses pembatubaraan  yang terjadi, yakni:
a.     Tahap Diagenetik atau Biokimia (Penggambutan), dimulai pada saat dimana tumbuhan yang telah mati mengalami pembusukan (terdeposisi) dan menjadi humus. Humus ini kemudian diubah menjadi gambut oleh bakteri anaerobic dan fungi hingga lignit (gambut) terbentuk. Agen utama yang berperan dalam proses perubahan ini adalah kadar air, tingkat oksidasi dan gangguan biologis yang dapat menyebabkan proses pembusukan (dekomposisi) dan kompaksi material organik serta membentuk gambut.
b.    Tahap Malihan atau Geokimia, meliputi proses perubahan dari lignit menjadi bituminus dan akhirnya antrasit.
Secara lebih rinci, proses pembentukan batu bara dapat dijelaskan sebagai berikut:
·        Pembusukan, bagian-bagian tumbuhan yang lunak akan diuraikan oleh bakteri anaerob.
·        Pengendapan, tumbuhan  yang telah mengalami proses pembusukan selanjutnya akan mengalami pengendapan, biasanya di lingkungan yang berair. Akumulasi dari endapan ini dengan endapan-endapan sebelumnya akhirnya akan membentuk lapisan gambut.
·        Dekomposisi, lapisan gambut akan mengalami perubahan melalui proses biokimia dan mengakibatkan keluarnya air dan sebagian hilangnya sebagian unsur karbon dalam bentuk karbondioksida, karbonmonoksida, dan metana. Secara relatif, unsur karbon akan bertambah dengan adanya pelepasan unsur atau senyawa tersebut.
·        Geotektonik, lapisan gambut akan mengalami kompaksi akibat adanya gaya tektonik dan kemudian akan mengalami perlipatan dan patahan. Batubara low grade dapat berubah menjadi batubara high grade apabila gaya tektonik yang terjadi adalah gaya tektonik aktif, karena gaya tektonik aktif dapat menyebabkan terjadinya intrusi atau keluarnya magma. Selain itu, lingkungan pembentukan batubara yang berair juga dapat berubah menjadi area darat dengan adanya gaya tektonik setting tertentu.
·        Erosi, merupakan proses pengikisan pada permukaan batubara yang telah mengalami proses geotektonik. Permukaan yang telah terkelupas akibat erosi inilah yang hingga saat ini dieksploitasi manusia.

Faktor-Faktor Dalam Pembentukan Batubara
Faktor-Faktor dalam pembentukan batubara sangat berpengaruh terhadap bentuk maupun kualitas dari lapisan batubara. Beberapa faktor yang berpengaruh dalam pembentukan batubara adalah :
a.     Material dasar, yakni flora atau tumbuhan yang tumbuh beberapa juta tahun yang lalu, yang kemudian terakumulasi pada suatu lingkungan dan zona fisiografi dengan iklim clan topografi tertentu. Jenis dari flora sendiri amat sangat berpengaruh terhadap tipe dari batubara yang terbentuk.
b.     Proses dekomposisi, yakni proses transformasi biokimia dari material dasar pembentuk batubara menjadi batubara. Dalam proses ini, sisa tumbuhan yang terendapkan akan mengalami perubahan baik secara fisika maupun kimia.
c.      Umur geologi, yakni skala waktu (dalam jutaan tahun) yang menyatakan berapa lama material dasar yang diendapkan mengalami transformasi. Untuk material yang diendapkan dalam skala waktu geologi yang panjang, maka proses dekomposisi yang terjadi adalah fase lanjut clan menghasilkan batubara dengan kandungan karbon yang tinggi.
d.     Posisi geotektonik, yang dapat mempengaruhi proses pembentukan suatu lapisan batubara dari :
·        Tekanan yang dihasilkan oleh proses geotektonik dan menekan lapisan batubara yang terbentuk.
·        Struktur dari lapisan batubara tersebut, yakni bentuk cekungan stabil, lipatan, atau patahan.
·        Intrusi magma, yang akan mempengaruhi dan/atau merubah grade dari lapisan batubara yang dihasilkan.
e.      Lingkungan pengendapan, yakni lingkungan pada saat proses sedimentasi dari material dasar menjadi material sedimen. Lingkungan pengendapan ini sendiri dapat ditinjau dari beberapa aspek sebagai berikut:
·        Struktur cekungan batubara, yakni posisi di mana material dasar diendapkan. Strukturnya cekungan batubara ini sangat berpengaruh pada kondisi dan posisi geotektonik.
·        Topografi dan morfologi, yakni bentuk dan kenampakan dari tempat cekungan pengendapan material dasar. Topografi dan morfologi cekungan pada saat pengendapan sangat penting karena menentukan penyebaran rawa-rawa di mana batubara terbentuk. Topografi dan morfologi dapat dipengaruhi oleh proses geotektonik.
·        Iklim, yang merupakan faktor yang sangat penting dalam proses pembentukan batubara karena dapat mengontrol pertumbuhan flora atau tumbuhan sebelum proses pengendapan. Iklim biasanya dipengaruhi oleh kondisi topografi setempat.

Interpretasi Lingkungan Pengendapan dari Litotipe dan Viikrolitotipe
Tosch (1960) dalam Bustin dkk.(1983), Teichmuller and Teichmuller (1968) dalam Murchissen (1968) berpendapat bahwa litotipe dan mikrolitotipe batubara berhubungan erat dengan lingkungan pengendapannya.
a.     Lingkungan pengendapan dari masing-masing litotipe adalah sebagaii berikut:
·        Vitrain dan Clarain, diendapkan di daerah pasang surut dimana terjadi perubahan muka air laut.
·        Fusain, diendapkan pada lingkungan dengan kecepatan pengendapan rendah, yaitu lingkungan air dangkal yang dekat dengan daratan.
·        Durain, diendapkan dalam lingkungan yang lebih dalam lagi, diperkirakan lingkungan laut dangkal.
b.     Sedangkan interpretasi lingkungan pengendapan berdasarkan mikrolitotipe adalah sebagai berikut :
·        Vitrit, berasal dari kayu-kayuan seperti batang, dahan, akar, yang menunjukkan lingkungan rawa berhutan.
·        Clarit, berasal dari tumbuhan yang mengandung serat kayu dan diperkirakan terbentuk pada lingkungan rawa.
·        Durit, kaya akan jejak jejak akar dan spora, hal ini diperkirakan terbentuk pada lingkungan laut dangkal.
·        Trimaserit, yang kaya akan vitrinit terbentuk di lingkungan rawa, sedangkan yang kaya akan liptinit terbentuk di lingkungan laut dangkal clan yang kaya akan inertinit terbentuk dekat daratan.

Lingkungan Pengendapan Batubara
Pembentukan batubara terjadi pada kondisi reduksi di daerah rawa-rawa lebih dari 90% batubara di dunia terbentuk pada lingkungan paralik.Daerah seperti ini dapat dijumpai di dataran pantai, laguna, delta, dan fluviatil.
      Di dataran pantai, pengendapan batubara terjadi pada rawa-rawa di belakang pematang pasir pantai yang berasosiasi dengan sistem laguna ke arah darat.Di daerah ini tidak berhubungan dengan laut terbuka sehingga efek oksidasi au laut tidak ada sehingga menunjang pada pembentukan batubara di daerah rawa-rawa pantai.
      Pada lingkungan delta, batubara terbentuk di backswamp clan delta plain. Sedangkan di delta front dan prodelta tidak terbentuk batubara disebabkan oleh adanya pengaruh air laut yang besar clan berada di bawah permulcaan air laut.
      Pada lingkungan fluviatil terjadi pada rawa-rawa dataran banjir atau ,th.-alplain dan belakang tanggul alam atau natural levee dari sistem sungai yang are-ander. Umumnya batubara di lingkungan ini berbentuk lensa-lensa karena membaii ke segala arah mengikuti bentuk cekungan limpahnya.
1.     Endapan Batubara Paralik
Lingkungan paralik terbagi ke dalam 3 sub lingkungan, yakni endapan lmuhara belakang pematang (back barrier), endapan batubara delta, endapan Dwubara antar delta dan dataran pantai (Bustin, Cameron, Grieve, dan Kalkreuth,
Ketiganya mempunyai bentuk lapisan tersendiri, akan tetapi pada , wnumnya tipis-tipis, tidak menerus secara lateral, mengandung kadar sulfur, abu dar. nitrogen yang tinggi.
2.  Endapan Batubara Belakang Pematang (back barrier)
Batubara belakang pematang terakumulasi ke arah darat dari pulau-pulau pcmatang (barrier island) yang telah ada sebelumnya dan terbentuk sebagai ai.:hat dari pengisian laguna. Kemudian terjadi proses pendangkalan cekungan antar pulau-pulau bar sehingga material yang diendapkan pada umumnya tergolong ke dalam klastika halus seperti batulempung sisipan batupasir dan batugamping. Selanjutnya terbentuk rawa-rawa air asin dan pada keadaan ini cn.iapan sedimen dipengaruhi oleh pasang surut air laut sehingga moluska dapat berkembang dengan baik sebab terjadi pelemparan oleh ombak dari laut terbuka le laguna yang membawa materi organik sebagai makanan yang baik bagi penghuni laguna. Sedangkan endapan sedimen yang berkembang pada umumnya tcrdiri dari perselingan batupasir dan batulempung dengan sisipan batubara dan batugamping.Struktur sedimen yang berkembang ialah lapisan bersusun, silang siur dan laminasi halus.Endapan batubara terbentuk akibat dari meluasnya permukaan rawa dari pulau-pulau gambut (marsh) yang ditumbuhi oleh tumbuhan air tawar.
3.     Endapan Batubara Delta
Berdasarkan bentuk dataran deltanya, batubara daerah ini terbentuk pada beberapa sub lingkungan yakni delta yang dipengaruhi sungai, gelombang pasang surut.dataran delta bawah dan atas, dan dataran aluvium. Kecepatan pengendapan sangat berpengaruh pada penyebaran dan ketebalan endapan batubara. Batubara daerah ini tidak menerus secara lateral akibat dari perubahan fasies yang relatif pendek dan cepat yang disebabkan oleh kemiringan yang tajam sehingga ketebalan dan kualitasnya bervariasi. Pada umumnya batubara tersebut berasal dari alang-alang dan tumbuhan paku.
4.     Endapan Batubara Antar Delta dan Dataran Pantai
Batubara daerah ini terbentuk pada daerah rawa yang berkembang di :jerah pantai yang tenang dengan water table tinggi dan pengaruh endapan liaaik sangat kecil. Daerah rawa pantai biasanya banyak ditumbuhi oleh :umbuhan air tawar dan air payau. Batubara ini pada umumnya tipis-tipis dan secara lateral tidak lebih dari 1 km.
Batubara lingkungan ini kaya akan abu, sulfur, nitrogen, dan mengandung fosil laut. Di daerah tropis biasanya terbentuk dari bakau dan kaya sulfur. Kandungan sulfur tinggi akibat oleh naiknya ion sulfat dari air laut dan oleh salinitas bakteri anaerobik.

Tempat Pembentukan Batu Bara 
Terdapat dua teori yang menjelaskan tentang tempat dalam proses pembentukan batu bara, yaitu :
a.     Teori insitu
Proses pembentukan batu bara terjadi di tempat asal tumbuhan tersebut berada. Tumbuhan yang telah mati akan langsung tertimbun lapisan sedimen dan kemudian mengalami proses pembatubaraan tanpa mengalami proses perpindahan tempat.
Batubara yang dihasilkan dari proses ini memiliki kualitas yang baik. Penyebaran batubara jenis ini sifatnya merata dan luas, bisa dijumpai di wilayah Muara Enim, Sumatera Selatan
b.    Teori drift
Berdasarkan teori ini, batubara terbentuk bukan di tempat asal tumbuhan itu berada. Tumbuhan  yang telah mati akan terangkut air hingga terkumpul di suatu tempat dan  mengalami proses sedimentasi dan pembatubaraan.
Kualitas batubara yang dihasilkan dari proses ini tergolong kurang baik karena tercampur  material pengotor pada saat proses pengangkutan. 
2.     Minyak bumi
Minyak bumi terbentuk dari penguraian senyawa-senyawa organik dari jasad mikroorganisme jutaan tahun yang lalu di dasar laut atau di darat.Sisa-sisa tumbuhan dan hewan tersebut tertimbun oleh endapan pasir, lumpur, dan zat-zat lain selama jutaan tahun dan mendapat tekanan serta panas bumi secara alami. Bersamaan dengan proses tersebut, bakteri pengurai merombak senyawa-senyawa kompleks dalam jasad organik menjadi senyawa-senyawa hidrokarbon. Proses penguraian ini berlangsung sangat lamban sehingga untuk membentuk minyak bumi dibutuhkan waktu yang sangat lama. Itulah sebabnya minyak bumi termasuk sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui, sehingga dibutuhkan kebijaksanaan dalam eksplorasi dan pemakaiannya.
Hasil peruraian yang berbentuk cair akan menjadi minyak bumi dan yang berwujud gas menjadi gas alam. Untuk mendapatkan minyak bumi ini dapat dilakukan dengan pengeboran.Beberapa bagian jasad renik mengandung minyak dan lilin.Minyak dan lilin ini dapat bertahan lama di dalam perut bumi. Bagian-bagian tersebut akan membentuk bintik-bintik, warnanya pun berubah menjadi cokelat tua. Bintink-bintik itu akan tersimpan di dalam lumpur dan mengeras karena terkena tekanan bumi. Lumpur tersebut berubah menjadi batuan dan terkubur semakin dalam di dalam perut bumi. Tekanan dan panas bumi secara alami akan mengenai batuan lumpur sehingga mengakibatkan batuan lumpur menjadi panas dan bintin-bintik di dalam batuan mulai mengeluarkan minyak kental yang pekat. Semakin dalam batuan terkabur di perut bumi, minyak yang dihasilkan akan semakin banyak. Pada saat batuan lumpur mendidih, minyak yang dikeluarkan berupa minyak cair yang bersifat encer, dan saat suhunya sangat tinggi akan dihasilkan gas alam. Gas alam ini sebagian besar berupa metana.
Sementara itu, saat lempeng kulit bumi bergerak, minyak yang terbentuk di berbagai tempat akan bergerak. Minyak bumi yang terbentuk akan terkumpul dalam pori-pori batu pasir atau batu kapur. Oleh karena adanya gaya kapiler dan tekanan di perut bumi lebih besar dibandingkan dengan tekanan di permukaan bumi, minyak bumi akan bergerak ke atas. Apabila gerak ke atas minyak bumi ini terhalang oleh batuan yang kedap cairan atau batuan tidak berpori, minyak akan terperangkap dalam batuan tersebut. Oleh karena itu, minyak bumi juga disebut petroleum.Petroleum berasal dari bahasa Latin, petrus artinya batu dan oleum yang artinya minyak.
Daerah di dalam lapisan tanah yang kedap air tempat terkumpulnya minyak bumi disebut cekungan atau antiklinal.Lapisan paling bawah dari cekungan ini berupa air tawar atau air asin, sedangkan lapisan di atasnya berupa minyak bumi bercampur gas alam. Gas alam berada di lapisan atas minyak bumi karena massa jenisnya lebih ringan daripada massa jenis minyak bumi. Apabila akumulasi minyak bumi di suatu cekungan cukup banyak dan secara komersial menguntungkan, minyak bumi tersebut diambil dengan cara pengeboran. Minyak bumi diambil dari sumur minyak yang ada di pertambangan-pertambangan minyak. Lokasi-lokasi sumur-sumur minyak diperoleh setelah melalui proses studi geologi analisis sedimen karakter dan struktur sumber.
Berikut adalah langkah-langkah proses pembentukan minyak bumi beserta gamar ilustrasi:
a.     Ganggang hidup di danau tawar (juga di laut). Mengumpulkan energi dari matahari dengan fotosintesis.
b.     Setelah ganggang-ganggang ini mati, maka akan terendapkan di dasar cekungan sedimen dan membentuk batuan induk (source rock). Batuan induk adalah batuan yang mengandung karbon (High Total Organic Carbon). Batuan ini bisa batuan hasil pengendapan di danau, di delta, maupun di dasar laut. Proses pembentukan karbon dari ganggang menjadi batuan induk ini sangat spesifik. Itulah sebabnya tidak semua cekungan sedimen akan mengandung minyak atau gas bumi. Jika karbon ini teroksidasi maka akan terurai dan bahkan menjadi rantai karbon yang tidak mungkin dimasak.
c.      Batuan induk akan terkubur di bawah batuan-batuan lainnya yang berlangsung selama jutaan tahun. Proses pengendapan ini berlangsung terus menerus. Salah satu batuan yang menimbun batuan induk adalah batuan reservoir atau batuan sarang. Batuan sarang adalah batu pasir, batu gamping, atau batuan vulkanik yang tertimbun dan terdapat ruang berpori-pori di dalamnya. Jika daerah ini terus tenggelam dan terus ditumpuki oleh batuan-batuan lain di atasnya, maka batuan yang mengandung karbon ini akan terpanaskan. Semakin kedalam atau masuk amblas ke bumi, maka suhunya akan bertambah. Minyak terbentuk pada suhu antara 50 sampai 180 derajat Celsius. Tetapi puncak atau kematangan terbagus akan tercapai bila suhunya mencapat 100 derajat Celsius. Ketika suhu terus bertambah karena cekungan itu semakin turun dalam yang juga diikuti penambahan batuan penimbun, maka suhu tinggi ini akan memasak karbon yang ada menjadi gas.
d.     Karbon terkena panas dan bereaksi dengan hidrogen membentuk hidrokarbon. Minyak yang dihasilkan oleh batuan induk yang telah matang ini berupa minyak mentah. Walaupun berupa cairan, ciri fisik minyak bumi mentah berbeda dengan air. Salah satunya yang terpenting adalah berat jenis dan kekentalan. Kekentalan minyak bumi mentah lebih tinggi dari air, namun berat jenis minyak bumi mentah lebih kecil dari air. Minyak bumi yang memiliki berat jenis lebih rendah dari air cenderung akan pergi ke atas. Ketika minyak tertahan oleh sebuah bentuk batuan yang menyerupai mangkok terbalik, maka minyak ini akan tertangkap dan siap ditambang.

3.     Gas Alam
Pembentukan gas alam dapat  dibagi menjadi dua jenis, yaitu proses biologis dan proses thermal.
a.     Proses Biologis
      Pada proses awal, gas alam terbentuk dari hasil dekomposisi zat organik oleh mikroba anaerobik. Mikroba tersebut mampu hidup tanpa oksigen dan dapat bertahan pada lingkungan dengan kandungan sulfur yang tinggi. Pembentukan gas alam secara biologis ini biasanya terjadi pada rawa, teluk, dasar danau, dan lingkungan air dengan sedikit oksigen. Proses ini membentuk gas alam pada kedalaman 760 sampai 4.880 meter. Akan tetapi, pada kedalaman di bawah 2.900 meter, terbentuk gas (gas mengandung cairan hidrokaerbon). Proses jenis ini menempati 20% keseluruhan cadangan gas dunia.
b.     Proses Thermal
      Pada kedalaman 4.880 meter, minyak bumi menjadi tidak stabil sehingga produk utama hidrokarbon menjadi gas metan.Gas ini terbentuk dari hasil cracking cairan hidrokarbon yang ada disekitarnya. Proses pembentukan minyak bumi juga terjadi pada kedalaman ini, tetapi proses pemecahannya menjadi metan lebih cepat terjadi.
4.     Timah
Proses pembentukan bijih timah (Sn) berasal dari magma cair yang mengandung mineral kasiterit (Sn02). Pada saat intrusi batuan granit naik ke permukaan bumi, maka akan terjadi fase pneumatolitik, dimana terbentuk mineral-mineral bijih diantaranya bijih timah (Sn). Mineral ini terakumulasi dan terasosiasi pada batuan granit maupun di dalam batuan yang diterobosnya, yang akhirnya membentuk vein-vein (urat), yaitu : pada batuan granit dan pada batuan samping yang diterobosnya.
Berdasarkan tempat atau lokasi pengendapannya endapan bijih timah sekunder dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a.     Endapan Elluvial
Endapan elluvial adalah endapan bijih timah yang terjadi akibat pelapukan secara intensif. Proses ini diikuti dengan disintegrasi batuan samping dan perpindahan mineral kasiterit (Sn02) secara vertikal sehingga terjadi konsentrasi residual.
Ciri-ciri endapan elluvial adalah sebagai berikut :
·         Terdapat dekat sekali dengan sumbernya
·         Tersebar pada batuan sedimen atau batuan granit yang telah lapuk
·         Ukuran butir agak besar dan angular
b.     Endapan Kollovial
Endapan bijih timah yang terjadi akibat peluncuran hasil pelapukan endapan bijih timah primer pada suatu lereng dan terhenti pada suatu gradien yang agak mendatar diikuiti dengan pemilahan
Ciri-cirinya :
·         Butiran agak besar dengan sudut runcing
·         Biasanya terletak pada lereng suatu lembah
c.      Endapan Alluvial
Endapan bijih yang terjadi akibat proses transportasi sungai, dimana mineral berat dengan ukuran butiran yang lebih besar diendapkan dekat dengan sumbernya. Sedangkan mineral-mineral yang berukuran lebih kecil diendapkan jauh dari sumbernya.
Ciri-cirinya :
·         Terdapat di daerah lembah
·         Mempunyai bentuk butiran yang membundar
d.     Endapan Miencan
Endapan bijih timah yang terjadi akibat pengendapan yang selektif secara berulang-ulang pada lapisan tertentu.
Ciri-cirinya :
·         Endapan berbentuk lensa-lensa
·         Bentuk butiran halus dan bundar
e.      Endapan Disseminated
Endapan bijih timah yang terjadi akibat transportasi oleh air hujan.Jarak transportasi sangat jauh sehingga menyebabkan penyebaran yang luas tetapi tidak teratur.
Ciri-cirinya :
·         Tersebar luas, tetapi bentuk dan ukurannya tidak teratur
·         Ukuran butir halus karena jarak transportasi jauh
·         Terdapat pada lapisan pasir atau lempung
Endapan timah sekunder termasuk salah satu jenis endapan placer yang mempunyai nilai ekonomis. Batchelor (1973) mengemukakan tentang evolusi “Sunda land Tin Placer” yaitu pembentukan endapan timah placer terjadi dalam kurun waktu yang lama sejak kala Miosen Tengah dengan ditandai mineralisasi primer tersingkap dengan skala yang besar. Tubuh pluton granit ini mengalami pelapukan laterit dalam (deep laterite weathering) yang mengakibatkan komposisi kandungan mineral yang tidak resisten lapuk meningalkan mineral-mineral berat termasuk kasiterit dalam matriks kaolin kemudian mengalami erosi membentuk endapan “elluvial placer”. Proses erosi berjalan terus yang menyebabkan endapan ini tertranspor lebih jauh membentuk endapan kolovial placer, kejadian ini terjadi pada Sunda Land Regolith  selama Miosen bawah – Pliosen Awal, tipe – tipe endapan ini di Indonesia lebih dikenal dengan endapan timah kulit.
Proses ini dilanjutkan dengan proses “mass wasting” yang mengkibatkan terakumulasinya endapan kollovial pada dasar lereng kulit (base of hillslope), selama proses ini terjadi zona – zona sesar dan kekar sehingga alterasi / ubahan hydrothermal tererosi. Akumulasi yang dibentuk dari hasil erosi ini mengandung bongkah – bongkah regolith, karena kandungan air yang ada terlalu tinggi menyebabkan terjadinya debris flow membentuk endapan “piedmont tin placer” dengan ciri khas butiran timah yang kasar.
Endapan “Piedmont Tin Placer” mengalami reworking lagi dan membentuk timah berukuran gravel yang tertransport pada lingkungan fluvial yang dikenal dengan “Braided Stream Placer”. Endapan ini mengalami reworking lagi membentuk endapan “Beach Placer” dengan karakteristik endapan lebih tipis dan lebih luas dari pada endapan “Braided Stream Placer”. Variabel – variable yang mempengaruhi konsentrasi (kekayaan) endapan timah placer adalah:
·         Batuan sumber (source rock) : ukuran , kadar, distribusi butiran dari daerah mineralisasi sebagai sumber.
·         Tektonik : membentuk morfostruktur permukaan bumi.
·         Iklim : mempengaruhi proses pada permukaan bumi yang meliputi pelapukan, erosi, transportasi dan sedimentasi.
Klasifikasi endapan timah placer yang didasarkan atas konsep lingkungan pengendapan sedimen dan proses yang terjadi (Osberger, 1968, dalam Batchelor, 1973). Aspek – aspek ini mempengaruhi keberadaan dan terjadinya endapan placer, genesa endapan timah placer tergantung pada beberapa aspek diantaranya :
·         Sumber batuan yang mengandung endapan primer kaya akan kasiterit
·         Pelapukan yang kuat sehingga mampu membebaskan mineral kasiterit dengan mineral lainnya.
·         Gerakan masa batuan yang lapuk sepanjang lereng
·         Konsentrasi mekanis material lepas yang terjadi secara selektif dan diendapkan kedalam suatu cekungan.

5.     Nikel
yang mengandung CO2 memegang peranan penting didalam proses pelapukankimia. Asam-asam humus menyebabkan dekomposisi batuan dan dapat merubah pH larutan. Asam-asam humus ini erat kaitannya dengan vegetasi daerah. Dalam hal ini, vegetasi akan mengakibatkan:
• penetrasi air dapat lebih dalam dan lebihmudah dengan mengikuti jalur akar pohon-pohonan 
• akumulasi air hujan akanlebih banyak
• humus akan lebih tebal Keadaan ini merupakan suatu petunjuk,dimana hutannya lebat pada lingkungan yang baik akan terdapat endapan nikelyang lebih tebal dengan kadar yang lebih tinggi. Selain itu, vegetasi dapat berfungsi untuk menjaga hasil pelapukan terhadap erosi mekanis.
a.     Struktur
Struktur geologi yang penting dalam pembentukan endapan laterit adalahrekahan ( joint ) dan patahan (fault ). Adanya rekahan dan patahan ini akanmempermudah rembesan air ke dalam tanah dan mempercepat proses pelapukanterhadap batuan induk. Selain itu rekahan dan patahan akan dapat pula berfungsisebagai tempat pengendapan larutan-larutan yang mengandung Ni sebagai vein-vein. Seperti diketahui bahwa jenis batuan beku mempunyai porositas dan permeabilitas yang kecil sekali sehingga penetrasi air sangat sulit, maka denganadanya rekahan-rekahan tersebut lebih memudahkan masuknya air dan proses pelapukan yang terjadi akan lebih intensif.
b.     Topografi
Keadaan topografi setempat akan sangat mempengaruhi sirkulasi air beserta reagen-reagen lain. Untuk daerah yang landai, maka air akan bergerak perlahanlahan sehingga akan mempunyai kesempatan untuk mengadakan penetrasi lebih dalam melalui rekahan rekahan atau pori pori batuan. Akumulasi andapan umumnya terdapat pada daerah-daerah yang landai sampai kemiringan sedang, hal ini menerangkan bahwa ketebalan pelapukan mengikuti bentuk topografi. Pada daerah yang curam, secara teoritis, jumlah air yang meluncur (runoff) lebih banyak daripada air yang meresap ini dapat menyebabkan pelapukan kurang intensif.Geometri relief dan lereng akan mempengaruhi proses pengaliran dan sirkulasi airserta reagen-reagen lain. Secara teoritis, relief yang baik untuk pengendapan bijihnikel adalah punggung-punggung bukit yang landai dengan kemiringan antara 10 – 30°. Pada daerah yang curam, air hujan yang jatuh ke permukaan lebih banyakyang mengalir (run-off ) dari pada yang meresap kedalam tanah, sehingga yangterjadi adalah pelapukan yang kurang intensif.
Pada daerah ini sedikit terjadi pelapukan kimia sehingga menghasilkan endapan nikel yang tipis. 
Sedangkan pada daerah yang landai, air hujan bergerak perlahan-lahan sehingga mempunyaikesempatan untuk mengadakan penetrasi lebih dalam melalui rekahan-rekahanatau pori-pori batuan dan mengakibatkan terjadinya pelapukan kimiawi secaraintensif.Akumulasi andapan umumnya terdapat pada daerah-daerah yang landaisampai kemiringan sedang, hal ini menerangkan bahwa ketebalan pelapukanmengikuti bentuk topografi.
c.      Waktu
Waktu yang cukup lama akan mengakibatkan pelapukan yang cukupintensif karena akumulasi unsur nikel cukup tinggi. Waktu merupakan faktor yangsangat penting dalam proses pelapukan, transportasi, dan konsentrasi endapan pada suatu tempat. Untuk terbentuknya endapan nikel laterit membutuhkan waktuyang lama, mungkin ribuan atau jutaan tahun.Bila waktu pelapukan terlalu mudamaka terbentuk endapan yang tipis. Waktu yang cukup lama akan mengakibatkan pelapukan yang cukup intensif karena akumulasi unsur nikel cukup tinggi. Banyak dari faktor tersebut yang saling berhubungan dan karakteristik profil disatu tempat dapat digambarkan sebagai efek gabungan dari semua faktor terpisahyang terjadi melewati waktu, ketimbang didominasi oleh satu faktor saja.Ketebalan profil laterit ditentukan oleh keseimbangan kadar pelapukankimia di dasar profil dan pemindahan fisik ujung profil karena erosi. Tingkat pelapukan kimia bervariasi antara 10– 50 m per juta tahun, biasanya sesuaidengan jumlah air yang melalui profil, dan 2–  3 kali lebih cepat dalam batuanultrabasa daripada batuan asam. Disamping jenis batuan asal, intensitas pelapukan, dan struktur batuan yang sangat mempengaruhi potensi endapan nikellateritik, maka informasi perilaku mobilitas unsur selama pelapukan akan sangatmembantu dalam menentukan zonasi bijih di lapangan (Totok Darijanto, 1986).

C.   Persebaran
·        Cadangan minyak bumi Indonesia diperkirakan masih cukup besar. Adapun sebaran penghasil minyak pada sejumlah pulau di Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabrl Daerah Penghasil Minyak Bumi di Indonesia

·        Pertambangan batu bara di Kalimantan terdapat di Kalimantan Timur (Lembah Sungai Berau dan Samarinda), Sumatra Barat (Ombilin dan Sawahlunto), Sumatra Selatan (Bukit Asam dan Tanjung Enim).
·        Timah di Indonesia, potensi timah ada di Pulau Bangka, di Pulau Belitung, Pulau Singkep dan Pulau Karimun. Selain itu, dua pertiga bagian jalur timah berada di bawah laut. Dari sekian pulau tersebut, Pulau Bangka merupakan pulau penghasil timah terbesar di Indonesia. Pulau Bangka yang luasnya 1.294.050 hektar seluas 25% daratan pulaunya merupakan kawasan pertambangan timah. Area pertambangan terbesar di pulau ini dikuasai oleh PT Tambang Timah yang merupakan anak perusahaan PT Timah,Tbk.
·        Nikel
Nikel terdapat di sekitar Danau Matana, Danau Towuti, dan di Kolaka (Sulawesi Selatan).

D.   Mitigasi
Lahan pasca tambang memerlukan penanganan yang dapat menjamin perlindungan terhadap lingkungan.Oleh karenanya pengelolaan lingkungan hidup terutama pada periode pasca tambang tidak boleh hanya sebatas penanaman saja tetapi harus direhabilitasi menjadi lahan produktif sehingga dapat dirasakan oleh masyarakat.
Suatu kegiatan penambangan yang dikelola dengan baik atau yang berwawasan lingkungan akan mengahsilkan manfaat yang besar dan tidak akan merusakan lingkungan fisik, mengancam keselamatan kerja, dan menganggu kesehatan. Bahkan tidak mustahil bahwa suatu lahan bekas penambangan yang direklamasi dengan benar akan menjadikan lahan tersebut lebih bermanfaat dibanding sebelum adanya kegiatan penambangan.
Adapun Tahapan atau kegiatan yang dilakukan dalam reklamasi lahan pertambangan ialah:
1.     Melakukan penimbunan lahan kemudian menempelkan lapisan tanah yg subur (top soil) di lahan yang akan direklamasi. Ini bertujuan untuk memberikan lapisan penyubur sehingga memudahkan tanaman untuk tumbuh dan memberikan kekuatan menyangga tanah karena lahan eks tambang umumnya miskin unsur hara, memiliki porositas tinggi dan penyerapan air rendah.
2.     Tahap persiapan lahan yaitu dengan perataan lahan (contour leveling). Tahapan ini adalah meratakan sehingga nantinya memudahkan penimbunan top soil, menguatkan porositas da menyerap air. Reklamasi memang dapat dilakukan di lahan miring atau lereng meskipun akan ditemui banyak kesulitan. Lahan yang kemiringannya sudah diratakan akan memudahkan proses lanjut reklamasi. Pemadatan lapisan tanah untuk menstabilkan lereng ini dilakukan dengan tractor, grader atau bulldozer (sheep foot roller). Di beberapa lokasi lahan yang curam, maka pemadatan ini ditarik dengan bulldozer. Setelah tanah dipadatratakan, maka selanjutnya perlu dibuat saluran drainase untuk mengatur penyaliran.
3.     Hydroseeding adalah aktivitas penyebaran atau penyemaian lahan reklamasi dengan bibit tanaman perintis (umumnya yang digunakan adalah centrocema) yang sebelumnya telah dicampurkan dengan fertilizer dan aditif lainnya. Penyebaran  dilakukan dengan truck hydro seeder. Hydro seeding ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas tanah sehingga tanaman akan mendapatkan lingkungan yang baik.
4.     Tahap selanjutnya bisa dilakukan penanaman pohon, Untuk penanaman pohon, maka disusun pembuatan lubang tanam untuk anakan dengan dimensi disesuaikan dengan kebutuhan. Media tanam yang diperlukan umumnya adalah tanah top soil, pupuk (kompos) dan fertilizer lainnya. Jarak tanam juga disesuaikan. Untuk memperkuat lahan maka biasanya ditambahkan jarring (mesh) di selanjang lokasi juga untuk mencegah longsor. Pohon yang ditanam dalam reklamasi adalah Pohon yang cepat tumbuh, biasanya Pohon Akasia. Pemilihan pohon cepat tumbuh (sengon, angsana/Pterocarpus Indicus atau akasia/Acacia Mangium) adalah alternative awal untuk merevegatasi lahan eks tambang. Tanaman ini adalah dua dari beberapa jenis tanaman reklamasi yang cepat tumbuh. Dalam beberapa tahun dengan maintenance yang baik, hampir dapat dipastikan reklamasi akan berjalan bagus.
Penambangan batubara terbuka (open mining) menghasilkan bahan-bahan non-batubara dalam jumlah besar, yang ditimbun di tempat lain (disebut overburden). Bahan-bahan tersebut terdiri atas campuran tanah bagian atas (horizon A dan B), dan bahan induk tanah, seperti batuliat (claystone), batulanau (siltstone), batupasir (sandstone), atau tufa volkan, yang mempunyai sifat fisik tanah buruk, dan seringkali mengandung unsur-unsur kimia beracun.
Teknik reklamasi terdiri atas gabungan:
1.                 Penggunaan amelioran, berupa bahan organik, pupuk kandang, kapur pertanian,
2.                 Penanaman tanaman penutup tanah, dan
3.                 Penanaman kayu-kayuan (penghijauan).
1.                 Penggunaan emulsi aspal (bitumenous emulsion), dan
2.                 Menanam tanaman penutup tanah seperti Flemingia congesta.
Emulsi aspal berfungsi sebagai perekat butiran-butiran pasir sehingga membentuk agregat yang relatif stabil, agar mampu mengikat air untuk mendukung pertumbuhan tanaman Flemingia congesta adalah tanaman legum perdu, dapat mencapai tinggi 3-5 meter, tumbuh cepat, berdaun banyak, dapat dipangkas dan hasil pangkasannya digunakan sebagai pupuk organik, dan apabila terbakar mampu segera bertunas kembali.






















Literature
Batu bara. (2013), “Pengertian Batu Bara.” http://batu-bara123.blogspot.com/2013/11/pengertian-batu-bara.html. Diakses tanggal 10 maret 2015
Wahyu Agung Sabariman. (2014), “Pengertian, Sejarah, Hasil, dan Pelsertarian Minyak Bumi.” https://sabariman152.wordpress.com/2014/08/25/minyak-bumi/. Diakses tanggal 10 maret 2015
Sisilain.net. (2013).“Apa Itu Batu Bara.” http://www.sisilain.net/2011/07/apa-itu-nikel.html. Diakses pada 10 maret 2015
Hedi Sasrawan. (2013). “Proses Pembelajaran Minyak Bumi”.http://hedisasrawan.blogspot.com/2013/05/proses-pembentukan-minyak-bumi-materi.html. Diakses pada 10 maret 2015
Bisosial.com. (2013).“Pengertian, Sifat dan Kegunaan Timah.” http://www.bisosial.com/2013/08/pengertian-timah-sn.html?m=0. Diakses pada 10 maret 2015
Dediyulhendra. (2013). “ Timah.” https://dediyulhendra.wordpress.com/2011/09/01/timah/. Diakses pada 10 maret 2015

Sribd.(2013). “Faktor Pembentuk Nikel Laterit.” http://www.scribd.com/doc/245832794/faktor-pembentukan-nikel-laterit#scribd. Diakses pada 10 maret 2015 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar