Translate

Sabtu, 05 Desember 2015

GEOLOGI TATA LINGKUNGAN TAMBANG GALIAN GOLONGAN B

TAMBANG GALIAN GOLONGAN B

A.      Pengantar
Bahan galian golongan b, yaitu bahan galian vital, adalah bahan galian yang dapat menjamin hajat hidup orang banyak.
Di indonesia, penggolongan bahan galian dapat dilihat dalam undang-undang no 11 tahun 1967 tentang ketentuan-ketentuan pokok pertambangan. Dalam uu mengatakan tambang golongan b (bahan galian vital).
Bahan galian golongan ini bernilai vital untuk kesejahteraan masyarakat, bahan galian golongan ini bersifat logam, dan intinya dapat berguna untuk ketahanan negara, dll. Adapun yang termasuk bahan galian golongan b, yaitu:
A. Besi, mangan, molybdenum, khrom, wolfram, vanadium, titanium;
B. Bauksit, tembaga, timbal, seng;
C. Emas, platina, perak, air raksa, intan;
D. Arsen, antimon, bismut;
E. Yitrium, rhutenium, cerium, dan logam-logam langka lainnya;
F. Berillium, korundum, zircon, kristal kwarsa;
G. Kriolit, fluorspar, barit;
H. Yodium, brom, khlor, belerang
Proses terbentuknya hasil tambang
       berdasarkan cara terbentuknya;
A.       Bahan galian hasil pengayaan sekunder, yaitu bahan galian yang terkonsentrasi karena proses pelarutan pada batuan hasil pelapukan.
B.      Bahan galian hasil pengendapan, yaitu bahan galian yang terkonsentrasi karena pengendapan di dasar sungai atau genangan air yang terjadi melalui proses pelapukan.
C.       Bahan galian magmatik, adalah bahan galian yang terjadi dari magma yang terdapat di dalam bumi.
D.      Bahan galian pegmatik, adalah bahan galian yang terbentuk di dalam diaterma  dan dalam bentuk intrusi. Contohnya adalah timah putih di bangka belitung.
E.      Bahan galian hidrotermal, adalah bahan galian yang terbentuk melalui resapan magma cair yang membeku terakhir di celah-celah struktur lapisan bumi. Contohnya bijih perak dan emas yang terdapat dekat dengan permukaan bumi, terjadi karena terbawa oleh magma cair melalui celah-celah dan setelah cairannya menguap, ia tinggal di dalam gang.
F.        Bahan galian metamorphosis kontak, adalah bahan galian berupa batuan sekitar magma, yang karena bersentuhan dengan magma berubah menjadi mineral yang memiliki nilai ekonomi.

Berdasarkan asal-usul terjadinya
a.        Mineral organik
Mineral organik adalah mineral yang terbentuk dari sisa-sisa organisme yang telah mati karena terpengaruh oleh proses fisika, kimia, dan mekanik yang akhirnya menjadi bahan tambang. Contohnya minyak bumi dan batubara.
b.       Mineral anorganik
Mineral anorganik adalah mineral yang terbentuk dari berbagai proses mineralisasi senyama anorganik dan proses kimia fisika dalam magma. Contohnya emas, perak, timah, besi, seng, dan nikel.

B.  Jenis-jenis tambang golongan b dan penjelasannya
1.    Belerang
1.1    Pengertian
kristal belerang berdasarkan pengamatan dengan mata menunjukan kenampakan berwarna kuning dengan kekerasan berkisar antara 1,5-2,5 dan mempunyai berat jenis 2,05. Apabila dibakar memberikan nyala warna biru da menghasilkan gas so2 yang berbau tidak enak. Titik leleh pada suhu 234o-248of dan mempunyai daya hantar listrik yang jelek serta tidak larut dalam air.
Di alam, belerang dapat ditemukan baik sebagai unsur dalam bentuk kristal belerang atau dalam bentuk lumpur dengan kadar s mencapai 40-60%. Dapat juga ditemui belerang dengan bentuk persenyawaan dengan logam lain seperti galena, spalerit, pyrite, dan lain-lain.


1.2    Proses terbentuknya belerang.
Belerang (sulfur) dialam biasanya di temukan dalam bentuk kristal belerang dan dapat juga dalam bentuk persenyawaan dengan logam lain (golongan sulfida dan garam sulfo) seperti galena, spalerit dan pirit. Pada umumnya, endapan belerang mempunyai hubungan erat dengan kegiatan gunung berapi.
Beberapa pendapat mengenai genesa belerang :
a.         Belerang berasal dari h2s yang merupakan hasil reduksi caso4 oleh karbon dan methan. Terbentuknya h2s dapat melalui dua cara, yaitu oksidasi oleh air tanah dan reaksi antara h2s dengan caso4.
b.        Belerang dibentuk oleh bakteri de sulpho vibrio de sulfuricans. Prosesnya, sulfat oleh bakteri diubah menjadi sulfite. Selanjutnya sulfit diubah menjadi belerang.
c.         Belerang terdapat pada gypsum yang diendapkan langsung dari poly sulfite.
d.        Cebakan belerang ditemukan sebagai hasil sublimasi solfatara atau fumarola yang merupakan hasil dari aktivitas gunung berapi.
untuk tipe sublimasi, karena proses terjadinya didasarkan kepada aktivitas
Gunung berapi, maka selama gunung berapi aktif, belerang tipe ini dapat diproduksi. Dengan demikian sumber daya belerang sublimasi dapat dianggap tidak terbatas.
1.3      kegunaan belerang
Belerang banyak digunakan di industri pupuk, kertas, cat, plastik, bahan sintetis, pengolahan minyak bumi, industri karet dan ban, industri gula pasir, accu, industri kimia, bahan peledak, pertenunan, film dan fotografi, industri logam dan besi baja.
1.4 persebaran:
Potensi dan penyebaran endapan belerang indonesia saat ini baru diketahui di enam propinsi, dengan total cadangan sekitar 5,4 juta. Endapan belerang di indonesia dapat ditemukan dibeberapa propinsi antara lain : sumatera utara, lampung, jawa barat, jawa tengah, jawa timur, sulawesi utara, maluku.
Belerang terdapat di kawasan gunung talaga bodas (garut) dan di kawah gunung berapi, seperti di dieng (jawa tengah).
2.    Besi
2.1 pengertian
Bijih besi adalah batuan yang mengandung mineral-mineral besi dan sejumlah mineral gangue seperti silika, alumina, magnesia, dan lain-lain.




2.2    Proses terbentuknya
Proses terjadinya cebakan bahan galian bijih besi berhubungan erat dengan adanya peristiwa tektonik pra-mineralisasi. Akibat peristiwa tektonik, terbentuklah struktur sesar, struktur sesar ini merupakan zona lemah yang memungkinkan terjadinya magmatisme, yaitu intrusi magma menerobos batuan tua, dicirikan dengan penerobosan batuan granitan (kgr) terhadap formasi barisan (pb,pbl). Akibat adanya kontak magmatik ini, terjadilah proses rekristalisasi, alterasi, mineralisasi, dan penggantian (replacement) pada bagian kontak magma dengan batuan yang diterobosnya.
Perubahan ini disebabkan karena adanya panas dan bahan cair (fluida) yang berasal dari aktivitas magma tersebut. Proses penerobosan magma pada zona lemah ini hingga membeku umumnya disertai dengan kontak metamorfosa. Kontak metamorfosa juga melibatkan batuan samping sehingga menimbulkan bahan cair (fluida) seperti cairan magmatik dan metamorfik yang banyak mengandung bijih.
2.3   persebaran
1.    Di dunia
Indonesia, cina, australia,brazil, india, rusia, ukrania, amerika serikat, afrika selatan, iran, kanada, swedia, venezuela, kazaztan, mauritania.
2.    Di indonesia
Beberapa bijih besi antara lain sebagai berikut:
*      Bijih besi lateritik terdapat di kalimantan selatan, sulawesi selatan, sulawesi tengah, dan sulawesi tenggara.
*      Bijih besi magnetic-hematit, terdapat di kalimantan tengah.
*      Biji besi titan, terdapat di pantai cilacap, pantai pelabuhan ratu, lampung, sumatera selatan, jambi, sumatera barat, sumatra utara, dan aceh. Pabrik peleburan besi baja indonesia terdapat di celogon.

3      Bauksit
3.1 pengertian
bauksit (bahasa inggris: bauxite) adalah bijih utama aluminium terdiri dari hydrous aluminium oksida dan aluminium hidroksida yakni dari mineral gibbsite al (oh) 3, boehmite γ-alo (oh), dan diaspore α-alo (oh), bersama-sama dengan oksida besi goethite dan bijih besi, mineral tanah liat kaolinit dan sejumlah kecil anatase tio 2 . Secara umum bauksit mengandung al2o3 sebanyak 45 – 65%, sio2 1 – 12%,    fe2o3 2 – 25%, tio2 >3%,dan h2o 14 – 36%.
Pertama kali ditemukan pada tahun 1821 oleh geolog bernama pierre berthier pemberian nama sama dengan nama desa tempat dimana bauksit pertamakali ditemukan, les baux di bagian selatan perancis.
3.2 proses pembentukan bauksit
pembentukan bijih bauksit terjadi di daerah tropika dan subtropika dimana kondisi yang menunjang pelapukan sangat kuat. Bauksit terbentuk dari batuan sedimen yang mempunyai kadar al nisbi tinggi, kadar fe rendah dan bebas atau sedikit sekali mengandung kadar kuarsa (sio2).
Batuan tersebut (misalnya sienit dan nefelin) berasal dari batuan beku, batu lempung, lempung dan serpih. Batuan-batuan tersebut akan mengalami proses lateritisasi kemudian proses dehidrasi akan mengeras menjadi bauksit.
Kondisi – kondisi utama yang memungkinkan terjadinya endapan bauksit secara optimum adalah ;
1.    Adanya batuan yang mudah larut dan menghasilkan batuan sisa yang kaya alumunium
2.    Adanya vegetasi dan bakteri yang mempercepat proses pelapukan
3.    Porositas batuan yang tinggi, sehingga sirkulasi air berjalan dengan mudah
4.    Adanya pergantian musim (cuaca) hujan dan kemarau (kering)
5.    Adanya bahan yang tepat untuk pelarutan
6.     relief (bentuk permukaan) yang relatif rata, yang mana memungkinkan terjadinya pergerakan air dengan tingkat erosi minimum
7.    Waktu yang cukup untuk terjadinya proses pelapukan

Bauksit dapat ditemukan dalam lapisan mendatar dan tidak terlalu dalam. Biasanya banyak terdapat di hutan biomas, oleh karena itu penambangannya biasanya merusak hutan.
·         Penambangan bauksit dilakukan dengan penambangan terbuka diawali dengan land clearing dan kemudian diikuti dengan pengupasan tanah penutup. Lapisan bijih bauksit kemudian digali dengan shovel loader yang sekaligus memuat bijih bauksit tersebut kedalam dump truck untuk diangkut ke instalansi pencucian.
·          





·         Bijih bauksit tersebut kemudian dicuci dan dipisahkan dari unsur lain yang tidak diinginkan. Pencucian dapat dilakukan dengan semprotan air berkekuatan tinggi (water jet) diikuti penyaringan (screening). Disamping itu dapat sekaligus dilakukan proses pemecahan (size reduction) dengan menggunakan jaw crusher.
Cara-cara pencucian:
a. Cara asam (h2so4)                                         
Hanya dilakukan untuk pembuatan al2(so4)3 untuk proses pengolahan air minum dan pabrik kertas.
  • Reaksi dapat dipercepat dengan menaikkan temperatur sampai 180 c (autoclaving)
  • Kalsinasicocok untuk lowgrade al2o3 tetapi high sio2 yang tidak cocok dikerjakan dengan cara basa.
  • Hasil basic-al-sulfat dikalsinansi menjadi al2o3, kelemahan cara ini adalah fe2o3ikut larut.
b. Cara basa (naoh), proses bayers (th 1888)
The bayer proses adalah suatu cara untuk memurnikan bauksit untuk memperoleh alumina (aluminium oxide). Persamaan kimianya: 
Al2o3 + 2 naoh + 3 h2o → 2 naal(oh)4

proses ini melarutkan kotoran (termasuk silica) dengan cairan panas sodium hydroxide, naoh pada 175º c dengan tekanan tinggi. Hasil pencucian berupa lumpur merah kemudian disaring lagi dengan menggunakan saringan pasir dan kemudian didinginkan. Larutan alkaline kemudian ditambahkan disertai carbon dioxide. Proses ini menghasilkan endapan yang mengandung sekitar 30%-54% alumunium oxide dan sisanya berupa beberaja jenis besi dan titanium. Aluminium oxide harus dimurnikan lagi untuk memperoleh aluminium murni.
Ada 2 macam produk alumina yang bisa dihasilkan yaitu smelter grade alumina (sga) dan chemical grade alumina (cga). 90% pengolahan bijih bauksit di dunia ini dilakukan untuk menghasilkan smelter grade alumina yang bisa dilanjutkan untuk menghasilkan al murni. Berikut block diagram pengolahan bauksit melalui proses sga:
Untuk bauksit yang mempunyai kadar silika lebih dari 10%, proses ini menjadi kurang dimungkinkan dikarenakan sodium alumunium silika yang terbentuk. Alternatif nya adalah proses "hall–héroult".

c. Cara sintering dengan na2co3 (deville-pechiney)
sintering dilakukan dalam rotary kiln 1000 c selama 2-4 jam, cocok untuk bijih   dengan high fe2o3 dan sio2.
Reaksi-reaksi:
al2o3 + na2co3 = naalo2 + co2(g)
fe2o3 + na2co3 = na2o∙fe2o3 + co2(g)
tio2 + na2co3 = na2o∙tio2 + co2(g)
sio2 + na2co3 = na2o∙sio2 + co2(g)
d. Dengan proses elektolisa/ electrolysis
aluminium oxide dilarutkan dalam cairan kriolit (cryolite) yang kemudian di didihkan menjadi metal murni. Suhu pendidihan pada umunya adalah 950 sampai dengan 980 °c. Aluminium oxide yang dihasilkan berupa pasir putih halus.
Bahan utamanya adalah bauksit yang mengandung aluminium oksida. Pada katoda terjadi reaksi reduksi, ion aluminium (yang terikat dalam aluminium oksida) menerima electron menjadi atom aluminium,
4 al(3+) + 12 e(1-) ————–> 4 al
Pada anoda terjadi reaksi oksidasi, dimana ion-ion oksida melepaskan elektron menghasilkan gas oksigen.
6 o(2-) ——————> 3 o2 + 12 e(1-)
Logam aluminium terdeposit di keping katoda dan keluar melalui saluran yang telah disediakan.
3.3 persebaran:
Di indonesia bauksit diketemukan di pulau bintan dan sekitarnya, pulau bangka dan kalimantan barat. Sampai saat ini penambangan bauksit di pulau bintan satu-satunya yang terbesar di indonesia. Beberapa tempat antara lain:
  • Sumatera utara          : kota pinang (kandungan al2o3 = 15,05 – 58,10%).
  • Riau                           : p.bulan, p.bintan (kandungan sio2 = 4,9%, fe2o3 = 10,2%,                         tio2 = 0,8%, al2o3 = 54,4%), p.lobang (kepulauan riau), p.kijang (kandungan sio2 = 2,5%, fe2o3 = 2,5%, tio2 = 0,25%, al2o3 = 61,5%, h2o = 33%),merupakan akhir pelapukan lateritic setempat, selain ditempat tersebut terdapat juga diwilayah lain yaitu, galang, wacokek, tanah merah,dan daerah searang.
  • Kalimantan barat      : tayan menukung, sandai, pantus, balai berkuah, kendawangan dan munggu besar.
  • Bangka belitung       : sigembir.

4      Emas
4.1  pengertian

emas adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol au (bahasa latin: 'aurum') dan nomor atom 79. Sebuah logam transisi (trivalen dan univalen) yang lembek, mengkilap, kuning, berat, "malleable", dan "ductile". Emas tidak bereaksi dengan zat kimia lainnya tapi terserang oleh klorin, fluorin dan aqua regia. Logam ini banyak terdapat di nugget emas atau serbuk di bebatuan dan di deposit alluvial dan salah satu logam coinage. Kode isonya adalah xau. Emas melebur dalam bentuk cair pada suhu sekitar 1000 derajat celcius.

Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya berkisar antara 2,5 – 3 (skala mohs), serta berat jenisnya tergantung pada jenis dan kandungan logam lain yang berpadu dengannya. Mineral pembawa emas biasanya berasosiasi dengan mineral ikutan (gangue minerals). Mineral ikutan tersebut umumnya kuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, dan sejumlah kecil mineral non logam. Mineral pembawa emas juga berasosiasi dengan endapan sulfida yang telah teroksidasi. Mineral pembawa emas terdiri dari emas nativ, elektrum, emas telurida, sejumlah paduan dan senyawa emas dengan unsur-unsur belerang, antimon, dan selenium. Elektrum sebenarnya jenis lain dari emas nativ, hanya kandungan perak di dalamnya >20%.






4.2 proses terbentuknya emas
emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan. Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan larutan hidrotermal, sedangkan pengkonsentrasian secara mekanis menghasilkan endapan letakan (placer). Genesa emas dikatagorikan menjadi dua yaitu:
* endapan primer
* endapan plaser.
Cara memisahkannya emas murni dari pertambangan (ekstraksi), jenisnya ada dua:
1.    Amalgamasi
Amalgamasi adalah proses penyelaputan partikel emas oleh air raksa dan membentuk amalgam (au – hg). Amalgam masih merupakan proses ekstraksi emas yang paling sederhana dan murah, akan tetapi proses efektif untuk bijih emas yang berkadar tinggi dan mempunyai ukuran butir kasar (> 74 mikron) dan dalam membentuk emas murni yang bebas (free native gold).
Proses amalgamasi merupakan proses kimia fisika, apabila amalgamnya dipanaskan, maka akan terurai menjadi elemen-elemen yaitu air raksa dan bullion emas. Amalgam dapat terurai dengan pemanasan di dalam sebuah retort, air raksanya akan menguap dan dapat diperoleh kembali dari kondensasi uap air raksa tersebut. Sementara au-ag tetap tertinggal di dalam retort sebagai logam
2.    Sianidasi
Proses sianidasi terdiri dari dua tahap penting, yaitu proses pelarutan dan proses pemisahan emas dari larutannya. Pelarut yang biasa digunakan dalam proses cyanidasi adalah nacn, kcn, ca(cn)2, atau campuran ketiganya. Pelarut yang paling sering digunakan adalah nacn, karena mampu melarutkan emas lebih baik dari pelarut lainnya. Secara umum reaksi pelarutan au dan ag adalah sebagai berikut:
4au + 8cn- + o2 + 2 h2o = 4au(cn)2- + 4oh-
4ag + 8cn- + o2 + 2 h2o = 4ag(cn)2- + 4oh-
Pada tahap kedua yakni pemisahan logam emas dari larutannya dilakukan dengan pengendapan dengan menggunakan serbuk zn (zinc precipitation). Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
2 zn + 2 naau(cn)2 + 4 nacn +2 h2o = 2 au + 2 naoh + 2 na2zn(cn)4 + h2
2 zn + 2 naag(cn)2 + 4 nacn +2 h2o = 2 ag + 2 naoh + 2 na2zn(cn)4 + h2
Penggunaan serbuk zn merupakan salah satu cara yang efektif untuk larutan yang mengandung konsentrasi emas kecil. Serbuk zn yang ditambahkan kedalam larutan akan mengendapkan logam emas dan perak. Prinsip pengendapan ini mendasarkan deret clenel, yang disusun berdasarkan perbedaan urutan aktivitas elektro kimia dari logam-logam dalam larutan cyanide, yaitu mg, al, zn, cu, au, ag, hg, pb, fe, pt. Setiap logam yang berada disebelah kiri dari ikatan kompleks sianidanya dapat mengendapkan logam yang digantikannya. Jadi sebenarnya tidak hanya zn yang dapat mendesak au dan ag, tetapi cu maupun al dapat juga dipakai, tetapi karena harganya lebih mahal maka lebih baik menggunakan zn. Proses pengambilan emas-perak dari larutan kaya dengan menggunakan serbuk zn ini disebut “proses merill crowe”.
Dibawah ini adalah teknik pengolahan emas dengan berbagai cara ;
a.    Cara sianida
Cara kerja
1.      Bahan berupa batuan dihaluskan dengan menggunakan alat grinding sehingga
menjadi tepung (mesh + 200).
2.      Bahan di masukkan ke dalam tangki bahan, kemudian tambahkan h2o (2/3 dari
bahan).
3.      Tambahkan tohor (kapur) hingga ph mencapai 10,2 – 10,5 dan kemudian
tambahkan nitrate (pbno3) 0,05 %.
4.      Tambahkan sianid 0.3 % sambil di aduk hingga (t = 48/72h) sambil di jaga ph
larutan (10 – 11) dengan (t = 85 derajat).
5.      Kemudian saring, lalu filtrat di tambahkan karbon (4/1 bagian) dan di aduk hingga (t= 48h), kemudian di saring.
6.      Karbon dikeringkan lalu di bakar, hingga menjadi bullion atau gunakan. (metode 1)
7.      Metode merill crow (dengan penambahan zink anode / zink dass), saring lalu
dimurnikan / dibakar hingga menjadi bullion. (metode 2)
8.      Karbon di hilangkan dari kandungan lain dengan asam (3 / 5 %), selama (t =30/45m), kemudian di bilas dengan h2o selama (t = 2j) pada (t = 80 – 90 derajat).
9.      Lakukan proses pretreatment dengan menggunakan larutan sianid 3 % dan soda
(naoh) 3 % selama (t =15 – 20m) pada (t = 90 – 100o).
10.  Lakukan proses recycle elution dengan menggunakan larutan sianid 3 % dan soda
3 % selama (t = 2.5 j) pada (t = 110 – 120 derajat).
11.  Lakukan proses water elution dengan menggunakan larutan h2o pada (t = 110 –
120o) selama (t = 1.45j).
12.  Lakukan proses cooling.
13.  Saring kemudian lakukan proses elektrowining dengan (v = 3) dan (a = 50) selama
(t = 3.5j). (metode 3)

Proses pemurnian (dari bullion) dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu:
1.    Metode cepat
Secara hidrometallurgy yaitu dengan dilarutkan dalam larutan hno3 kemudian tambahkan garam dapur untuk mengendapkan perak sedangkan emasnya tidak larut dalam larutan hno3 selanjutnya saring aja dan dibakar.
2.    Metode lambat
Secara hidrometallurgy plus electrometallurgy yaitu dengan menggunakan larutan h2so4 dan masukkan plat tembaga dalam larutan kemudian masukkan bullion ke dalam larutan tersebut, maka akan terjadi proses hidrolisis dimana perak akan larut dan menempel pada plat tembaga (menempel tidak begitu keras/mudah lepas) sedangkan emasnya tidak larut (tertinggal di dasar), lalu tinggal bakar aja masingmasing, jadi deh logam murni.

b.    Proses pengolahan emas dengan sistem perendaman
Bahan ore/ bijih emas yang sudah dihaluskan dengan mesh + 200 = 30 ton
formula kimia
1. Nacn = 40 kg
2. H2o2 = 5 liter
3. Kostik soda/ soda api = 5 kg
4. Ag no3 =100 gram
5. Epox cl = 1 liter
6. Lead acetate = 0.25 liter (cair)/ 1 ons (serbuk)
7. Zinc dass/ zinc koil = 15 kg
8. H2o (air) = 20.000 liter

proses perendaman
• perlakuan di bak i (bak kimia)
1)      Nacn dilarutkan dalam h2o (air) ukur pada ph 7
2)      Tambahkan costik soda (+ 3 kg) untuk mendapatkan ph 11-12
3)      Tambahkan h2o2, ag no3, epox cl diaduk hingga larut, dijaga pada ph 11-12
• perlakuan di bak ii (bak lumpur)
1)      Ore/ bijih emas yang sudah dihaluskan dengan mesh + 200 = 30 ton dimasukkan ke dalam bak
2)      Larutan kimia dari bak i disedot dengan pompa dan ditumpahkan/ dimasukkan ke bak ii untuk merendam lumpur ore selama 48 jam
3)      Setelah itu, air/ larutan diturunkan seluruhnya ke bak i dan diamkan selama 24 jam, dijaga pada ph 11-12. Apabila ph kurang untuk menaikkannya ditambah costic soda secukupnya
4)      Dipompa lagi ke bak ii, diamkan selama 2 jam lalu disirkulasi ke bak i dengan melalui bak penyadapan/ penangkapan yang diisi dengan zinc dass/ zinc koil untuk mengikat/ menangkap logam au dan ag (emas dan perak) dari larutan air kaya
5)      Lakukan sirkulasi larutan/ air kaya sampai zinc dass/ zinc koil hancur seperti pasir selama 5 – 10 hari
6)      Zinc dass/ zinc koil yang sudah hancur kemudian diangkat dan dimasukkan ke dalam wadah untuk diperas dengan kain famatex
7)      Untuk membersihkan hasil filtrasi dari zinc dass atau kotoran lain gunakan 200 ml h2so4 dan 3 liter air panas
8)      Setelah itu bakar filtrasi untuk mendapatkan bullion

4.3 kegunaan emas
Emas digunakan sebagai standar keuangan di banyak negara dan juga digunakan sebagai perhiasan, dan elektronik. Penggunaan emas dalam bidang moneter dan keuangan berdasarkan nilai moneter absolut dari emas itu sendiri terhadap berbagai mata uang di seluruh dunia, meskipun secara resmi di bursa komoditas dunia, harga emas dicantumkan dalam mata uang dolar amerika. Bentuk penggunaan emas dalam bidang moneter lazimnya berupa bulion atau batangan emas dalam berbagai satuan berat gram sampai kilogram.

5      Arsen
5.2         Pengertian
Arsen, arsenik, atau arsenikum adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol as dan nomor atom 33. Ini adalah bahan metaloid yang terkenal beracun dan memiliki tiga bentuk alotropik; kuning, hitam, dan abu-abu. Arsenik dan senyawa arsenik digunakan sebagai pestisida, herbisida, insektisida, dan dalam berbagai aloy. Arsen termasuk senyawa logam berat yang berwarna keabu-abuan, rapuh, berkilau, serta berbau bawang putih. Sejumlah senyawa arsen yang sering berhubungan dengan suatu kasus keracunan adalah arsen organik, arsen anorganik, dan gas arsine. Arsen dalam tabel periodik tidak termasuk golongan logam, tetapi karena mempunyai sifat mirip logam, maka dimasukkan ke dalam golongan “metalloid”.
Arsen termasuk senyawa logam berat yang berwarna keabu-abuan, rapuh, berkilau, serta berbau bawang putih. Sejumlah senyawa arsen yang sering berhubungan dengan suatu kasus keracunan adalah arsen organik, arsen anorganik, dan gas arsine.

Sifat-sifat fisika arsen :
1. Massa jenis (sekitar suhu kamar) 5,727 g/cm³
2. Massa jenis cair pada titik lebur 5,22 g/cm³
3. Titik lebur 1090 k  (817 °c, 1503 °f)
4. Titik didih sublimasi  887 k (614 °c, 1137 °f)
5. Kalor peleburan 24,44 kj/mol
6. Kalor penguapan   34,76 kj/mol
7. Kapasitas kalor (25 °c) 24,64 j/(mol·k)
Sifat-sifat kimia arsen :
1. Logam ini bewarna abu-abu
2. Sangat rapuh, kristal dan semi-metal benda padat.
3. Ia berubah warna dalam udara, dan ketika dipanaskan teroksida sangat cepat menjadi arsen oksida dengan bau bawang.
4. Arsen dan senyawa-senyawanya sangat beracun.

5.3    Proses terbentuknya arsen
Arsen organik banyak terdapat di alam, sering didapat bersama batu bara, dan biji logam (tembaga, timbal, seng). Dulu senyawa ini sering digunakan sebagai terapi pada penyakit sipilis, epilepsi, psoriasis, serta amoebiasis. Senyawa arsen anorganik dapat ditemukan di sejumlah zat racun seperti insektisida, rodentisida, fungisida, herbisida, pengawet kayu, serta pada industri kaca.
Senyawa arsen anorganik yang ada sering dalam bentuk arsenik trioksida, arsenik pentaoksida, arsenik antrium, arsenik kalium, serta arsenat. Sementara gas arsine sering terdapat sebagai limbah gas yang berbahaya pada industri peleburan dan pemurnian logam, serta pabrik pengolah silikon.
5.3 kegunaan arsen 
·         Arsen digunakan dalam pembuatan perunggu dan kembang api.
·         Arsen juga mulai banyak digunakan sebagai agen pendoping dalam peralatan solid-state seperti transistor.
·         Galium arsen digunakan sebagai bahan laser untuk mengkonversi listrik ke 
    cahaya koheren secara langsung.
·      Arsen juga banyak digunakan dalam masyarakat sebagai hasil industri,  
            misalnya sebagai bahan pengawet, bahan cat, insektisida, herbisida, campuran      dalam pupuk .
·      Arsen juga digunakan dalam bidang pengobatan
·      Logam arsenik biasanya digunakan sebagai bahan campuran untuk mengeraskan   logam lain misalnya mengeraskan pb di pabrik aki atau melapisi kabel.
·      Arsenik trioksid dan arsenik pentoksid biasanya dipakai di pabrik kalsium, tembaga dan pestisida pb arsenat.

6          Mangan
6.1          pengertian
Mangan termasuk unsur terbesar yang terkandung dalam kerak bumi. Bijih mangan utama adalah pirolusit dan psilomelan, yang mempunyai komposisi oksida dan terbentuk dalam cebakan sedimenter dan residu.

Mangan mempunyai warna abu-abu besi dengan kilap metalik sampai submetalik, kekerasan 2 – 6, berat jenis 4,8, massif, reniform, botriodal, stalaktit, serta kadang-kadang berstruktur fibrous dan radial. Mangan berkomposisi oksida lainnya namun berperan bukan sebagai mineral utama dalam cebakan bijih adalah bauxit, manganit, hausmanit, dan lithiofori, sedangkan yang berkomposisi karbonat adalah rhodokrosit, serta rhodonit yang berkomposisi silika.
6.2    Proses terbentuknya mangan
Cebakan mangan dapat terjadi dalam beberapa tipe, seperti cebakan hidrotermal, cebakan sedimenter, cebakan yang berasosiasi dengan aliran lava bawah laut, cebakan metamorfosa, cebakan laterit dan akumulasi residu.
6.3    Tahapan eksplorasi mangan
Adapun tahapan – tahapan dalam eksplorasi mangan sebagai berikut:
1. Survei tinjau
Untuk mengetahui kondisi umum suatu area iup maka perlu melakukan survei tinjau. Peta dasar skala sekurang - kurangnya 1 : 50.000. Informasi yang harus di dapatkan :
A. Beberapa titik pengamatan umum (jenis batuan dan bentuk muka bumi)
B. Kondisi penduduk (pemukiman, kearifan lokal, agama, tingkat pendidikan, dan lain-lain)
C. Tata guna lahan
D. Kesampaian daerah
2. Pemetaan geologi permukaan
Mengetahui sebaran endapan mineral mangan yang tersingkap di permukaan. Peta dasar skala sekurang - kurangnya 1 : 25.000. Out put dari kegiatan ini adalah:
a.       Peta lintasan dan titik pengamatan dalam kegiatan lapangan pemetaan geologi.
b.      Peta geologi
Peta geologi merupakan penggambaran dua dimensi kondisi geologi lapangan meliputi jenis batuan, struktur geologi, serta sejarah pembentukannya.
c.       Penampang geologi
Penampang geologi adalah penampang yang menggambarkan urutan – urutan pembentukan satuan litologi dalam peta geologi.
d.      Peta geomorfologi
Peta ini menggambarkan relief permukaan bumi di area iup. Peta ini penting untuk perencanaan tambang dan infrastruktur tambang.
e.       Peta tata guna lahan
Peta yang menunjukkan penggunaan lahan oleh masyarakat, misalnya pemukiman, rumah ibadah, sekolah, pertanian, perkebunan, hutan, dan infrastruktur lain seperti jalan dan jembatan. Peta ini penting untuk mengetahui lokasi-lokasi dalam area iup yang tidak bisa dilakukan proses penambangan.
f.       Peta pola pengaliran
Peta pola pengaliran dalam eksplorasi mangan diperlukan untuk interpretasi struktur dan mineralisasi mangan
g.      Peta interpretasi zona mineralisasi mangan
Peta ini sangat penting untuk mengetahui zona prospeksi mangan dan rekomendasi metode eksplorasi selanjutnya.
H. Rekomendasi-rekomendasi:
1) lokasi rencana test pit
2) perencanaan pemetaan bawah permukaan dengan metode geofisika
3) lokasi stockpile, mesh, kantor, dan gudang
3. Test pit/trenching
Setelah dilakukan pemetaan permukaan (surface mapping) akan diketahui lokasi-lokasi yang prospek. Informasi ini kemudian ditindaklanjuti dengan perencanaan test pit (sumur uji) atau trenching (parit uji). Jenis dan dimensinya diatur berdasarkan kebutuhan data yang diinginkan dan pola mineralisasi mangan dari hasil kegiatan pemetaan geologi.

4. Metode geofisika
·      Metode geofisika sangat penting untuk mengetahui kondisi geologi bawah permukaan. Metode geofisika yang dipilih diperoleh dari rekomendasi kegiatan pemetaan geologi permukaan atau berdasarkan jenis batuan yang berasosiasi dengan mangan. Metode geofisika yang biasa dipakai dalam eksplorasi mangan adalah geolistrik dan geoscanner.
    Output dari eksplorasi dengan metode geofisika ini adalah kondisi geologi bawah permukaan termasuk di dalamnya interpretasi keterdapatan mangan secara vertika. Dalam kegiatan pemetaan geologi diperoleh penyebaran mangan dan polanya, sedangkan eksplorasi dengan metode geofisika menghasilkan interpretasi prospek mangan secara vertikal.
5. Pemboran
Metode geofisika menghasilkan interpretasi kondisi bawah permukaan termasuk keterdapatan mangan di dalamnya, kegiatan pemboran memberikan keyakinan 100% terhadap interpretasi tersebut. Lokasi dan kedalaman yang menarik menurut hasil metode geofisika, bisa ditindaklanjuti dengan pemboran.
Disamping memberikan keyakinan pada interpretasi metode geofisika, kegiatan pemboran juga menghasilkan informasi berharga terkait kuantitas dan kualitas mineral mangan serta model tiga dimensi dan pendekatan perhitungan cadangan mangan terukur secara akurat.

6.4    Kegunaan mangan
Sekitar 90% mangan dunia digunakan untuk tujuan metalurgi, yaitu untuk proses produksi besi-baja, sedangkan penggunaan mangan untuk tujuan non-metalurgi antara lain untuk produksi baterai kering, keramik dan gelas, kimia, dan lain-lain.
6.5    Persebaran
Potensi cadangan bijih mangan di indonesia cukup besar, namun terdapat di berbagai lokasi yang tersebar di seluruh indonesia. Potensi tersebut terdapat di pulau sumatera, kepulauan riau, pulau jawa, pulau kalimantan, pulau sulawesi, nusa tenggara, maluku, dan papua.

6.6    Pertambangan batu mangan di ntt

Kualitas batu mangan dari ntt termasuk yang terbaik di dunia, dan jumlah yang terukur saat ini cukup untuk penuhi kebutuhan indonesia serta korea selatan selama lima puluh tahun mendatang. Hal ini disampaikan seorang pejabat kementerian energi dan sumber daya mineral (esdm) saat berkunjung ke kupang akhir 2009 lalu. Ini kabar baik atau buruk bagi rakyat ntt? Tampak banyak jawaban negatif. Baru-baru ini, dewan perwakilan rakyat daerah nusa tenggara timur (dprd ntt) mendesak pemerintah daerah untuk menghentikan seluruh proses eksploitasi mangan di daerah tersebut, sampai ada regulasi (peraturan daerah) di tingkat provinsi yang mengatur hal ini. Namun, sementara tuntutan tersebut dikemukakan, proses eksploitasi terus berlangsung dengan berbagai dampaknya. Regulasi yang menjadi pegangan sekarang adalah undang-undang nomor 4 tahun 2009 tentang penambangan mineral dan batubara dan peraturan daerah atau keputusan pemegang wewenang di level pemerintahan daerah kabupaten. Regulasi di tingkat kabupaten ini mengatur hal yang lebih spesifik seperti batas minimal harga komoditi, ijin usaha penambangan (iup), dan lain-lain.

Persoalan-persoalan
Hasil sebuah focus group discussion (fgd) yang diselenggarakan oleh lsm simpul demokrasi belu baru-baru ini menyebut empat poin dampak positif dan dua puluh tiga poin dampak negatif dari pertambangan mangan, disertai sejumlah rekomendasi kepada pemerintah (lihat di: http://www.simpuldemokrasi.org/news_detail.php?nid=68). Di sini penulis tidak merincikan kembali satu per satu hasil fgd tersebut. Beberapa poin di bawah ini coba merangkum persoalan yang ada, yaitu;
 pertama, aktivitas penambangan mengakibatkan kerusakan lingkungan. Di banyak tempat di pulau timor, bebatuan berfungsi sebagai tangkapan air hujan yang kemudian bermanfaat menyediakan sumber air bersih bagi penduduk. Penambangan mangan dikhawatirkan mengganggu daya tampung alam terhadap air hujan, sehingga mengganggu juga pasokan kebutuhan akan air.
Kedua, kondisi kesejahteraan rakyat tidak mengalami perubahan setelah penambangan dilakukan secara masif selama beberapa tahun terakhir. Ada manfaat jangka pendek berupa tambahan penghasilan, namun jumlahnya tidak cukup buat penuhi kebutuhan hidup, dan berdampak buruk dalam jangka panjang. Angka kemiskinan di ntt tetap tinggi, dan masih tergolong provinsi yang paling miskin atau terbelakang.
Ketiga, hal-hal terkait ketenagakerjaan, seperti kesehatan dan keselamatan kerja, keberadaan pekerja anak, pendidikan dan pengetahuan dasar yang dibutuhkan rakyat mengenai obyek kerjanya, pengupahan, dan lain-lain.
Keempat, dampak-dampak sosial budaya di tengah masyarakat, seperti meningkatnya persaingan disertai pudarnya semangat gotong royong, bergesernya sumber penghidupan masyarakat dari bertani menjadi “penambang tradisional”, dan lain-lain.
Disadari, persoalan-persoalan tersebut tak diatasi hanya oleh regulasi yang dibuat di tingkat daerah. Namun sebagai upaya menciptakan kondisi yang lebih baik, langkah (pembuatan regulasi) tersebut dapat kita manfaatkan sebagai sebuah “tahapan” yang diposisikan sesuai dengan kapasitasnya. Artinya, pembuatan dan pengesahan sebuah peraturan daerah tingkat provinsi, dan atau berbagai peraturan daerah tingkat kabupaten, tidak menjamin proses yang lebih sehat dalam pemanfaatan kekayaan alam. Acuan terbaik seharusnya [sic] adalah undang-undang dasar 1945 yang dengan tegas menyatakan kekayaan alam harus dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Namun keadaan yang baik itu (menjadikan pasal 33 uud 1945 sebagai acuan) tidak sedang diterapkan oleh pemerintah indonesia.
7          Molibdenum
7.1    Pengertian
molibdenum adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang mo dan nomor atom 42. Molibdenum tidak terdapat di alam, tapi diperoleh dari bijih molibdenit (mos2 dari molybdos yunani, yang berarti timah). Molibdenum juga terdapat dalam mineral wufenit dan powelit dengan kadar yang sedikit.
Molybdenum bersifat keras, seperti logam perak dengan titik leleh sangat tinggi. Molybdenum biasanya digunakan untuk menjadi campuran dengan logam lain. Campuran sendiri akan memiliki sifat berbeda dari unsur logam yang pertama, molybdenum biasanya sering dicampur dengan baja untuk meningkatkan kekuatan, ketangguhan, ketahanan terhadap keausan dan korosi, dan kemampuan untuk mengeraskan baja.


7.2 proses terbentuknya
Molibdenum juga didapat sebagai hasil samping operasi penambangan tembaga dan wolfram. Molibdenum diperoleh dari proses reduksi serbuk molibdi trioksida yang dimurnikan atau ammonium molibdate, dengan hidrogen.
7.3    Persebaran
Dunia:
Amerika serika canada, china chile, mexico, peru, rusia dan mongolia.

8.      Khrom
8.1 pengertian
        Khrom adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Cr dan nomor atom 24. Kromium merupakan logam tahan korosi (tahan karat) dan dapat dipoles menjadi mengkilat.


Dengan sifat ini, kromium (khrom) banyak digunakan sebagai pelapis pada ornamen-ornamen bengunan, komponen kendaraan, seperti knalpot pada sepeda motor, maupun sebagai pelapis perhiasan seperti emas, emas yang dilapisi oleh kromium ini lebih dikenal dengan sebutan emas putih. Perpaduan kromium dengan besi dan nikel menghasilkan baja tahan karat.
8.2 proses terbentuknya
             Di alam, terdapat mineral khrom yaitu kromit (FeCr2O4, ferrous chromic oxide) yang terbentuk pada lingkungan batuan beku. Asosiasi mineral dengan intan, spinel, tembaga, dan besi. Mineral lain adalah crocoite (PbCrO4, lead chromate), yang dikenal dengan “timbal merah” karena warna merah jingga yang indah pada kristalnya.
8.3    Persebaran
Dunia: Afrika bagian selatan, India, Kazakhtan, Turki.


9.      Wolfram
9.1 Pengertian
             Wolfram adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang W dan nomor atom 74. Nama unsur ini diambil dari bahasa latin wolframium dan sering juga disebut tungsten.
Logam transisi yang sangat keras dan berwarna kelabu sampai putih ini ditemukan pada mineral seperti wolframit dan schelit. Wolfram memiliki titik lebur yang lebih tinggi dibandingkan zat non-aloy lainnya. Bentuk murni wolfram digunakan terutama pada perangkat elektronik. Senyawa dan aloy-nya digunakan secara luas untuk banyak hal, yang paling dikenal adalah sebagai filamen bola lampu, tabung sinar-x, dan superaloy.
Dari semua logam dalam bentuk murni, wolfram memiliki titik lebur tertinggi (3422° C, 6192 ° F ), tekanan uap terendah (pada suhu di atas 1.650 ° C, 3000 ° F ) dan memiliki kekuatan regang tertinggi. Wolfram memiliki koefisien ekspansi termal terendah dari setiap logam murni. Ekspansi termal yang rendah dan titik lebur yang tinggi dan kekuatan dari wolfram adalah karena kuatnya ikatan kovalen yang terbentuk antara atom wolfram oleh orbital elektron 5d. Karena kekuatan ini, pemaduan jumlah kecil wolfram dengan baja sangat meningkatkan ketangguhan (Setiawan, 2000).
Gambar kristal wolfram

SUMBER WOLFRAM
Beberapa mineral sumber utama wolfram (W) antara lain :
·         Scheelite (CaWO4) dan wolframite [Fe(Mn)WO4]
·         Ferberite (FeWO4)
·         Hubnerite (MnWO4)
9.2  Proses terbentuknya
Wolfram diambil secara pemanasan langsung hingga meleleh dari campuran bijihnya dengan alkali kemudian diendapkan dalam air sebagai WO3 dengan penambahan asam. Reduksi dengan H2 pada ~ 850oC terhadap oksida ini akan menghasilkan serbuk logam abu-abu. Pengubahan serbuk logam baik Mo maupun W menjadi padatan massif dapat dilakukan dengan kompresi tinggi dengan gas H2.
9.3    Persebaran
Dunia: China, Kanada, dan Rusia.
10.    Vanadium
Vanadium adalah salah satu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang V dan nomor atom 23. Salah satu senyawa yang mengandung vanadium antara lain vanadium pentaoksida (V2O5).

11.    Zirkon

zirkon merupakan mineral terkenal yang membuat batu permata penting dari banyak warna. Kilau brilian dan api, dikombinasikan dengan kekerasan yang baik, membuat sebuah permata yang diinginkan. Zirkon Alam dengan warna yang baik dan transparansi jarang; kristal Zirkon kebanyakan buram dan kecoklatan. Namun, batu permata yang paling Zirkon, terutama bentuk-bentuk biru dan putih, yang ditingkatkan dengan perlakuan panas.
Zirkon sering mengandung jejak unsur radioaktif dalam struktur, yang menyebabkan hal itu terjadi metamict. Bentuk stabil dari Zirkon, disebut Cyrtolite, ditandai dengan bulat, hampir kristal berbentuk kubah yang kusam atau bersifat ter di kilau. Ketika dipanaskan, kristal-kristal Zirkon metamict menjadi stabil, dan kembali ke struktur kristal normal mereka. Zirkon radioaktif yang telah mengalami proses metamiction kadang-kadang disebut "Zirkon Rendah", dan Zirkon stabil dengan kisi kristal utuh "Zirkon Tinggi".
Cokelat gelap untuk warna hitam diamati pada kristal Zirkon kebanyakan disebabkan dari kotoran oksida besi. Warna hijau di kerikil bulat banyak biasanya menunjukkan berbagai Zirkon adalah radioaktif. Sebuah kebiasaan menarik sesekali dipamerkan dalam Zirkon dari beberapa lokasi adalah bahwa warna gelap dan menumpulkan mereka keharuman mereka setelah terpapar sinar matahari berkepanjangan. Efek ini dapat dibalik dengan memberikan batu perlakuan panas kedua.
Zirkon dengan daya tahan tinggi terhadap pelapukan dan abrasi biasanya membentuk konsentrasi bernilai ekono­mis di daerah-daerah pantai dan gosong pasir yang terletak berkilo-kilometer dari sumbernya.
Pada beberapa kasus, zirkon bersama mineral-mineral berat lain seperti turmalin, fluorit, rutil, dan anatase dapat terbentuk dalam batuan sedimen dolomi­tan melalui proses autogenik; sementara apabila berkaitan dengan kelompok spesifik batuan beku dapat berasosiasi dengan lingkungan pneumatolitik dan kadang-kadang dengan proses paragenesis.
Mineral zirkon dapat ditemukan sebagai butir-butir kristal berukuran kecil di dalam sebagian besar batuan beku dan beberapa batuan metamorf, tersebar dalam jumlah jarang melebihi 1% dari total massa batuan. Secara umum konsentrasi mineral zirkon terbentuk sebagai rombakan di dalam aluvium dan sering berasosiasi dengan mineral berat lain seperti ilmenit, monazit, rutil, dan xenotim.
Cebakan mineral alochton  dibentuk oleh kumpulan mineral berat melalui proses sedimentasi, secara alamiah terpisah karena gravitasi dan dibantu pergerakan media cair, padat dan gas/udara. Kerapatan konsentrasi mineral-mineral berat tersebut tergantung kepada tingkat kebebasannya dari sumber, berat jenis, ketahanan kimiawi hingga lamanya pelapukan dan mekanisma. Dengan nilai ekonomi yang dimilikinya para ahli geologi menyebut endapan alochton tersebut sebagai cebakan placer
Jenis cebakan ini telah terbentuk dalam semua waktu geologi, tetapi kebanyakan pada umur Tersier dan masa kini, sebagian besar merupakan cadangan berukuran kecil dan sering terkumpul dalam waktu singkat karena tererosi. Kebanyakan cebakan berkadar rendah tetapi dapat ditambang karena berupa partikel bebas, mudah dikerjakan dengan tanpa penghancuran; dimana pemisahannya dapat menggunakan alat semi-mobile dan relatif murah. Penambangannya biasanya dengan cara pengerukan, yang merupakan metoda penambangan termurah.
Placer adalah jenis spesifik aluvium yang dibentuk oleh proses sedimentasi selama periode waktu panjang dan mengandung konsentrasi pasir, kerikil, mineral-mineral logam dan batu-batu hias. Lingkungan placer dibedakan dari lingkungan sedimen lainnya karena sangat dipengaruhi oleh sumber batuan asal dan kondisi geomorfologi tempat pengendapannya, antara lain:
·           Batuan sebagai sumber geologi, yang menen­tukan diendapkannya jenis-jenis mineral di dalam placer.
·           Iklim dan kondisi kimiawi, merupakan ga­bungan penentu terjadinya tingkat dan bentuk mine­ral-mineral setelah dibebaskan dari sumbernya.
·           Kondisi geometris dan batas permukaan, yang mencerminkan kendala-kendala fisik pada saat transportasi dan pengendapan.
·           Unsur-unsur perubahan lingkungan, yang mengubah pola penyebaran mineral.
Sedimen pada lereng dan saluran di sekitar hulu sungai telah tersingkap oleh kekuatan subareal yang bersifat merusak hanya dalam waktu singkat, oleh karena itu terdiri atas tipe dan ukuran lanau dan koloida. Sementara endapan sedimen pantai biasanya telah mengalami perjalanan berjarak jauh dan melalui banyak daur pelapukan dan erosi, se­hingga partikel sedimen di dalamnya secara garis
Mengingat bahwa Pulau Kalimantan merupakan bagian dari paparan benua dan dianggap memiliki stabilitas wilayah untuk terbentuknya lingkungan pengendapan placer benua yang luas, maka perlu dipahami bagaimana proses keterjadian endapan tersebut. Berdasarkan keterkaitan placer dengan teknis eksplorasi dan penambangannya, Macdonald (1983) membagi lingkungan pengendapan placer atas: benua, transisi dan laut; dimana yang pertama terdiri atas sublingkungan eluvial, koluvial, fluvia­til, gurun, dan glacial

12.    Corundum
Corundum
Korundum yang terbaik dikenal untuk varietas permata nya, Ruby dan Sapphire. Ruby dan Sapphire secara ilmiah mineral yang sama tetapi hanya berbeda warna. Ruby adalah varietas merah, dan Sapphire adalah varietas yang meliputi semua warna lain, meskipun warna yang paling populer dan terhormat Sapphire biru. Sapphire juga hanya digunakan untuk menggambarkan berbagai permata, jika tidak maka hanya disebut Korundum.
Korundum adalah mineral yang sangat keras, tangguh, dan stabil. Untuk semua tujuan praktis, itu adalah mineral yang paling sulit setelah Diamond, sehingga mineral yang paling sulit kedua. Hal ini juga dipengaruhi oleh asam dan lingkungan yang paling. Korundum coklat tembus dan Emery adalah bentuk paling umum dari Korundum. Ini adalah bentuk cukup umum, dan karena kekerasan besar mereka dan prevalensi adalah abrasive paling menguntungkan. Istilah industri "ampelas" menggambarkan abrasive Korundum berasal dari berbagai Emery yang ditambang khusus untuk penggunaannya sebagai abrasif. Erosi dapat menyebabkan Emery runtuh dan membentuk pasir, yang dapat disebut "pasir hitam".
Korundum mudah disintesis, dan abrasive Korundum banyak yang sintetis. Permata sintetis juga mudah dibuat dengan menambahkan jejak warna tertentu memproduksi unsur-unsur untuk solusi Korundum, dan membiarkan larutan memadat menjadi sebuah Boule, atau sintetis, belum diproses "mineral" dengan bentuk tertentu. Proses ini disebut proses Verneuil.
Ruby dan batu permata Sapphire mungkin memiliki warna artifisial ditingkatkan atau diperdalam melalui perlakuan panas bila digunakan sebagai permata. Beberapa batu biru gelap dari daerah tertentu juga dapat dibuat warna biru cerah yang diinginkan.

C.            Dampak Kegiatan Eksploitasi
Pada lahan kering terutama pada daerah yang berlereng dampak negatif yang timbul karena kegiatan eksploitasi penambangan batubara dan timah terhadap tanah meliputi dampak terhadap parameter sifat fisik kimia tanah dan dampak terhadap parameter erosi tanah. Sedangkan penambangan batubara dan timah pada lahan basah dan datar seperti pada daerah gambut (misal lapangan Zambrut – Caltex/Cevron di Riau) adalah keamblesan tanah atau subsidence.
Sifat Kimia Fisik Tanah
Perubahan walaupun tidak mencolok atau nyata karena kegiatan pada tahap konstruksi pemasangan pipa adalah perubahan terhadap beberapa parameter tanah yang penting yaitu tesktur, kemantapan agregat, bahan organik, dan kapasitas tukar kation (KTK) tanah terutama pada tanah di daerah berlereng. Perubahan beberapa parameter tanah sebelum dan sesudah pemasangan pipa dapat dilihat sifat kimia fisika tanah.
permukaan (top soil) semula dengan sifat kimia fisika tanah lapisan bawah (sub soil) yang akan tersingkap saat dan setelah konstruksi pemasangan pipa (Tabel 1). Parameter-parameter lainnya dapat dikatakan tidak mengalami perubahan yang jelas.




Tabel 1. Perbandingan Sifat Kimia Fisika Tanah antara Tanah Permukaan (Top Soil)
             dan Tanah Lapisan Bawah (Sub Soil).
Sifat Tanah
Top Soil
Sub Soil
Perbedaan
Tekstur
Lempung liat berdebu
Lempung (berbatu)
muncul kerikil-batu
Kemantapan Agregat
stabil
kurang stabil
mudah longsor
C-organik (%)
1.48
1.25
0.23
KTK (meq/100q)
30.15
27.42
2.73
Sumber: Laporan Penyusunan AMDAL Lapangan Senoro, Luwak-Banggai, Sulawesi Tengah (JOB Pertamina-MEDCO E&P, 2006 dalam Murtilaksono &Iskandar, 2008)
Kegiatan pemasangan pipa gas misalnya di lapangan Senoro, Luwuk – Banggai Sulawesi Tengah yang akan dilakukan oleh JOB Pertamina MEDCO pada tahap konstruksi yaitu kegiatan penyiapan lahan, pembangunan jalan ROW dan pemasangan pipa akan menimbulkan dampak negatif walaupun tidak penting terhadap komponen sifat fisik kimia tanah ditinjau dari beberapa ukuran dampak menurut Keputusan Kepala Bapedal Nomor 056 Tahun 1994, berdasarkan ukuran lama dampak berlangsung, intensitas dampak, banyaknya komponen lingkungan lain yang terkena dampak, sifat kumulatif dampak, dan berbalik tidaknya dampak. Demikian pula menurut ukuran jumlah manusia yang terkena dampak, dan luas wilayah persebaran dampak, kegiatan pada tahap konstruksi tidak menyebabkan dampak penting terhadap sifat kimia fisik tanah.
            Erosi Tanah
Kegiatan pada tahap konstruksi menyebabkan dampak negatif penting terhadap erosi tanah ditinjau dari tolok ukur lama dampak berlangsung, intensitas dampak, banyaknya komponen lingkungan lain yang terkena dampak, sifat kumulatif dampak, dan berbalik tidaknya dampak. Sedangkan menurut ukuran jumlah manusia yang terkena dampak, dan luas wilayah persebaran dampak, kegiatan pada tahap konstruksi tidak menyebabkan dampak penting terhadap erosi tanah.
Kegiatan penambangan akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan sekitarnya adalah kegiatan penggalian atau pengerukan atau penambangan, pengangkutan dan reklamasi lahan bekas penambangan adalah sebagai berikut:
  1. Pengerukan atau penambangan, akibat pengerukan atau penambangan adalah terbentuknya cekungan-cekungan bekas penambangan. Dengan cara menerapkan tata cara penambangan yang baik dan benar serta mempertimbangkan aspek lingkungan tidak akan menimbulkan dampak negatif.
  2. Kualitas udara, dampak terhadap kualitas udara adalah peningkatan konsentrasi debu (partikulat) akibat aktivitas pengerukan atau penambangan dan pengangkutan, terutama berlangsung pada musim kemarau. Kuantitatif dampak relative kecil, hanya di sekitar Lokasi penggalian dan jalur transportasi yang dilalui dan berlangsung hanya untuk sementara waktu selama oprasi.
  3. Kualitas air, dampak terhadap kualitas air adalah perubahan sifat fisik, kimia serta biologi perairan.
  4. Perubahan tata guna lahan, dampak bersifat lokal dalam skala kecil dan bersifat sementara.
  5. Kebisingan, ditimbulkan oleh suara mesin alat berat (backhoe and truck hercules) yang menunjang aktifitas pengerukan/penambangan.
  6. Pengangkutan, beberapa komponen lingkungan yang diperkirakan akan terkena dampak dari kegiatan ini adalah ketenagakerjaan dan pendapatan. Kegiatan ini berdampak positif bagi penduduk di sekitar Lokasi kegiatan, kerena dapat membuka kesempatan kerja, memacu pertumbuhan sekitar sektor ekonomi masyarakat.
EKOSISTEM
Pengendalian kerusakan hutan sangat perlu dilakukan mengingat hutan merupakan sumber daya alam yang mempunyai berbagai fungsi, baik ekologi, ekonomi, sosial maupun budaya yang diperlukan untuk menunjang kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Pengendalian kerusakan hutan ini dapat dilakukan melalui kegiatan perlindungan hutan, yaitu upaya untuk menjaga hutan dari faktor-faktor yang dapat menimbulkan kerusakan pohon atau tegakan pohon dalam hutan agar fungsinya sebagai fungsi lindung, konservasi atau produksi tercapai secara optimum dan lestari sesuai dengan peruntukannya. Kegiatan perlindungan hutan merupakan bagian dari kegiatan pengelolaan hutan yang mempunyai prinsip :
  1. Mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, bencana alam, hama serta penyakit.
  2. Mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi, serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan.
Mengingat begitu pentingnya fungsi hutan bagi kemakmuran rakyat dan melihat kondisi hutan yang saat ini sangat memprihatinkan maka tulisan ini membahas faktor-faktor yang bisa menyebabkan gangguan terhadap hutan dan interaksi/hubungan sebab-akibat gangguan hutan beserta contoh-contohnya. Dengan mengetahui faktor-faktor pengganggu dan interaksinya diharapkan kita bisa menentukan tindakan perlindungan hutan yang tepat dalam rangka menjaga hutan agar fungsinya tercapai secara optimum dan lestari sesuai dengan peruntukan hutannya.
Sistem penambangan terbuka umumnya dilakukan pada eksploitasi batubara dan timah. Sistem ini apabila tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan terganggunya lingkungan dan sumberdaya alam, sebagai contoh: lahan kritis/kekeringan, tanah miskin hara, rentan erosi dan kehilangan biodiversitas. Menurut Fakuara (1989) dalam Riyanto (2009), lahan/tanah setelah kegiatan penambangan terbuka umumnya rusak berat. Secara fisik, lahan menjadi berbatu, kehilangan penutup tanah yang membuat sinar matahari langsung terserap tanah dan menyebabkan peningkatan suhu tanah. Secara kimia permukaan tanah tercampur bahan-bahan seperti Sulfur, Alumunium, Mangan yang beracun bagi tanaman dan kehidupan jasad renik. Secara biologis, beberapa sistim makro dan mikrobiologi yang ada di permukaan tanah sebelum penambangan sekarang terkubur beberapa meter di bawah bahan galian. Kondisi tanah bekas penambangan batubara seperti di atas menyebabkan tumbuh-tumbuhan tidak dapat tumbuh dengan baik. Jika keadaan ini dibiarkan, luasan lahan kritis akan terus bertambah. Untuk itu, perlu dicarikan strategi dan teknologi yang tepat untuk pemulihan kualitas tanah atau reklamasi lahan bekas penambangan batubara tersebut.
D.  UPAYA PENGELOLAAN
Kebijakan pengelolaan lingkungan di Indonesia sesungguhnya tidak lepas dari adanya kekhawatiran akan terjadinya deforestasi, rusaknya ekosistem, tercemarnya lingkungan serta rusaknya lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas manusia lewat kegiatan-kegiatan seperti legal dan illegal loging, legal maupun illegal minning. Kegiatan legal minning yang dilakukan eleh perusahaanperusahaan besar seperti PT.Timah harus mematuhi berbagai bentuk kebijakan yang terkait dengan upaya mereka deforestasi yang salah satunya melalui areal reklamasi areal bekas tambang.
Upaya pengelolaan lingkungan memang tidak bisa lepas dari pentingnya mengadopsi berbagai pendekatan dalam manajemen lingkungan sebagai bentuk keseluruhan penerapan fungsi manajemen dalam memelihara lingkungan. Diketahui bahwa pelaksanaan reklamasi di areal bekas tambang sudah dilakukan, tetapi keberhasilannya masih jauh yang diharapkan sehingga belum memberikan hasil yang optimal dalam upaya memulihkan fungsi lahan sesuai dengan peruntukkannya. Kondisi ini juga diakibatkan oleh masih lemahnya peran kontrol atau pengawasan dari Distamben Provinsi Bangka Belitung. Sementara itu, kendala yang menghambat keberhasilan reklamasi ini disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya belum adanya pengaturan manajemen yang terpadu, gangguan keamanan pada areal yang di reklamasi, pembinaan dan pengawasan yang kurang dan lain-lain. Untuk itu segera ditetapkan mekanisme kontrol pada pelaksanaan reklamasi yang bersifat terpadu. Disamping itu, pemerintah harus lebih tegas dalam menerapkan sanksi terhadap perusahaan pertambangan yang melanggar kewajiban melakukan reklamasi. Sehingga PT.Timah harus menggunakan penambangan teknologi zero minning yakni penambangan sampai habis dan juga perlu didorong kegiatan ekonomi ramah lingkungan yang memberikan peningkatan ekonomi dengan memanfaatkan kolong bekas tambang yakni revitalisasi usaha perkebunan unggulan seperti lada, karet, dan buah-buahan.
Konservasi Tanah dan Air
Menurut Arsyad (2006) dalam Murtilaksono &Iskandar (2008) pendekatan dalam konservasi tanah meliputi (1) menutup tanah dengan tumbuhan dan tanaman atau sisa-sisa tumbuhan agar terlindung dari daya perusak butir-butir hujan yang jatuh, (2) memperbaiki dan menjaga keadaan tanah agar resisten terhadap daya penghancuran agregat oleh tumbukan butir-butir hujan dan pengangkutan oleh aliran permukaan, dan lebih besar dayanya untuk menyerap air aliran permukaan, dan (3) mengatur aliran permukaan agar mengalir dengan kecepatan yang tidak merusak dan memperbesar jumlah air terinfiltrasi ke dalam tanah.
Selanjutnya secara prinsip, metoda konservasi tanah dan air dikelompokkan ke dalam tiga metoda utama yaitu (1) vegetatif, (2) mekanik, dan (3) kimia. Metoda vegetatif meliputi penanaman dalam strip, penggunaan sisa-sisa tanaman/tumbuhan, geotekstil, strip penyangga riparian, tanaman penutup tanah, pergiliran tanaman, dan agroforestry. Metoda mekanik atau sipil teknis terdiri dari pengolahan tanah (menurut kontur), gulugan dan guludan bersaluran menurut kontur, parit pengelak, teras, dam penghambat, waduk atau balong, rorak, tanggul, perbaikan drainase, dan irigasi. Sedangkan metoda kimia adalah penggunaan preparat atau bahan kimia baik senyawa sintetik maupun berupa bahan alami yang telah diolah, dalm jumlah yang relatif sedikit, untuk meningkatkan stabilitas agregat dan mencegah erosi.






DAFTAR PUSTAKA

Finie Amma Suandiny 7:13:00 AM. Diakses pada tanggal 8 maret 2015
Afan Mining11.07. Diakses pada tanggal 8 maret 2015
http://bumileluhur.blogspot.com/2010/11/geologi-sejarah-pembentukan-besi.html. Wawan Hakim10.30.  Diakses pada tanggal 8 maret 2015
http://infotambang.com/bauksit-p577-151.htm. Diakses pada tanggal 8 maret 2015
Ne.u Wijayanto 09:51 . Diakses pada tanggal 8 maret 2015















LAMPIRAN








Tidak ada komentar:

Posting Komentar