Translate

Jumat, 23 Oktober 2015

PROPOSAL PRAKTEK LAPANG GEOLOGI STRUKTUR LAPANG GSL

PROPOSAL PRAKTEK LAPANG MATA KULIAH
GEOLOGI STRUKTUR LAPANG




























JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2014
PROPOSAL PRAKTEK LAPANG
MATA KULIAH GEOLOGI STRUKTUR DAN LAPANGAN
SEMESTER GENAP TAHUN 2014/2015

FAKULTAS : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN : GEOGRAFI
MATA KULIAH : GEOLOGI STRUKTUR DAN LAPANGAN
DOSEN PENANGGUNGJAWAB : ICHSAN INVANNI, ST., M.Sc
ASISTEN LAPANGAN : ALUMNI TEKNIK GEOLOGI UNIVERSITAS HASANUDDIN


DASAR PELAKSANAAN
Pelaksanaan praktek lapang ini didasarkan pada kurikulum Jurusan Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Makassar, bahwa mata kuliah Geologi Struktur Lapang yang dialokasikan waktunya pada semester lima (VI), proses pembelajarannya selain dalam bentuk perkuliahan di ruangan juga akan disinergikan dengan kegiatan praktek lapangan, mengingat objek kajian mata kuliah ini sesungguhnya terdapat di alam. Sasaran dari pelaksanaan praktek lapang ini adalah diharapkan agar mahasiswa selain menguasai materi perkuliahan di  ruangan, juga diharuskan untuk mampu bekerja di lapangan, jadi di sini mahasiswa dituntut untuk mampu mengumpulkan data yang berhubungan dengan Geologi Struktur Lapang dengan melakukan pengukuran dan mengolah data yang telah diperoleh tersebut hingga menjadi bahan informasi, khususnya mengenai kondisi geologi lokasi praktek Lapangan ini. Mata kuliah ini adalah mata kuliah wajib bagi mahasiswa semester lima (VI) Jurusan Geografi prodi Geografi.


TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Secara umum, pelaksanaan praktek lapang ini bertujuan untuk melatih mahasiswa agar terampil dalam menggunakan alat-alat pengukuran yang digunakan untuk melakukan pengukuran  (Kompas Geologi, dll) dan objek-objek pengukuran lainnya serta membuat mahasiswa terlibat langsung dalam kegiatan pengukuran, tentang cara melakukan pengukuran, mengumpulkan data dan mengolah data tersebut menjadi suatu bahan informasi.


TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah melakukan praktek ini, mahasiswa diharapkan mampu:
Mengetahui dan terampil dalam menggunakan dan melakukan kegiatan pengukuran stike dan Dip.
Mengetahui kondisi geologi lokasi praktek lapang.

LANDASAN TEORI
Geomorfologi Regional Daerah Barru
Kabupaten Barru dan sekitarnya merupakan pegunungan dan padan umumnya terdapat didaerah bagian timur,wilayah bagian barat merupakan pedataran yang relative sempit dan dibatasi oleh selat makasar.Daerah ini menyempit ke Utara dan dibatasi oleh perbukitan dengan pola struktur yang rumit,kemudian di sebelah selatan dibatasi oleh pegunungan yang disusun oleh Batugamping.
Proses Geomorfologi merupakan perubahan yang dialami oleh permukaan bumi baik secara fisik secara fisik maupun kimia (THORNBURY 1954) penyebab dari proses perubahan tersebut dapat dibagi atas 2 golongan yaitu :
Tenaga Eksogen
Tenaga ini bersifat merusak,dapat berupa angina,suhu,dan air.Dengan adanya tenaga Eksogen dapat terjadi proses denudasi berupa erosi,pelapukan,dan degradasi
Tenaga Endogen
Tenaga ini cenderung untuk membangun,dapat berupa gempa,gaya-gaya pembentuk struktur dan vulkanisme akibat dari adanya tenaga endogen maka dapat terbentuk struktur gunung api dan agradasi.
Dengan adanya tenaga-tenaga tersebut diatas maka terbentuknya bentang alam dengan kenampakan yang berbeda satu sama lainnya sesuai dengan tenaga yang mempengaruhi pembentukannya.
Kenampakan bentang alam di daerah Barru umumnya merupakan daerah perbukitan dan pegunungan dimana puncaknya sudah nampak meruncing dan sebagian lagi nampak membulat.Perbedaan tersebut disebabkan oleh karakteristik masing-masing batuannya.Pengaruh struktur dan tingkat perkembangan erosi yang telah berlangsung dan akhirnya menghasilkan kenampakan bentang alam seperti yang nampak sekarang ini.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka pengelompokan satuan morfologi di daerah Barru dapat dibagi berdasarkan pada struktur geologi dan batuan penyusunnya serta proses geomorfologi yang mempengaruhi bentuk permukaan bumi yang nampak sekarang pembagian satuan morfologi adalah sebagai berikut :
Satuan morfologi perbukitan Gawir sesar Aledjang-Buludua.
Satuan morfologi pegunungan denudasi B.Masula-B.Pitu
Satuan Morfologi perbukitan Gawir sesar Aledjang-Buludua
Penamaan satuan morfologi ini didasarkan atas struktur geologi yang lebih dominant terdapat pada daerah tersebut dan memberikan pengaruh terhadap pembentukan bentang alamnya.



Geomorfologi Regional Bulu Bottosowa dan Sekitarnya
Daerah Bulu Bottosuwa merupakan daerah perbukitan.Berdasarkan interpretasi garis kontur daerah penelitian di bagi atas empat satuan morfologi yaitu landai,datar,sedang,terjal.satuan morfologi landai menempati sekitar 50 % dari luas daerah penelitian.Tata guna lahan satuan morfologi datar adalah sebagai permukiman dan perkebunan .
Satuan morfologi datar menempati sekitar 20 % dari luas daerah penelitian.Tata guna lahan satuan morfologi datar adalah sebagai permukiman dan persawahan.Litologi yang menyusun satuan ini umumnya tersusun atas litologi yg tidak resisten terhadap pelapukan. Satuan morfologi Terjal menempati sekitar 30 % dari luas daerah penelitian.Tata guna lahan satuan morfologi terjal adalah sebagai perkebunan. Litologi yang menyusun satuan morfologi ini yaitu litologi yang resisten terhadap proses pelapukan misalnya batuan beku.
Pada stasiun 06 ,dijumpai satuan morfologi cuesta yaitu punggung bukit atau perbukitan curan yang terbentuk dari lapisan sedimen pada struktur homoklinal dan memiliki lereng yang curam.salah satu sisi lereng yang landai mengikuti bidang perlapisan batuan ,sisi yang lain yang curam memotong bidang perlapisan batuan .proses terjadinya cuesta di sebabkan oleh adanya sesar turun yang memotong bidang perlapisan batuan.
Tipe genetik sungai pada daerah penelitian Subsekuen yaitu arah aliran sungai memotong bidang perlapisan batuan.Arah perlapisan batu gamping relative dari utara –selatan di potong oleh arah aliran sungai lakepo pada stasiun 07.
A. Stratigrafi Regional Daerah Barru
Daerah Barru disusun oleh beberapa satuan batuan dan tersebar pada jenis bentang alam yang berbeda atau berfariasi dan telah mengalami gangguan struktur sehingga menyebabkan jurus dan kemiringan perlapisan batuan menjadi tidak beraturan.Sebagian batuannya telah mengalami pelapukan dan peremukan hingga nampak kurang segar terutama pada napal.
Pengelompokkan dan penamaan satuan batuan didasarakan atas cirri-ciri fisik dilpangan, jenis batuan, posisi stratigrafi dan hubungan tektonik antar batuan dapat dikorelasikan secara vertical maupun lateral dan dapat dipetakan dalam skala              1 : 25.000.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka satuan batuan dapat digolongkan dalam 5 (lima) satuan,mulai dari satuan batuan yang muda sampai yang ke tertua yaitu sebagai berikut :
Satuan batuan beku intrusi
Satuan breksi
Satuan napal
satuan breksi batugamping tonasa
Satuan batupasir mallawa
Satuan serpih balangbaru
Pembahasan lebih lanjut dari setiap satuan batuan dari yang tertua ke yang termuda sebagai berikut :
A. Satuan serpih balangbaru
Penyebaran batuan ini tidak terlalau meluas yang menempati bagian sungai umpung dengan arah umum perlapisan baratdaya-timur laut. Ciri litologi berwarna segar ungu dan jika lapuk berwarna abu-abu dengan tekstur klastik halus berukuran lempung, dan ketebalan perlapisan berukuran antara 1-10 cm. Ukuran butir lempung dan struktur berlapis.
Lingkungan pengendapannya dari satuan serpih ini didasarkan ciri-ciri litologi dimana dijmpai perlapisan tipis dengan ukuran butir lempung yang menunjukkan lingkungan pengendapan tenang atau laut dalam.
Penentuan umur serpih diperkirakan berumur kapur termasuk dalam formasi Balangbaru. Hubungan stratigrafi dengan litologi diatasnya adalah tidak selaras.
B. Satuan batupasir Mallawa
Penamaan satuan batuan ini didasarkan atas dominasi dan pelemparan batuan penyusunnya  serta cirri-ciri litologi. Penyebaran satuan batupasir ini meliputi bagian barat daerah Barru dengan arah umum perapisan berarah Utara-Selatan. Kenampakan satuan batuan  ini menunjukkan adanya kesan perlapisan, dalam keadaan segar berwarna kuning kecoklatan, tekstur klastik kasar, mengandung mineral kuarsa. Dalam satuan ini terdapat angota-anggota berupa batupasir, konglomerat, batulanau, batulempung dan napal.Dengan sisipan batubar berupa lensa.
Umur satuan batuan ini diperkirakan antar  Paleosen sampai Eosen Bawah, hubungan stratigrafi dengan satuan batuan dibawahnya adaklah tidak selarasa dengan satuan batuan diatasnya.
C. Satuan breksi batugamping
Penamaan satuan batuan ini didasarakan pada dominasi dan pelemparan batuan penyusunnya. Ciri litologi kompak dan keras serta bersifat karbonatan. Batruan ini terdiri atas fragmen berupa sekis,glaukonit,kuarsit, batugamping dan fosil serta matriks berupa lempung. Berdasarkan hal tersebut diatas makasatuan batuan ini dinamakan satuan breksi batugamping
Penyebaranm satuan ini meliputi sebelah barat alut dan sebagaian didaerah Buludua, yang pada umumnya menempati daerah satuan morfologi perbukitana gawir sesar Aleojang Buludua denga nsudut kemiringan lereng antara 10-20 %. Arah umum perlapisan batau relatif berarah baratlaut-tenggara dengan sudut kemiringan 25-37. ketebalan relative satuan breksi batugaming adalah 264 m.
Kenampakan satuan breksi batugamping menunjukkan adanya kesan perlapisan umum namun adapula yang terdapat dalam bentuk bongkahan. Tebal lapisan antara 16-60 cm. berwarna putikh kekuning-kuningan dalam keadaan segar dan lapuk berwarna abu-abu kehitaman. Klastik kasar dengan sortasi jelek dan mengandung fosil,mineral glukonit,muskovit,dan sekis.
Fosil yang dijumpai berupa foraminifera besar yaitu Nummulites gizehensis    TAMARCK dan Discocylineindopacticia  GALLOWAY. Berdasarkan cirri-ciri litologi dimana ada dijumpai perlapisan dengan tebal yang berbeda, disusun oleh mineral mineral berbutier kasar dengan pemilahan jelek dan kehadiran mineral glaukonit.
Penetuan umur dari satuan ini dari satuan ini didasarkan atas kandungan fosil yang dijumpai antar Eosen Awal sampai Eosen Tengah. Hubungan stratigrafi  antar satuan breksi batugamping dengan satuan di bawahnya adalah selaras adan menjemari denga nsatuan Batunapal yang tidak selaras dengan breksi vulkaik yang berasda diatasnya. Satuan batuan ini ternmasuk dalam formasi tonasa.
D. Satuan Napal
Penyebaran satuan ini meliputi daerah Galungsalawe, Bale, dan Ampele dan sebagian terdapat di daerah timur laut.Sebagian dar isatuan batuan ini menempati daerah satuan morfologi perbukitan sesar,gawir aledjang buludua dan sebagian lagi terdapat pada daerah yang daerahnya relative datar arah umum perlapisan batuan beraraha baratlaut-tenggara dengan sudut kemiringan antara 23-840
Kenampakan satuan napal menujukkan adanya perlapisan denga n ketebalan anatar 25-50 cm. dalam  keadaan segar, batuan ini berwarna putih keabuan dan lapuk berwarna kuning keabuan, tekstur klastik.
Dari hasil analisa secara mikro paleontology dijumpai fosil foraminifera plantonik yaitu Globigerinaboweci HOLL dan Glubegerisindeks FINLAY sedang fosil foraminifera bentonik yaitu Textulariaagglutinans D` ORBTONY. Berdasarkan kandungan fosi lini ditentukan lingkungan pengendapanya yaitu pada inner neritik-middle neritik denga n kedalaman 0-100m, atau lingkungna laut dangkal(TIPSWORD & SITTZER 1975)
Umur satuan ini yaitu Eosen Tengah bagian bawah(POSTUMA 1970) yang ditentukan dari kandungan fosilnya. Hubungan stratigrafi antara satuan in derngan batuan yang ada disekitarnya yaitu ssatuan breksi batugamping  menjemari dan dengan satuan breksi vulkanik yang berada diatatasnya adalah tidak selaras. Satuan ini termasuk dalam  formasi Tonasa
E. Satuan Breksi  Vulkanik
Satuan breksi vulkanik penyebaranya  meliputi beberapa pegunungan yaitu B. laposso, B. masula, B. matonrong, B. Pitu, B. kaluku serta pemukiman seperti menrong,parjiro adjenga,baitu,wuruwue dan litae ssebagian pula tersingkap di daerah aliran sungai kampong Litae, satuan ini menempati daerah satuan morfologi pegununga ndenudasi B. masula,B. pitu denganarah perlapisan batuan umumnya barat laut timur tenggara denga nsudut kemiringan antara 16 – 25 %.
Kenampakan dari satuan brekasi vulaknik ini menampakkan adanya perlapisan denag nkletebalan lapisan antara 35-100 cm. Fragmen batuan breksi vulkainik berupa batuan beku yaitu Basalt, andesit, matriks tufa yang disemen oleh silica denga nsortasi buruk. Ukuran fragmen yaitu antara 5-60 cm dan bentuk menyudut tanggung.
Pada satuan ini tidak dijumpai adanya fosil mikro dan makro sehingga satuan ini disebandingkan dengan batuan vulkanik camba yang barumur Miosen Tengah sampai Miosen Akhir. Hubungan stratigrafi  dengan batuan yang ada  di atasnya maupun yang ada diaatasnya adalah tidak selaras.
F. Satuan batuan beku intrusi
Satuan in terdiri dar idua anggota yaitu batuan diorite dan batuan andesit.  Batuan beku diorite penyebarannya meliputi daerah  B. Matjekke dan sebagian kecil terdapat disebelah selatan barat laut. Batuan ini menempati daerah satuan morfologi pegunungan denudasi B.masula, B.pitu, dalam keadaa segar batua ini berwarna abu-abu dengan struktur kompak,tekstur faneritik dan bentuk kristal subhedral-anhedral ukuran mineral 1-2,3mm.
Penentuan umur batua ndiorit disebandingkan dengan hasil peneliti terdahulu (RA SUKAMTO 1982) yaitu berumur Miosen. Kenampakan batuan ini dalam keadaan segara menampakkan warna abu-abu kehitaman, struktur vasikuler,tekstur afanitik, komposisi mineral plagioklas,hornblend. Umur batuan beku andesit ini adalah Miosen berdasarkan hasil radiometri K/Ar  terhadap mineral Hornblende.
B. Stratigrafi Daerah Bulu Bottosua
Daerah bulu bottosuwa disusun oleh beberapa satuan batuan yang telah mengalami gangguan struktur sehingga jenis dan kemiringan batuan tidak beraturan.pengelompokan dan penamaan satuan batuan berdasarkan pada litostratigrafi tidak resmi yang berdasarkan cirri fisik, jenis batuan, keseragaman litologi dan urutan satuan batuan yang menerus.
Secara umum daerah penelitian terdiri atas batuan sedimen, beku dan metamorf. Pembagian satuan batuan pada daerah penelitian berdasarkan litostratigrafi tidak resmi dari satuan termuda ke satuan tertua yaitu:
Satuan Batuan beku intrusi
Satuan Batugamping
Satuan Batupasir
Satuan Serpih

Satuan Serpih
Satuan batuan serpih dijumpai pada stasiun 04 dan stasiun 05 dengan arah penyebaran secara umum Barat laut – Tenggara dengan cirri litologi warna segar abu-abu warna lapuk coklat tekstur klastik struktur berlapis komposisi kimia kalsium karbonat. Umur satuan batuan ini diperkirakan kapur, hubungan stratigrafi dengan satuan batuan tidak selarasa dengan satuan batuan diatasnya. Formasi dari satuan ini adalah adalah formasi baling baru yang berumur kapur. Berdasarkan komposisi kimia yaitu kalsium karbonat, maka dapat diinterpretasikan bahwa lingkungan pengendapan dari satuan ini adalah lingkungan pengendapan laut.

Satuan Batupasir
Penyebaran satuan batupasir ini meliputi bagian barat daerah penelitian dengan arah umum perapisan berarah Barat laut - Tenggara. Penamaan satuan batuan ini didasarkan atas ciri-ciri litologi. Warna segar kecoklatan warna lapuk coklat kehitaman, tekstur klastik kasar struktur berlapis. Beranggotakan Napal dengan cirri-ciri fisik warna segar abu-abu, warna lapuk abu-abu kehitaman tekstur klastik struktur berlapis.
Umur satuan batuan ini diperkirakan antar  Paleosen sampai Eosen Bawah, hubungan stratigrafi dengan satuan batuan dibawahnya adalah selaras dan  tidak selarasa dengan satuan batuan diatasnya.

Satuan Batugamping
Penyebaran satuan batugamping ini meliputi bagian utara, selatan dan barat daerah penelitian dengan arah umum perapisan berarah Barat- Timur. Penamaan satuan batuan ini didasarkan atas ciri-ciri litologi. Warna segar kecoklatan warna lapuk coklat kehitaman, tekstur klastik  struktur berlapis.
Umur satuan batuan ini diperkirakan antar  Eosen Tengah sampai Eosen Bawah, hubungan stratigrafi dengan satuan batuan dibawahnya adalah selaras..
Satuan Batan Beku intrusi
Penyebaran satuan batuan meliputi bulu bottusua dan bulu watu. Kenampakan batuan ini dalam keadaan segarberwarna abu-abu kehitaman, struktur Massiv, warna mineral penyusun umumnya Mafik dan ada mineral Felsic. Umur batuan beku intrusi ini adalah Miosen berdasarkan hasil radiometri K/Ar  terhadap mineral Hornblende.

LOKASI PRAKTEK
Praktek lapang ini dilaksanakan di Desa Biangkeke Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng.

WAKTU PELAKSANAAN
Praktek lapang ini dilaksanakan selamadua hari yaitu pada hari sabtu tanggal 5-7 desember2014

PESERTA PRAKTEK
Praktek lapang ini diikuti oleh:
Mahasiswa yang memprogram mata kuliah Geologi Struktur dan Lapangan sebanyak 44 orang.
Pembimbing:
Satu  (1) orang dosen
Sembilan (9) orang asisten

ALAT DAN BAHAN
Alat
Adapun alat yang digunakan di lapangan adalah sebagai berikut:

Kompas Geologi
Palu Geologi
Buku Lapangan
Peta Topografi
Kantong Sampel
Meteran Jahit
Roll Meter
Papan Pengalas
Pensil HB
Spidol Permanent
Pensil Warna
Ransel
Tas Pinggang
Busur Derajat
Mistar
Jas Hujan
Senter
Kertas A4
Lup
Bahan
Adapun bahan yang digunakan untuk praktek lapang ini adalah:
HCl 0,1N
RINCIAN ANGGARAN

Transportasi : 9 x 900.000 = Rp 8.100.000
Konsumsi : 44(7) x 15.000 = Rp 4.670.000
Uang Rumah : 3 x 1.500.00 = Rp 4.500.000
Uang Ceklok : = Rp    300.000
Dan lain-lain : = Rp    500.000
Total = Rp 18.070.000


Makassar,   28 November 2014
Panitia Pelaksana Praktek Lapang Mata Kuliah
Geologi Struktur Lapang

           Ketua Panitia          Sekretaris Panitia


      Jumadil Akbar A.R         Sakinah
        NIM: 1215141009         NIM: 1215141006






Tidak ada komentar:

Posting Komentar