TAMBANG GALIAN GOLONGAN B
A.
Pengantar
Bahan
galian golongan b, yaitu bahan galian vital, adalah bahan galian yang dapat
menjamin hajat hidup orang banyak.
Di
indonesia, penggolongan bahan galian dapat dilihat dalam undang-undang no 11
tahun 1967 tentang ketentuan-ketentuan pokok pertambangan. Dalam uu mengatakan tambang golongan b (bahan galian
vital).
Bahan galian
golongan ini bernilai vital untuk kesejahteraan
masyarakat, bahan galian golongan ini bersifat logam, dan
intinya dapat berguna untuk ketahanan negara, dll. Adapun yang termasuk bahan
galian golongan b, yaitu:
A. Besi,
mangan, molybdenum, khrom, wolfram, vanadium, titanium;
B. Bauksit,
tembaga, timbal, seng;
C. Emas,
platina, perak, air raksa, intan;
D. Arsen,
antimon, bismut;
E. Yitrium,
rhutenium, cerium, dan logam-logam langka lainnya;
F. Berillium,
korundum, zircon, kristal kwarsa;
G. Kriolit,
fluorspar, barit;
H. Yodium,
brom, khlor, belerang
Proses terbentuknya hasil tambang
berdasarkan cara terbentuknya;
A.
Bahan galian hasil pengayaan sekunder,
yaitu bahan galian yang terkonsentrasi karena proses pelarutan pada batuan
hasil pelapukan.
B.
Bahan galian hasil pengendapan,
yaitu bahan galian yang terkonsentrasi karena pengendapan di dasar sungai atau
genangan air yang terjadi melalui proses pelapukan.
C.
Bahan galian magmatik, adalah bahan galian yang
terjadi dari magma yang terdapat di dalam bumi.
D.
Bahan galian pegmatik, adalah
bahan galian yang terbentuk di dalam diaterma dan dalam bentuk intrusi.
Contohnya adalah timah putih di bangka belitung.
E.
Bahan galian hidrotermal, adalah
bahan galian yang terbentuk melalui resapan magma cair yang membeku terakhir di
celah-celah struktur lapisan bumi. Contohnya bijih perak dan emas yang terdapat
dekat dengan permukaan bumi, terjadi karena terbawa oleh magma cair melalui
celah-celah dan setelah cairannya menguap, ia tinggal di dalam gang.
F.
Bahan galian metamorphosis kontak, adalah bahan galian berupa
batuan sekitar magma, yang karena bersentuhan dengan magma berubah menjadi
mineral yang memiliki nilai ekonomi.
Berdasarkan
asal-usul terjadinya
a.
Mineral organik
Mineral
organik adalah mineral yang terbentuk dari sisa-sisa organisme yang telah mati
karena terpengaruh oleh proses fisika, kimia, dan mekanik yang akhirnya menjadi
bahan tambang. Contohnya minyak bumi dan batubara.
b.
Mineral anorganik
Mineral
anorganik adalah mineral yang terbentuk dari berbagai proses mineralisasi
senyama anorganik dan proses kimia fisika dalam magma. Contohnya emas, perak,
timah, besi, seng, dan nikel.
B. Jenis-jenis
tambang golongan b dan penjelasannya
1. Belerang
1.1 Pengertian
Di
alam, belerang dapat ditemukan baik sebagai unsur dalam bentuk kristal belerang
atau dalam bentuk lumpur dengan kadar s mencapai 40-60%. Dapat juga ditemui
belerang dengan bentuk persenyawaan dengan logam lain seperti galena, spalerit,
pyrite, dan lain-lain.
1.2 Proses
terbentuknya belerang.
Belerang (sulfur)
dialam biasanya di temukan dalam bentuk kristal belerang dan dapat juga dalam
bentuk persenyawaan dengan logam lain (golongan sulfida dan garam sulfo)
seperti galena, spalerit dan pirit. Pada umumnya, endapan belerang mempunyai
hubungan erat dengan kegiatan gunung berapi.
Beberapa
pendapat mengenai genesa belerang :
a.
Belerang berasal dari h2s
yang merupakan hasil reduksi caso4 oleh karbon dan methan.
Terbentuknya h2s dapat melalui dua cara, yaitu oksidasi oleh air
tanah dan reaksi antara h2s dengan caso4.
b.
Belerang dibentuk oleh
bakteri de sulpho vibrio de
sulfuricans. Prosesnya, sulfat oleh bakteri diubah menjadi sulfite.
Selanjutnya sulfit diubah menjadi belerang.
c.
Belerang terdapat pada
gypsum yang diendapkan langsung dari poly
sulfite.
d.
Cebakan belerang
ditemukan sebagai hasil sublimasi solfatara atau fumarola yang merupakan hasil
dari aktivitas gunung berapi.
Gunung
berapi, maka selama gunung berapi aktif, belerang tipe ini dapat diproduksi.
Dengan demikian sumber daya belerang sublimasi dapat dianggap tidak terbatas.
1.3 kegunaan belerang
Belerang banyak
digunakan di industri pupuk, kertas, cat, plastik, bahan sintetis, pengolahan
minyak bumi, industri karet dan ban, industri gula pasir, accu, industri kimia,
bahan peledak, pertenunan, film dan fotografi, industri logam dan besi baja.
1.4
persebaran:
Potensi
dan penyebaran endapan belerang indonesia saat ini baru diketahui di enam
propinsi, dengan total cadangan sekitar 5,4 juta. Endapan belerang di indonesia
dapat ditemukan dibeberapa propinsi antara lain : sumatera utara, lampung, jawa
barat, jawa tengah, jawa timur, sulawesi utara, maluku.
Belerang
terdapat di kawasan gunung talaga bodas (garut) dan di kawah gunung berapi,
seperti di dieng (jawa tengah).
2. Besi
2.1 pengertian
Bijih besi adalah batuan yang mengandung mineral-mineral
besi dan sejumlah mineral gangue seperti silika, alumina, magnesia, dan
lain-lain.
2.2 Proses
terbentuknya
Proses terjadinya
cebakan bahan galian bijih besi berhubungan erat dengan adanya peristiwa
tektonik pra-mineralisasi. Akibat peristiwa tektonik, terbentuklah struktur
sesar, struktur sesar ini merupakan zona lemah yang memungkinkan terjadinya
magmatisme, yaitu intrusi magma menerobos batuan tua, dicirikan dengan
penerobosan batuan granitan (kgr) terhadap formasi barisan (pb,pbl). Akibat
adanya kontak magmatik ini, terjadilah proses rekristalisasi, alterasi,
mineralisasi, dan penggantian (replacement) pada bagian kontak magma dengan
batuan yang diterobosnya.
Perubahan ini
disebabkan karena adanya panas dan bahan cair (fluida) yang berasal dari
aktivitas magma tersebut. Proses penerobosan magma pada zona lemah ini hingga
membeku umumnya disertai dengan kontak metamorfosa. Kontak metamorfosa juga
melibatkan batuan samping sehingga menimbulkan bahan cair (fluida) seperti
cairan magmatik dan metamorfik yang banyak mengandung bijih.
2.3 persebaran
1. Di
dunia
Indonesia, cina,
australia,brazil, india, rusia, ukrania, amerika serikat, afrika selatan, iran,
kanada, swedia, venezuela, kazaztan, mauritania.
2. Di
indonesia
Beberapa bijih besi antara lain sebagai
berikut:
Bijih besi lateritik
terdapat di kalimantan selatan, sulawesi selatan, sulawesi tengah, dan sulawesi
tenggara.
Bijih besi
magnetic-hematit, terdapat di kalimantan tengah.
Biji besi titan,
terdapat di pantai cilacap, pantai pelabuhan ratu, lampung, sumatera selatan,
jambi, sumatera barat, sumatra utara, dan aceh. Pabrik peleburan besi baja
indonesia terdapat di celogon.
3 Bauksit
3.1 pengertian
Pertama
kali ditemukan pada tahun 1821 oleh geolog bernama pierre berthier pemberian
nama sama dengan nama desa tempat dimana bauksit pertamakali ditemukan, les
baux di bagian selatan perancis.
3.2
proses pembentukan bauksit
Batuan
tersebut (misalnya sienit dan nefelin) berasal dari batuan beku, batu lempung,
lempung dan serpih. Batuan-batuan tersebut akan mengalami proses lateritisasi
kemudian proses dehidrasi akan mengeras menjadi bauksit.
Kondisi – kondisi utama yang memungkinkan terjadinya
endapan bauksit secara optimum adalah ;
1. Adanya batuan yang mudah larut dan menghasilkan batuan
sisa yang kaya alumunium
2. Adanya vegetasi dan bakteri yang mempercepat proses
pelapukan
3. Porositas batuan yang tinggi, sehingga sirkulasi air
berjalan dengan mudah
4. Adanya pergantian musim (cuaca) hujan dan kemarau
(kering)
5. Adanya bahan yang tepat untuk pelarutan
6. relief (bentuk
permukaan) yang relatif rata, yang mana memungkinkan terjadinya pergerakan air
dengan tingkat erosi minimum
7. Waktu yang cukup untuk terjadinya proses pelapukan
Bauksit
dapat ditemukan dalam lapisan mendatar dan tidak terlalu dalam. Biasanya banyak
terdapat di hutan biomas, oleh karena itu penambangannya biasanya merusak
hutan.
·
Penambangan bauksit dilakukan dengan
penambangan terbuka diawali dengan land clearing dan kemudian diikuti dengan
pengupasan tanah penutup. Lapisan bijih bauksit kemudian digali dengan shovel
loader yang sekaligus memuat bijih bauksit tersebut
kedalam dump truck untuk diangkut ke instalansi pencucian.
·
·
Bijih bauksit tersebut kemudian
dicuci dan dipisahkan dari unsur lain yang tidak diinginkan. Pencucian dapat
dilakukan dengan semprotan air berkekuatan tinggi (water jet) diikuti
penyaringan (screening). Disamping itu dapat sekaligus dilakukan proses
pemecahan (size reduction) dengan menggunakan jaw crusher.
Cara-cara pencucian:
a. Cara asam (h2so4)
Hanya
dilakukan untuk pembuatan al2(so4)3 untuk proses pengolahan air minum dan
pabrik kertas.
- Reaksi dapat
dipercepat dengan menaikkan temperatur sampai 180 c (autoclaving)
- Kalsinasicocok
untuk lowgrade al2o3 tetapi high sio2 yang tidak cocok dikerjakan dengan
cara basa.
- Hasil
basic-al-sulfat dikalsinansi menjadi al2o3, kelemahan cara ini adalah
fe2o3ikut larut.
b. Cara basa (naoh), proses bayers (th 1888)
The bayer
proses adalah suatu cara untuk memurnikan bauksit untuk memperoleh alumina
(aluminium oxide). Persamaan kimianya:
Al2o3 + 2
naoh + 3 h2o → 2 naal(oh)4
Ada 2 macam
produk alumina yang bisa dihasilkan yaitu smelter grade alumina (sga) dan
chemical grade alumina (cga). 90% pengolahan bijih bauksit di dunia ini
dilakukan untuk menghasilkan smelter grade alumina yang bisa dilanjutkan untuk
menghasilkan al murni. Berikut block diagram pengolahan bauksit melalui proses
sga:
Untuk
bauksit yang mempunyai kadar silika lebih dari 10%, proses ini menjadi kurang
dimungkinkan dikarenakan sodium alumunium silika yang terbentuk. Alternatif nya
adalah proses "hall–héroult".
c. Cara sintering dengan na2co3 (deville-pechiney)
sintering
dilakukan dalam rotary kiln 1000 c selama 2-4 jam, cocok untuk bijih dengan high fe2o3 dan sio2.
Reaksi-reaksi:
al2o3 +
na2co3 = naalo2 + co2(g)
fe2o3 +
na2co3 = na2o∙fe2o3 + co2(g)
tio2 +
na2co3 = na2o∙tio2 + co2(g)
sio2 +
na2co3 = na2o∙sio2 + co2(g)
d. Dengan
proses elektolisa/ electrolysis
Bahan
utamanya adalah bauksit yang mengandung aluminium oksida. Pada katoda terjadi
reaksi reduksi, ion aluminium (yang terikat dalam aluminium oksida) menerima
electron menjadi atom aluminium,
4 al(3+) +
12 e(1-) ————–> 4 al
Pada anoda
terjadi reaksi oksidasi, dimana ion-ion oksida melepaskan elektron menghasilkan
gas oksigen.
6 o(2-)
——————> 3 o2 + 12 e(1-)
Logam
aluminium terdeposit di keping katoda dan keluar melalui saluran yang telah
disediakan.
3.3 persebaran:
Di indonesia bauksit diketemukan di pulau bintan dan sekitarnya, pulau
bangka dan kalimantan barat. Sampai saat ini penambangan bauksit di pulau
bintan satu-satunya yang terbesar di indonesia. Beberapa tempat antara lain:
- Sumatera
utara : kota pinang
(kandungan al2o3 = 15,05 – 58,10%).
- Riau :
p.bulan, p.bintan (kandungan sio2 = 4,9%, fe2o3 = 10,2%, tio2 = 0,8%,
al2o3 = 54,4%), p.lobang (kepulauan riau), p.kijang (kandungan sio2 = 2,5%,
fe2o3 = 2,5%, tio2 = 0,25%, al2o3 = 61,5%, h2o = 33%),merupakan akhir
pelapukan lateritic setempat, selain ditempat tersebut terdapat juga
diwilayah lain yaitu, galang, wacokek, tanah merah,dan daerah searang.
- Kalimantan
barat : tayan menukung, sandai, pantus,
balai berkuah, kendawangan dan munggu besar.
- Bangka belitung :
sigembir.
4 Emas
4.1 pengertian
Emas
merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya berkisar
antara 2,5 – 3 (skala mohs), serta berat jenisnya tergantung pada jenis dan
kandungan logam lain yang berpadu dengannya. Mineral pembawa emas biasanya
berasosiasi dengan mineral ikutan (gangue minerals). Mineral ikutan tersebut
umumnya kuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, dan sejumlah kecil mineral non
logam. Mineral pembawa emas juga berasosiasi dengan endapan sulfida yang telah
teroksidasi. Mineral pembawa emas terdiri dari emas nativ, elektrum, emas
telurida, sejumlah paduan dan senyawa emas dengan unsur-unsur belerang,
antimon, dan selenium. Elektrum sebenarnya jenis lain dari emas nativ, hanya
kandungan perak di dalamnya >20%.
4.2 proses terbentuknya emas
* endapan primer
* endapan plaser.
Cara
memisahkannya emas murni dari pertambangan (ekstraksi), jenisnya ada dua:
1.
Amalgamasi
Amalgamasi adalah proses
penyelaputan partikel emas oleh air raksa dan membentuk amalgam (au – hg).
Amalgam masih merupakan proses ekstraksi emas yang paling sederhana dan murah,
akan tetapi proses efektif untuk bijih emas yang berkadar tinggi dan mempunyai
ukuran butir kasar (> 74 mikron) dan dalam membentuk emas murni yang bebas
(free native gold).
Proses amalgamasi merupakan proses
kimia fisika, apabila amalgamnya dipanaskan, maka akan terurai menjadi
elemen-elemen yaitu air raksa dan bullion emas. Amalgam dapat terurai dengan
pemanasan di dalam sebuah retort, air raksanya akan menguap dan dapat diperoleh
kembali dari kondensasi uap air raksa tersebut. Sementara au-ag tetap
tertinggal di dalam retort sebagai logam
2.
Sianidasi
Proses sianidasi terdiri dari dua
tahap penting, yaitu proses pelarutan dan proses pemisahan emas dari
larutannya. Pelarut yang biasa digunakan dalam proses cyanidasi adalah nacn,
kcn, ca(cn)2, atau campuran ketiganya. Pelarut yang paling sering digunakan adalah
nacn, karena mampu melarutkan emas lebih baik dari pelarut lainnya. Secara umum
reaksi pelarutan au dan ag adalah sebagai berikut:
4au + 8cn- + o2 + 2 h2o = 4au(cn)2- + 4oh-
4ag + 8cn- + o2 + 2 h2o = 4ag(cn)2- + 4oh-
Pada tahap kedua yakni pemisahan logam
emas dari larutannya dilakukan dengan pengendapan dengan menggunakan serbuk zn
(zinc precipitation). Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
2 zn + 2 naau(cn)2 + 4 nacn +2 h2o =
2 au + 2 naoh + 2 na2zn(cn)4 + h2
2 zn + 2 naag(cn)2 + 4 nacn +2 h2o = 2 ag + 2 naoh + 2
na2zn(cn)4 + h2
Penggunaan serbuk zn merupakan salah
satu cara yang efektif untuk larutan yang mengandung konsentrasi emas kecil.
Serbuk zn yang ditambahkan kedalam larutan akan mengendapkan logam emas dan
perak. Prinsip pengendapan ini mendasarkan deret clenel, yang disusun
berdasarkan perbedaan urutan aktivitas elektro kimia dari logam-logam dalam
larutan cyanide, yaitu mg, al, zn, cu, au, ag, hg, pb, fe, pt. Setiap logam
yang berada disebelah kiri dari ikatan kompleks sianidanya dapat mengendapkan
logam yang digantikannya. Jadi sebenarnya tidak hanya zn yang dapat mendesak au
dan ag, tetapi cu maupun al dapat juga dipakai, tetapi karena harganya lebih
mahal maka lebih baik menggunakan zn. Proses pengambilan emas-perak dari
larutan kaya dengan menggunakan serbuk zn ini disebut “proses merill crowe”.
Dibawah ini adalah teknik pengolahan
emas dengan berbagai cara ;
a.
Cara sianida
Cara kerja
1. Bahan berupa
batuan dihaluskan dengan menggunakan alat grinding sehingga
menjadi tepung (mesh + 200).
menjadi tepung (mesh + 200).
2. Bahan di
masukkan ke dalam tangki bahan, kemudian tambahkan h2o (2/3 dari
bahan).
bahan).
3. Tambahkan
tohor (kapur) hingga ph mencapai 10,2 – 10,5 dan kemudian
tambahkan nitrate (pbno3) 0,05 %.
tambahkan nitrate (pbno3) 0,05 %.
4. Tambahkan
sianid 0.3 % sambil di aduk hingga (t = 48/72h) sambil di jaga ph
larutan (10 – 11) dengan (t = 85 derajat).
larutan (10 – 11) dengan (t = 85 derajat).
5. Kemudian
saring, lalu filtrat di tambahkan karbon (4/1 bagian) dan di aduk hingga (t=
48h), kemudian di saring.
6. Karbon
dikeringkan lalu di bakar, hingga menjadi bullion atau gunakan. (metode 1)
7. Metode merill
crow (dengan penambahan zink anode / zink dass), saring lalu
dimurnikan / dibakar hingga menjadi bullion. (metode 2)
dimurnikan / dibakar hingga menjadi bullion. (metode 2)
8. Karbon di
hilangkan dari kandungan lain dengan asam (3 / 5 %), selama (t =30/45m),
kemudian di bilas dengan h2o selama (t = 2j) pada (t = 80 – 90 derajat).
9. Lakukan
proses pretreatment dengan menggunakan larutan sianid 3 % dan soda
(naoh) 3 % selama (t =15 – 20m) pada (t = 90 – 100o).
(naoh) 3 % selama (t =15 – 20m) pada (t = 90 – 100o).
10. Lakukan
proses recycle elution dengan menggunakan larutan sianid 3 % dan soda
3 % selama (t = 2.5 j) pada (t = 110 – 120 derajat).
3 % selama (t = 2.5 j) pada (t = 110 – 120 derajat).
11. Lakukan
proses water elution dengan menggunakan larutan h2o pada (t = 110 –
120o) selama (t = 1.45j).
120o) selama (t = 1.45j).
12. Lakukan
proses cooling.
13. Saring
kemudian lakukan proses elektrowining dengan (v = 3) dan (a = 50) selama
(t = 3.5j). (metode 3)
(t = 3.5j). (metode 3)
Proses
pemurnian (dari bullion) dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu:
1.
Metode cepat
Secara
hidrometallurgy yaitu dengan dilarutkan dalam larutan hno3 kemudian tambahkan
garam dapur untuk mengendapkan perak sedangkan emasnya tidak larut dalam
larutan hno3 selanjutnya saring aja dan dibakar.
2.
Metode lambat
Secara hidrometallurgy plus
electrometallurgy yaitu dengan menggunakan larutan h2so4 dan masukkan plat
tembaga dalam larutan kemudian masukkan bullion ke dalam larutan tersebut, maka
akan terjadi proses hidrolisis dimana perak akan larut dan menempel pada plat
tembaga (menempel tidak begitu keras/mudah lepas) sedangkan emasnya tidak larut
(tertinggal di dasar), lalu tinggal bakar aja masingmasing, jadi deh logam
murni.
b.
Proses pengolahan emas dengan sistem
perendaman
Bahan ore/
bijih emas yang sudah dihaluskan dengan mesh + 200 = 30 ton
formula kimia
formula kimia
1. Nacn = 40 kg
2. H2o2 = 5 liter
3. Kostik soda/ soda api = 5 kg
4. Ag no3 =100 gram
5. Epox cl = 1 liter
6. Lead acetate = 0.25 liter (cair)/
1 ons (serbuk)
7. Zinc dass/ zinc koil = 15 kg
8. H2o (air) = 20.000 liter
proses perendaman
• perlakuan di bak i (bak kimia)
1) Nacn
dilarutkan dalam h2o (air) ukur pada ph 7
2) Tambahkan
costik soda (+ 3 kg) untuk mendapatkan ph 11-12
3) Tambahkan
h2o2, ag no3, epox cl diaduk hingga larut, dijaga pada ph 11-12
• perlakuan di bak ii (bak lumpur)
1) Ore/ bijih
emas yang sudah dihaluskan dengan mesh + 200 = 30 ton dimasukkan ke dalam bak
2) Larutan
kimia dari bak i disedot dengan pompa dan ditumpahkan/ dimasukkan ke bak ii
untuk merendam lumpur ore selama 48 jam
3) Setelah itu,
air/ larutan diturunkan seluruhnya ke bak i dan diamkan selama 24 jam, dijaga
pada ph 11-12. Apabila ph kurang untuk menaikkannya ditambah costic soda
secukupnya
4) Dipompa lagi
ke bak ii, diamkan selama 2 jam lalu disirkulasi ke bak i dengan melalui bak
penyadapan/ penangkapan yang diisi dengan zinc dass/ zinc koil untuk mengikat/
menangkap logam au dan ag (emas dan perak) dari larutan air kaya
5) Lakukan
sirkulasi larutan/ air kaya sampai zinc dass/ zinc koil hancur seperti pasir
selama 5 – 10 hari
6) Zinc dass/
zinc koil yang sudah hancur kemudian diangkat dan dimasukkan ke dalam wadah
untuk diperas dengan kain famatex
7) Untuk
membersihkan hasil filtrasi dari zinc dass atau kotoran lain gunakan 200 ml
h2so4 dan 3 liter air panas
8) Setelah itu
bakar filtrasi untuk mendapatkan bullion
4.3 kegunaan emas
Emas
digunakan sebagai standar keuangan di banyak negara dan juga digunakan sebagai
perhiasan, dan elektronik. Penggunaan emas dalam bidang moneter dan keuangan
berdasarkan nilai moneter absolut dari emas itu sendiri terhadap berbagai mata
uang di seluruh dunia, meskipun secara resmi di bursa komoditas dunia, harga
emas dicantumkan dalam mata uang dolar amerika. Bentuk penggunaan emas dalam
bidang moneter lazimnya berupa bulion atau batangan emas dalam berbagai satuan
berat gram sampai kilogram.
5
Arsen
5.2
Pengertian
Arsen,
arsenik, atau arsenikum adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
simbol as dan nomor atom 33. Ini adalah bahan metaloid yang terkenal beracun
dan memiliki tiga bentuk alotropik; kuning, hitam, dan abu-abu. Arsenik dan
senyawa arsenik digunakan sebagai pestisida, herbisida, insektisida, dan dalam
berbagai aloy. Arsen termasuk senyawa logam berat yang berwarna keabu-abuan,
rapuh, berkilau, serta berbau bawang putih. Sejumlah senyawa arsen yang sering
berhubungan dengan suatu kasus keracunan adalah arsen organik, arsen anorganik,
dan gas arsine. Arsen dalam tabel periodik tidak termasuk golongan logam,
tetapi karena mempunyai sifat mirip logam, maka dimasukkan ke dalam golongan
“metalloid”.
Arsen termasuk senyawa logam berat
yang berwarna keabu-abuan, rapuh, berkilau, serta berbau bawang putih. Sejumlah
senyawa arsen yang sering berhubungan dengan suatu kasus keracunan adalah arsen
organik, arsen anorganik, dan gas arsine.
Sifat-sifat fisika arsen :
Sifat-sifat kimia arsen :
1. Logam ini
bewarna abu-abu
2. Sangat
rapuh, kristal dan semi-metal benda padat.
3. Ia
berubah warna dalam udara, dan ketika dipanaskan teroksida sangat cepat menjadi
arsen oksida dengan bau bawang.
4. Arsen dan
senyawa-senyawanya sangat beracun.
5.3
Proses
terbentuknya arsen
Arsen organik banyak terdapat di
alam, sering didapat bersama batu bara, dan biji logam (tembaga, timbal, seng).
Dulu senyawa ini sering digunakan sebagai terapi pada penyakit sipilis,
epilepsi, psoriasis, serta amoebiasis. Senyawa arsen anorganik dapat ditemukan
di sejumlah zat racun seperti insektisida, rodentisida, fungisida, herbisida,
pengawet kayu, serta pada industri kaca.
Senyawa arsen anorganik yang ada
sering dalam bentuk arsenik trioksida, arsenik pentaoksida, arsenik antrium,
arsenik kalium, serta arsenat. Sementara gas arsine sering terdapat sebagai
limbah gas yang berbahaya pada industri peleburan dan pemurnian logam, serta
pabrik pengolah silikon.
5.3 kegunaan arsen
·
Arsen digunakan dalam
pembuatan perunggu dan kembang api.
·
Arsen juga mulai banyak
digunakan sebagai agen pendoping dalam peralatan solid-state seperti transistor.
·
Galium arsen digunakan
sebagai bahan laser untuk mengkonversi listrik ke
cahaya koheren secara langsung.
·
Arsen juga banyak
digunakan dalam masyarakat sebagai hasil industri,
misalnya
sebagai bahan pengawet, bahan cat, insektisida, herbisida, campuran dalam pupuk .
·
Arsen juga digunakan
dalam bidang pengobatan
·
Logam arsenik biasanya
digunakan sebagai bahan campuran untuk mengeraskan logam
lain misalnya mengeraskan pb di pabrik aki atau melapisi kabel.
·
Arsenik trioksid dan
arsenik pentoksid biasanya dipakai di pabrik kalsium, tembaga dan pestisida pb
arsenat.
6
Mangan
6.1
pengertian
Mangan termasuk unsur terbesar yang
terkandung dalam kerak bumi. Bijih mangan utama adalah pirolusit dan
psilomelan, yang mempunyai komposisi oksida dan terbentuk dalam cebakan
sedimenter dan residu.
Mangan
mempunyai warna abu-abu besi dengan kilap metalik sampai submetalik, kekerasan
2 – 6, berat jenis 4,8, massif, reniform, botriodal, stalaktit, serta
kadang-kadang berstruktur fibrous dan radial. Mangan berkomposisi oksida
lainnya namun berperan bukan sebagai mineral utama dalam cebakan bijih adalah
bauxit, manganit, hausmanit, dan lithiofori, sedangkan yang berkomposisi
karbonat adalah rhodokrosit, serta rhodonit yang berkomposisi silika.
6.2
Proses terbentuknya mangan
Cebakan mangan dapat terjadi dalam
beberapa tipe, seperti cebakan hidrotermal, cebakan sedimenter, cebakan yang
berasosiasi dengan aliran lava bawah laut, cebakan metamorfosa, cebakan laterit
dan akumulasi residu.
6.3
Tahapan eksplorasi mangan
Adapun
tahapan – tahapan dalam eksplorasi mangan sebagai berikut:
1. Survei tinjau
1. Survei tinjau
Untuk
mengetahui kondisi umum suatu area iup maka perlu melakukan survei tinjau. Peta
dasar skala sekurang - kurangnya 1 : 50.000.
Informasi yang harus di dapatkan :
A.
Beberapa titik pengamatan umum (jenis batuan dan bentuk muka bumi)
B.
Kondisi penduduk (pemukiman, kearifan lokal, agama, tingkat pendidikan, dan
lain-lain)
C.
Tata guna lahan
D.
Kesampaian daerah
2. Pemetaan geologi permukaan
Mengetahui
sebaran endapan mineral mangan yang tersingkap di permukaan. Peta dasar skala
sekurang - kurangnya 1 : 25.000. Out put dari kegiatan ini adalah:
a.
Peta
lintasan dan titik pengamatan dalam kegiatan lapangan pemetaan geologi.
b.
Peta
geologi
Peta
geologi merupakan penggambaran dua dimensi kondisi geologi lapangan meliputi
jenis batuan, struktur geologi, serta sejarah pembentukannya.
c. Penampang geologi
Penampang
geologi adalah penampang yang menggambarkan urutan – urutan pembentukan satuan
litologi dalam peta geologi.
d. Peta geomorfologi
Peta
ini menggambarkan relief permukaan bumi di area iup. Peta ini penting untuk
perencanaan tambang dan infrastruktur tambang.
e. Peta tata guna lahan
Peta
yang menunjukkan penggunaan lahan oleh masyarakat, misalnya pemukiman, rumah
ibadah, sekolah, pertanian, perkebunan, hutan, dan infrastruktur lain seperti
jalan dan jembatan. Peta ini penting untuk mengetahui lokasi-lokasi dalam area
iup yang tidak bisa dilakukan proses penambangan.
f. Peta pola pengaliran
Peta
pola pengaliran dalam eksplorasi mangan diperlukan untuk interpretasi struktur
dan mineralisasi mangan
g. Peta interpretasi zona mineralisasi
mangan
Peta
ini sangat penting untuk mengetahui zona prospeksi mangan dan rekomendasi
metode eksplorasi selanjutnya.
H. Rekomendasi-rekomendasi:
1) lokasi rencana test
pit
2) perencanaan pemetaan bawah permukaan
dengan metode geofisika
3) lokasi stockpile,
mesh, kantor, dan gudang
3. Test
pit/trenching
Setelah dilakukan pemetaan permukaan (surface mapping) akan diketahui
lokasi-lokasi yang prospek. Informasi ini kemudian ditindaklanjuti dengan
perencanaan test pit (sumur uji) atau trenching (parit uji). Jenis dan dimensinya diatur berdasarkan kebutuhan
data yang diinginkan dan pola mineralisasi mangan dari hasil kegiatan pemetaan
geologi.
4. Metode geofisika
· Metode geofisika sangat penting untuk
mengetahui kondisi geologi bawah permukaan. Metode geofisika yang dipilih
diperoleh dari rekomendasi kegiatan pemetaan geologi permukaan atau berdasarkan
jenis batuan yang berasosiasi dengan mangan. Metode geofisika yang biasa
dipakai dalam eksplorasi mangan adalah geolistrik dan geoscanner.
Output dari eksplorasi dengan metode geofisika ini adalah kondisi geologi bawah permukaan termasuk di dalamnya interpretasi keterdapatan mangan secara vertika. Dalam kegiatan pemetaan geologi diperoleh penyebaran mangan dan polanya, sedangkan eksplorasi dengan metode geofisika menghasilkan interpretasi prospek mangan secara vertikal.
Output dari eksplorasi dengan metode geofisika ini adalah kondisi geologi bawah permukaan termasuk di dalamnya interpretasi keterdapatan mangan secara vertika. Dalam kegiatan pemetaan geologi diperoleh penyebaran mangan dan polanya, sedangkan eksplorasi dengan metode geofisika menghasilkan interpretasi prospek mangan secara vertikal.
5. Pemboran
Metode geofisika menghasilkan
interpretasi kondisi bawah permukaan termasuk keterdapatan mangan di dalamnya,
kegiatan pemboran memberikan keyakinan 100% terhadap interpretasi tersebut.
Lokasi dan kedalaman yang menarik menurut hasil metode geofisika, bisa
ditindaklanjuti dengan pemboran.
Disamping memberikan keyakinan pada
interpretasi metode geofisika, kegiatan pemboran juga menghasilkan informasi
berharga terkait kuantitas dan kualitas mineral mangan serta model tiga dimensi
dan pendekatan perhitungan cadangan mangan terukur secara akurat.
6.4
Kegunaan mangan
Sekitar 90% mangan dunia digunakan
untuk tujuan metalurgi, yaitu untuk proses produksi besi-baja, sedangkan
penggunaan mangan untuk tujuan non-metalurgi antara lain untuk produksi baterai
kering, keramik dan gelas, kimia, dan lain-lain.
6.5
Persebaran
Potensi cadangan bijih mangan di
indonesia cukup besar, namun terdapat di berbagai lokasi yang tersebar di
seluruh indonesia. Potensi tersebut terdapat di pulau sumatera, kepulauan riau,
pulau jawa, pulau kalimantan, pulau sulawesi, nusa tenggara, maluku, dan papua.
6.6
Pertambangan
batu mangan di ntt
Kualitas
batu mangan dari ntt termasuk yang terbaik di dunia, dan jumlah yang terukur
saat ini cukup untuk penuhi kebutuhan indonesia serta korea selatan selama lima
puluh tahun mendatang. Hal ini
disampaikan seorang pejabat kementerian energi dan sumber daya mineral (esdm)
saat berkunjung ke kupang akhir 2009 lalu. Ini kabar baik atau buruk bagi
rakyat ntt? Tampak banyak jawaban negatif. Baru-baru ini, dewan perwakilan
rakyat daerah nusa tenggara timur (dprd ntt) mendesak pemerintah daerah untuk
menghentikan seluruh proses eksploitasi mangan di daerah tersebut, sampai ada
regulasi (peraturan daerah) di tingkat provinsi yang mengatur hal ini. Namun,
sementara tuntutan tersebut dikemukakan, proses eksploitasi terus berlangsung
dengan berbagai dampaknya. Regulasi yang menjadi pegangan sekarang adalah
undang-undang nomor 4 tahun 2009 tentang penambangan mineral dan batubara dan
peraturan daerah atau keputusan pemegang wewenang di level pemerintahan daerah
kabupaten. Regulasi di tingkat kabupaten ini mengatur hal yang lebih spesifik
seperti batas minimal harga komoditi, ijin usaha penambangan (iup), dan
lain-lain.
Persoalan-persoalan
Hasil sebuah focus group discussion
(fgd) yang diselenggarakan oleh lsm simpul demokrasi belu baru-baru ini
menyebut empat poin dampak positif dan dua puluh tiga poin dampak negatif dari
pertambangan mangan, disertai sejumlah rekomendasi kepada pemerintah (lihat di:
http://www.simpuldemokrasi.org/news_detail.php?nid=68). Di sini penulis tidak
merincikan kembali satu per satu hasil fgd tersebut. Beberapa poin di bawah ini
coba merangkum persoalan yang ada, yaitu;
pertama, aktivitas
penambangan mengakibatkan kerusakan lingkungan. Di banyak tempat di pulau
timor, bebatuan berfungsi sebagai tangkapan air hujan yang kemudian bermanfaat
menyediakan sumber air bersih bagi penduduk. Penambangan mangan dikhawatirkan
mengganggu daya tampung alam terhadap air hujan, sehingga mengganggu juga
pasokan kebutuhan akan air.
Kedua, kondisi kesejahteraan rakyat tidak
mengalami perubahan setelah penambangan dilakukan secara masif selama beberapa
tahun terakhir. Ada manfaat jangka pendek berupa tambahan penghasilan, namun
jumlahnya tidak cukup buat penuhi kebutuhan hidup, dan berdampak buruk dalam
jangka panjang. Angka kemiskinan di ntt tetap tinggi, dan masih tergolong
provinsi yang paling miskin atau terbelakang.
Ketiga, hal-hal terkait ketenagakerjaan,
seperti kesehatan dan keselamatan kerja, keberadaan pekerja anak, pendidikan
dan pengetahuan dasar yang dibutuhkan rakyat mengenai obyek kerjanya,
pengupahan, dan lain-lain.
Keempat, dampak-dampak sosial budaya di
tengah masyarakat, seperti meningkatnya persaingan disertai pudarnya semangat
gotong royong, bergesernya sumber penghidupan masyarakat dari bertani menjadi
“penambang tradisional”, dan lain-lain.
Disadari, persoalan-persoalan tersebut tak
diatasi hanya oleh regulasi yang dibuat di tingkat daerah. Namun sebagai upaya
menciptakan kondisi yang lebih baik, langkah (pembuatan regulasi) tersebut
dapat kita manfaatkan sebagai sebuah “tahapan” yang diposisikan sesuai dengan
kapasitasnya. Artinya, pembuatan dan pengesahan sebuah peraturan daerah tingkat
provinsi, dan atau berbagai peraturan daerah tingkat kabupaten, tidak menjamin
proses yang lebih sehat dalam pemanfaatan kekayaan alam. Acuan terbaik
seharusnya [sic] adalah undang-undang dasar 1945 yang dengan tegas
menyatakan kekayaan alam harus dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran
rakyat. Namun keadaan yang baik itu (menjadikan pasal 33 uud 1945 sebagai
acuan) tidak sedang diterapkan oleh pemerintah indonesia.
7
Molibdenum
7.1 Pengertian
Molybdenum
bersifat keras, seperti logam perak dengan titik leleh sangat tinggi.
Molybdenum biasanya digunakan untuk menjadi campuran dengan logam lain.
Campuran sendiri akan memiliki sifat berbeda dari unsur logam yang pertama,
molybdenum biasanya sering dicampur dengan baja untuk meningkatkan kekuatan,
ketangguhan, ketahanan terhadap keausan dan korosi, dan kemampuan untuk
mengeraskan baja.
7.2
proses terbentuknya
Molibdenum
juga didapat sebagai hasil samping operasi penambangan tembaga dan wolfram.
Molibdenum diperoleh dari proses reduksi serbuk molibdi trioksida yang
dimurnikan atau ammonium molibdate, dengan hidrogen.
7.3 Persebaran
Dunia:
Amerika serika canada, china chile,
mexico, peru, rusia dan mongolia.
8.
Khrom
Khrom
adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Cr dan
nomor atom 24. Kromium merupakan logam tahan korosi (tahan karat) dan dapat
dipoles menjadi mengkilat.
Dengan sifat ini, kromium (khrom) banyak
digunakan sebagai pelapis pada ornamen-ornamen bengunan, komponen kendaraan,
seperti knalpot pada sepeda motor, maupun sebagai pelapis perhiasan seperti
emas, emas yang dilapisi oleh kromium ini lebih dikenal dengan sebutan emas
putih. Perpaduan kromium dengan besi dan nikel menghasilkan baja tahan karat.
8.2 proses terbentuknya
Di
alam, terdapat mineral khrom yaitu kromit (FeCr2O4,
ferrous chromic oxide) yang terbentuk pada lingkungan batuan beku. Asosiasi
mineral dengan intan, spinel, tembaga, dan besi. Mineral lain adalah crocoite
(PbCrO4, lead chromate), yang dikenal dengan “timbal merah” karena
warna merah jingga yang indah pada kristalnya.
8.3 Persebaran
Dunia: Afrika bagian selatan, India,
Kazakhtan, Turki.
9.
Wolfram
9.1 Pengertian
Wolfram
adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang W dan nomor
atom 74. Nama unsur ini diambil dari bahasa latin wolframium dan sering juga disebut
tungsten.
Logam transisi yang
sangat keras dan berwarna kelabu sampai putih ini ditemukan pada mineral
seperti wolframit dan schelit. Wolfram memiliki titik lebur yang lebih tinggi
dibandingkan zat non-aloy lainnya. Bentuk murni wolfram digunakan terutama pada
perangkat elektronik. Senyawa dan aloy-nya digunakan secara luas untuk banyak
hal, yang paling dikenal adalah sebagai filamen bola lampu, tabung sinar-x, dan
superaloy.
Dari semua logam dalam bentuk murni,
wolfram memiliki titik lebur tertinggi
(3422° C, 6192 ° F ), tekanan uap
terendah (pada suhu di atas 1.650 ° C, 3000 ° F ) dan
memiliki kekuatan regang tertinggi. Wolfram memiliki koefisien ekspansi termal terendah
dari setiap logam murni. Ekspansi termal yang rendah dan titik lebur yang
tinggi dan kekuatan dari wolfram adalah karena kuatnya ikatan kovalen yang terbentuk antara atom wolfram
oleh orbital elektron 5d. Karena kekuatan ini, pemaduan jumlah kecil wolfram
dengan baja sangat
meningkatkan ketangguhan (Setiawan, 2000).
Gambar
kristal wolfram
SUMBER
WOLFRAM
Beberapa
mineral sumber utama wolfram (W) antara lain :
·
Scheelite (CaWO4) dan
wolframite [Fe(Mn)WO4]
·
Ferberite (FeWO4)
·
Hubnerite (MnWO4)
9.2
Proses terbentuknya
Wolfram
diambil secara pemanasan langsung hingga meleleh dari campuran bijihnya dengan
alkali kemudian diendapkan dalam air sebagai WO3 dengan penambahan
asam. Reduksi dengan H2 pada ~ 850oC terhadap oksida ini
akan menghasilkan serbuk logam abu-abu. Pengubahan serbuk logam baik Mo maupun
W menjadi padatan massif dapat dilakukan dengan kompresi tinggi dengan gas H2.
9.3 Persebaran
Dunia: China, Kanada, dan Rusia.
10. Vanadium
Vanadium adalah
salah satu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang V dan nomor
atom 23. Salah satu senyawa yang mengandung vanadium antara lain vanadium
pentaoksida (V2O5).
11. Zirkon
Zirkon
sering mengandung jejak unsur radioaktif dalam struktur, yang menyebabkan hal
itu terjadi metamict. Bentuk stabil dari Zirkon, disebut Cyrtolite, ditandai
dengan bulat, hampir kristal berbentuk kubah yang kusam atau bersifat ter di
kilau. Ketika dipanaskan, kristal-kristal Zirkon metamict menjadi stabil, dan
kembali ke struktur kristal normal mereka. Zirkon radioaktif yang telah
mengalami proses metamiction kadang-kadang disebut "Zirkon Rendah",
dan Zirkon stabil dengan kisi kristal utuh "Zirkon Tinggi".
Cokelat
gelap untuk warna hitam diamati pada kristal Zirkon kebanyakan disebabkan dari
kotoran oksida besi. Warna hijau di kerikil bulat banyak biasanya menunjukkan
berbagai Zirkon adalah radioaktif. Sebuah kebiasaan menarik sesekali dipamerkan
dalam Zirkon dari beberapa lokasi adalah bahwa warna gelap dan menumpulkan
mereka keharuman mereka setelah terpapar sinar matahari berkepanjangan. Efek
ini dapat dibalik dengan memberikan batu perlakuan panas kedua.
Zirkon dengan daya tahan tinggi terhadap pelapukan dan
abrasi biasanya membentuk konsentrasi bernilai ekonomis di daerah-daerah
pantai dan gosong pasir yang terletak berkilo-kilometer dari sumbernya.
Pada beberapa kasus, zirkon bersama mineral-mineral
berat lain seperti turmalin, fluorit, rutil, dan anatase dapat terbentuk dalam
batuan sedimen dolomitan melalui proses autogenik; sementara apabila berkaitan
dengan kelompok spesifik batuan beku dapat berasosiasi dengan lingkungan
pneumatolitik dan kadang-kadang dengan proses paragenesis.
Mineral zirkon dapat ditemukan sebagai butir-butir
kristal berukuran kecil di dalam sebagian besar batuan beku dan beberapa batuan
metamorf, tersebar dalam jumlah jarang melebihi 1% dari total massa batuan.
Secara umum konsentrasi mineral zirkon terbentuk sebagai rombakan di dalam
aluvium dan sering berasosiasi dengan mineral berat lain seperti ilmenit,
monazit, rutil, dan xenotim.
Cebakan mineral alochton dibentuk
oleh kumpulan mineral berat melalui proses sedimentasi, secara alamiah terpisah
karena gravitasi dan dibantu pergerakan media cair, padat dan gas/udara.
Kerapatan konsentrasi mineral-mineral berat tersebut tergantung kepada tingkat
kebebasannya dari sumber, berat jenis, ketahanan kimiawi hingga lamanya
pelapukan dan mekanisma. Dengan nilai ekonomi yang dimilikinya para ahli
geologi menyebut endapan alochton tersebut sebagai cebakan placer
Jenis cebakan ini telah terbentuk dalam semua waktu
geologi, tetapi kebanyakan pada umur Tersier dan masa kini, sebagian besar
merupakan cadangan berukuran kecil dan sering terkumpul dalam waktu singkat
karena tererosi. Kebanyakan cebakan berkadar rendah tetapi dapat ditambang
karena berupa partikel bebas, mudah dikerjakan dengan tanpa penghancuran;
dimana pemisahannya dapat menggunakan alat semi-mobile dan
relatif murah. Penambangannya biasanya dengan cara pengerukan, yang merupakan
metoda penambangan termurah.
Placer adalah
jenis spesifik aluvium yang dibentuk oleh proses sedimentasi selama periode
waktu panjang dan mengandung konsentrasi pasir, kerikil, mineral-mineral logam
dan batu-batu hias. Lingkungan placer dibedakan dari lingkungan sedimen
lainnya karena sangat dipengaruhi oleh sumber batuan asal dan kondisi
geomorfologi tempat pengendapannya, antara lain:
·
Batuan
sebagai sumber geologi, yang menentukan diendapkannya jenis-jenis mineral di
dalam placer.
·
Iklim
dan kondisi kimiawi, merupakan gabungan penentu terjadinya tingkat dan bentuk
mineral-mineral setelah dibebaskan dari sumbernya.
·
Kondisi
geometris dan batas permukaan, yang mencerminkan kendala-kendala fisik pada
saat transportasi dan pengendapan.
·
Unsur-unsur
perubahan lingkungan, yang mengubah pola penyebaran mineral.
Sedimen pada lereng dan saluran di sekitar hulu sungai
telah tersingkap oleh kekuatan subareal yang bersifat merusak hanya dalam waktu
singkat, oleh karena itu terdiri atas tipe dan ukuran lanau dan koloida.
Sementara endapan sedimen pantai biasanya telah mengalami perjalanan berjarak
jauh dan melalui banyak daur pelapukan dan erosi, sehingga partikel sedimen di
dalamnya secara garis
Mengingat bahwa Pulau Kalimantan merupakan bagian dari
paparan benua dan dianggap memiliki stabilitas wilayah untuk terbentuknya
lingkungan pengendapan placer benua yang luas, maka perlu dipahami
bagaimana proses keterjadian endapan tersebut. Berdasarkan keterkaitan placer
dengan teknis eksplorasi dan penambangannya, Macdonald (1983) membagi
lingkungan pengendapan placer atas: benua, transisi dan laut; dimana
yang pertama terdiri atas sublingkungan eluvial, koluvial, fluviatil, gurun,
dan glacial
12.
Corundum
Corundum
|
Korundum
adalah mineral yang sangat keras, tangguh, dan stabil. Untuk semua tujuan
praktis, itu adalah mineral yang paling sulit setelah Diamond, sehingga mineral
yang paling sulit kedua. Hal ini juga dipengaruhi oleh asam dan lingkungan yang
paling. Korundum coklat tembus dan Emery adalah bentuk paling umum dari
Korundum. Ini adalah bentuk cukup umum, dan karena kekerasan besar mereka dan
prevalensi adalah abrasive paling menguntungkan. Istilah industri
"ampelas" menggambarkan abrasive Korundum berasal dari berbagai Emery
yang ditambang khusus untuk penggunaannya sebagai abrasif. Erosi dapat
menyebabkan Emery runtuh dan membentuk pasir, yang dapat disebut "pasir
hitam".
Korundum
mudah disintesis, dan abrasive Korundum banyak yang sintetis. Permata sintetis
juga mudah dibuat dengan menambahkan jejak warna tertentu memproduksi
unsur-unsur untuk solusi Korundum, dan membiarkan larutan memadat menjadi
sebuah Boule, atau sintetis, belum diproses "mineral" dengan bentuk
tertentu. Proses ini disebut proses Verneuil.
Ruby dan
batu permata Sapphire mungkin memiliki warna artifisial ditingkatkan atau
diperdalam melalui perlakuan panas bila digunakan sebagai permata. Beberapa
batu biru gelap dari daerah tertentu juga dapat dibuat warna biru cerah yang
diinginkan.
C.
Dampak Kegiatan Eksploitasi
Pada lahan kering terutama pada
daerah yang berlereng dampak negatif yang timbul karena kegiatan eksploitasi
penambangan batubara dan timah terhadap tanah meliputi dampak terhadap
parameter sifat fisik kimia tanah dan dampak terhadap parameter erosi tanah.
Sedangkan penambangan batubara dan timah pada lahan basah dan datar seperti
pada daerah gambut (misal lapangan Zambrut – Caltex/Cevron di Riau) adalah
keamblesan tanah atau subsidence.
Sifat Kimia
Fisik Tanah
Perubahan
walaupun tidak mencolok atau nyata karena kegiatan pada tahap konstruksi
pemasangan pipa adalah perubahan terhadap beberapa parameter tanah yang penting
yaitu tesktur, kemantapan agregat, bahan organik, dan kapasitas tukar kation
(KTK) tanah terutama pada tanah di daerah berlereng. Perubahan beberapa
parameter tanah sebelum dan sesudah pemasangan pipa dapat dilihat sifat kimia
fisika tanah.
permukaan
(top soil) semula dengan sifat kimia fisika tanah lapisan bawah (sub soil) yang
akan tersingkap saat dan setelah konstruksi pemasangan pipa (Tabel 1).
Parameter-parameter lainnya dapat dikatakan tidak mengalami perubahan yang
jelas.
Tabel 1.
Perbandingan Sifat Kimia Fisika Tanah antara Tanah Permukaan (Top Soil)
dan Tanah Lapisan Bawah (Sub
Soil).
Sifat Tanah
|
Top Soil
|
Sub Soil
|
Perbedaan
|
Tekstur
|
Lempung liat berdebu
|
Lempung (berbatu)
|
muncul kerikil-batu
|
Kemantapan Agregat
|
stabil
|
kurang stabil
|
mudah longsor
|
C-organik (%)
|
1.48
|
1.25
|
0.23
|
KTK (meq/100q)
|
30.15
|
27.42
|
2.73
|
Sumber:
Laporan Penyusunan AMDAL Lapangan Senoro, Luwak-Banggai, Sulawesi Tengah (JOB
Pertamina-MEDCO E&P, 2006 dalam Murtilaksono &Iskandar, 2008)
Kegiatan
pemasangan pipa gas misalnya di lapangan Senoro, Luwuk – Banggai Sulawesi
Tengah yang akan dilakukan oleh JOB Pertamina MEDCO pada tahap konstruksi yaitu
kegiatan penyiapan lahan, pembangunan jalan ROW dan pemasangan pipa akan
menimbulkan dampak negatif walaupun tidak penting terhadap komponen sifat fisik
kimia tanah ditinjau dari beberapa ukuran dampak menurut Keputusan Kepala
Bapedal Nomor 056 Tahun 1994, berdasarkan ukuran lama dampak berlangsung,
intensitas dampak, banyaknya komponen lingkungan lain yang terkena dampak,
sifat kumulatif dampak, dan berbalik tidaknya dampak. Demikian pula menurut
ukuran jumlah manusia yang terkena dampak, dan luas wilayah persebaran dampak,
kegiatan pada tahap konstruksi tidak menyebabkan dampak penting terhadap sifat
kimia fisik tanah.
Erosi Tanah
Kegiatan
pada tahap konstruksi menyebabkan dampak negatif penting terhadap erosi tanah
ditinjau dari tolok ukur lama dampak berlangsung, intensitas dampak, banyaknya
komponen lingkungan lain yang terkena dampak, sifat kumulatif dampak, dan
berbalik tidaknya dampak. Sedangkan menurut ukuran jumlah manusia yang terkena
dampak, dan luas wilayah persebaran dampak, kegiatan pada tahap konstruksi
tidak menyebabkan dampak penting terhadap erosi tanah.
Kegiatan
penambangan akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan sekitarnya adalah kegiatan
penggalian atau pengerukan atau penambangan, pengangkutan dan reklamasi lahan
bekas penambangan adalah sebagai berikut:
- Pengerukan atau penambangan, akibat pengerukan
atau penambangan adalah terbentuknya cekungan-cekungan bekas penambangan.
Dengan cara menerapkan tata cara penambangan yang baik dan benar serta
mempertimbangkan aspek lingkungan tidak akan menimbulkan dampak negatif.
- Kualitas udara, dampak terhadap kualitas udara
adalah peningkatan konsentrasi debu (partikulat) akibat aktivitas pengerukan
atau penambangan dan pengangkutan, terutama berlangsung pada musim
kemarau. Kuantitatif dampak relative kecil, hanya di sekitar Lokasi
penggalian dan jalur transportasi yang dilalui dan berlangsung hanya untuk
sementara waktu selama oprasi.
- Kualitas air, dampak terhadap kualitas air adalah
perubahan sifat fisik, kimia serta biologi perairan.
- Perubahan tata guna lahan, dampak bersifat lokal
dalam skala kecil dan bersifat sementara.
- Kebisingan, ditimbulkan oleh suara mesin alat
berat (backhoe and truck hercules) yang menunjang aktifitas
pengerukan/penambangan.
- Pengangkutan, beberapa komponen lingkungan yang
diperkirakan akan terkena dampak dari kegiatan ini adalah ketenagakerjaan
dan pendapatan. Kegiatan ini berdampak positif bagi penduduk di sekitar
Lokasi kegiatan, kerena dapat membuka kesempatan kerja, memacu pertumbuhan
sekitar sektor ekonomi masyarakat.
EKOSISTEM
Pengendalian
kerusakan hutan sangat perlu dilakukan mengingat hutan merupakan sumber daya
alam yang mempunyai berbagai fungsi, baik ekologi, ekonomi, sosial maupun
budaya yang diperlukan untuk menunjang kehidupan manusia dan makhluk hidup
lainnya. Pengendalian kerusakan hutan ini dapat dilakukan melalui kegiatan
perlindungan hutan, yaitu upaya untuk menjaga hutan dari faktor-faktor yang dapat
menimbulkan kerusakan pohon atau tegakan pohon dalam hutan agar fungsinya
sebagai fungsi lindung, konservasi atau produksi tercapai secara optimum dan
lestari sesuai dengan peruntukannya. Kegiatan perlindungan hutan merupakan
bagian dari kegiatan pengelolaan hutan yang mempunyai prinsip :
- Mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan
hutan dan hasil hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak,
kebakaran, bencana alam, hama serta penyakit.
- Mempertahankan dan menjaga hak-hak negara,
masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan,
investasi, serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan.
Mengingat
begitu pentingnya fungsi hutan bagi kemakmuran rakyat dan melihat kondisi hutan
yang saat ini sangat memprihatinkan maka tulisan ini membahas faktor-faktor
yang bisa menyebabkan gangguan terhadap hutan dan interaksi/hubungan
sebab-akibat gangguan hutan beserta contoh-contohnya. Dengan mengetahui
faktor-faktor pengganggu dan interaksinya diharapkan kita bisa menentukan
tindakan perlindungan hutan yang tepat dalam rangka menjaga hutan agar
fungsinya tercapai secara optimum dan lestari sesuai dengan peruntukan hutannya.
Sistem
penambangan terbuka umumnya dilakukan pada eksploitasi batubara dan timah.
Sistem ini apabila tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan terganggunya
lingkungan dan sumberdaya alam, sebagai contoh: lahan kritis/kekeringan, tanah
miskin hara, rentan erosi dan kehilangan biodiversitas. Menurut Fakuara (1989) dalam
Riyanto (2009), lahan/tanah setelah kegiatan penambangan terbuka umumnya rusak
berat. Secara fisik, lahan menjadi berbatu, kehilangan penutup tanah yang
membuat sinar matahari langsung terserap tanah dan menyebabkan peningkatan suhu
tanah. Secara kimia permukaan tanah tercampur bahan-bahan seperti Sulfur,
Alumunium, Mangan yang beracun bagi tanaman dan kehidupan jasad renik. Secara
biologis, beberapa sistim makro dan mikrobiologi yang ada di permukaan tanah
sebelum penambangan sekarang terkubur beberapa meter di bawah bahan galian.
Kondisi tanah bekas penambangan batubara seperti di atas menyebabkan
tumbuh-tumbuhan tidak dapat tumbuh dengan baik. Jika keadaan ini dibiarkan,
luasan lahan kritis akan terus bertambah. Untuk itu, perlu dicarikan strategi
dan teknologi yang tepat untuk pemulihan kualitas tanah atau reklamasi lahan
bekas penambangan batubara tersebut.
D. UPAYA
PENGELOLAAN
Kebijakan pengelolaan lingkungan di
Indonesia sesungguhnya tidak lepas dari adanya kekhawatiran akan terjadinya
deforestasi, rusaknya ekosistem, tercemarnya lingkungan serta rusaknya
lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas manusia lewat kegiatan-kegiatan
seperti legal dan illegal loging, legal maupun illegal minning. Kegiatan legal
minning yang dilakukan eleh perusahaanperusahaan besar seperti PT.Timah harus
mematuhi berbagai bentuk kebijakan yang terkait dengan upaya mereka deforestasi
yang salah satunya melalui areal reklamasi areal bekas tambang.
Upaya pengelolaan lingkungan memang
tidak bisa lepas dari pentingnya mengadopsi berbagai pendekatan dalam manajemen
lingkungan sebagai bentuk keseluruhan penerapan fungsi manajemen dalam
memelihara lingkungan. Diketahui bahwa pelaksanaan reklamasi di areal bekas
tambang sudah dilakukan, tetapi keberhasilannya masih jauh yang diharapkan
sehingga belum memberikan hasil yang optimal dalam upaya memulihkan fungsi
lahan sesuai dengan peruntukkannya. Kondisi ini juga diakibatkan oleh masih
lemahnya peran kontrol atau pengawasan dari Distamben Provinsi Bangka Belitung.
Sementara itu, kendala yang menghambat keberhasilan reklamasi ini disebabkan
oleh berbagai faktor diantaranya belum adanya pengaturan manajemen yang
terpadu, gangguan keamanan pada areal yang di reklamasi, pembinaan dan
pengawasan yang kurang dan lain-lain. Untuk itu segera ditetapkan mekanisme
kontrol pada pelaksanaan reklamasi yang bersifat terpadu. Disamping itu,
pemerintah harus lebih tegas dalam menerapkan sanksi terhadap perusahaan
pertambangan yang melanggar kewajiban melakukan reklamasi. Sehingga PT.Timah
harus menggunakan penambangan teknologi zero minning yakni penambangan sampai
habis dan juga perlu didorong kegiatan ekonomi ramah lingkungan yang memberikan
peningkatan ekonomi dengan memanfaatkan kolong bekas tambang yakni revitalisasi
usaha perkebunan unggulan seperti lada, karet, dan buah-buahan.
Konservasi
Tanah dan Air
Menurut
Arsyad (2006) dalam Murtilaksono &Iskandar (2008) pendekatan dalam
konservasi tanah meliputi (1) menutup tanah dengan tumbuhan dan tanaman atau
sisa-sisa tumbuhan agar terlindung dari daya perusak butir-butir hujan yang
jatuh, (2) memperbaiki dan menjaga keadaan tanah agar resisten terhadap daya
penghancuran agregat oleh tumbukan butir-butir hujan dan pengangkutan oleh
aliran permukaan, dan lebih besar dayanya untuk menyerap air aliran permukaan,
dan (3) mengatur aliran permukaan agar mengalir dengan kecepatan yang tidak
merusak dan memperbesar jumlah air terinfiltrasi ke dalam tanah.
Selanjutnya
secara prinsip, metoda konservasi tanah dan air dikelompokkan ke dalam tiga
metoda utama yaitu (1) vegetatif, (2) mekanik, dan (3) kimia. Metoda vegetatif
meliputi penanaman dalam strip, penggunaan sisa-sisa tanaman/tumbuhan,
geotekstil, strip penyangga riparian, tanaman penutup tanah, pergiliran
tanaman, dan agroforestry. Metoda mekanik atau sipil teknis terdiri dari
pengolahan tanah (menurut kontur), gulugan dan guludan bersaluran menurut
kontur, parit pengelak, teras, dam penghambat, waduk atau balong, rorak,
tanggul, perbaikan drainase, dan irigasi. Sedangkan metoda kimia adalah
penggunaan preparat atau bahan kimia baik senyawa sintetik maupun berupa bahan
alami yang telah diolah, dalm jumlah yang relatif sedikit, untuk meningkatkan
stabilitas agregat dan mencegah erosi.
DAFTAR PUSTAKA
http://pustakatambang.blogspot.com/search/label/Bahan%20Galian%20Golongan%20B. Diakses pada tanggal 8 maret 2015
http://www.kidnesia.com/Kidnesia/Archive/Hasil-Tambang/Bijih-Besi. Diakses pada tanggal 8 maret 2015
http://sarolangunkab.go.id/v3/index.php/potensi-daerah/ekonomi/golongan-galian-b/9-potensi-daerah. Diakses pada tanggal 8 maret 2015
http://bumileluhur.blogspot.com/2010/11/geologi-sejarah-pembentukan-besi.html. Wawan Hakim10.30.
Diakses pada tanggal 8 maret 2015
http://infotambang.com/bauksit-p577-151.htm. Diakses pada tanggal 8 maret 2015
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar