Translate

Jumat, 23 Oktober 2015

BENTUK-BENTUK DAN SYSTEM SUSUNAN SUMBU KRISTAL

Bentuk-Bentuk Kristal
Mineral dapat kita definisikan sebagai bahan padat anorganik yang terdapat secara alamiah, yang terdiri dari unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu, dimana atom-atom didalamnya tersusun mengikuti suatu pola yang sistimatis. Mineral dapat kita jumpai dimanamana disekitar kita, dapat berwujud sebagai batuan, tanah, atau pasir yang diendapkan pada dasar sungai. Beberapa daripada mineral tersebut dapat mempunyai nilai ekonomis karena didapatkan dalam jumlah yang besar, sehingga memungkinkan untuk ditambang seperti emas dan perak. Mineral, kecuali beberapa jenis, memiliki sifat, bentuk tertentu dalam keadaan padatnya, sebagai perwujudan dari susunan yang teratur didalamnya. Apabila kondisinya memungkinkan, mereka akan dibatasi oleh bidang-bidang rata, dan diasumsikan sebagai bentuk-bentuk yang teratur yang dikenal sebagai “kristal”.
Dengan demikian, kristal secara umum dapat di-definisikan sebagai bahan padat yang homogen yang memiliki pola internal susunan tiga dimensi yang teratur. Studi yang khusus mempelajari sifat-sifat, bentuk susunan dan cara-cara terjadinya bahan padat tersebut dinamakan kristalografi.
Terdapat dua cara untuk dapat mengenal suatu mineral, yang pertama adalah dengan cara mengenal sifat fisiknya. Yang termasuk dalam sifat fisik mineral adalah (1) bentuk kristalnya, (2) berat jenis, (3) bidang belah, (4) warna, (5) kekerasan, (6) goresan, dan (7) kilap. Adapun cara yang kedua adalah melalui analisa kimiawi atau analisa difraksi sinar X, cara ini pada umumnya sangat mahal dan memakan waktu yang lama.
Berikut ini adalah sifat-sifat fisik mineral yang dapat dipakai untuk mengenal mineral secara cepat, yaitu: Bentuk kristal (crystall form): Apabila suatu mineral mendapat kesempatan untuk berkembang tanpa mendapat hambatan, maka ia akan mempunyai bentuk kristalnya yang khas. Tetapi apabila dalam perkembangannya ia mendapat hambatan, maka bentuk kristalnya juga akan terganggu. Setiap mineral akan mempunyai sifat bentuk kristalnya yang khas, yang merupakan perwujudan kenampakan luar, yang terjadi sebagai akibat dari susunan kristalnya didalam. Pada gambar 3.1 diperlihatkan bentuk bentuk kristal ”Isometrik” dan ”Non-Isometrik”. Untuk dapat memberikan gambaran bagaimana suatu bahan padat yang terdiri dari mineral dengan bentuk kristalnya yang khas dapat terjadi, kita contohkan suatu cairan panas yang terdiri dari unsur-unsur Natrium dan Chlorit. Selama suhunya tetap dalam keadaan tinggi, maka ion-ion tetap akan bergerak bebas dan tidak terikat satu dengan lainnya. Namun begitu suhu cairan tersebut turun, maka kebebasan bergeraknya akan berkurang dan hilang, selanjutnya mereka mulai terikat dan berkelompok untuk membentuk persenyawaan “Natrium Chlorida”. Dengan semakin menurunnya suhu serta cairan mulai mendingin, kelompok tersebut semakin tumbuh membesar dan membentuk mineral “Halit” yang padat. Mineral “kuarsa”, dapat kita jumpai hampir disemua batuan, namun umumnya pertumbuhannya terbatas. Meskipun demikian, bentuknya yang tidak teratur tersebut masih tetap dapat memperlihatkan susunan ion-ionnya yang ditentukan oleh struktur kristalnya yang khas, yaitu bentuknya  yang berupa prisma bersisi enam. Tidak perduli apakah ukurannya sangat kecil atau besar karena pertumbuhannya yang sempurna, bagian dari prisma segi enam dan  besarnya sudut antara bidang-bidangnya akan tetap dapat dikenali.


Kristal mineral intan, dapat dikenali dari bentuknya yang segi-delapan atau “oktahedron” dan mineral grafit dengan segi-enamnya yang pipih, meskipun keduanya mempunyai susunan kimiawi yang sama, yaiut keduanya terdiri dari unsur Karbon (C). Perbedaan bentuk kristal tersebut terjadi karena susunan atom karbonnya yang berbeda.
Berat jenis (specific gravity): Setiap mineral mempunyai berat jenis tertentu. Besarnya ditentukan oleh unsur-unsur pembentuknya serta kepadatan dari ikatan unsur-unsur tersebut dalam susunan kristalnya. Umumnya “mineral mineral pembentuk batuan”, mempunyai berat jenis sekitar 2.7, meskipun berat jenis rata-rata unsur metal didalamnya berkisar antara 5. Emas murni umpamanya, mempunyai berat jenis 19.3.
Bidang belah (fracture): Mineral mempunyai kecenderungan untuk pecah melalui suatu bidang yang mempunyai arah tertentu. Arah tersebut ditentukan oleh susunan dalam dari atom-atomnya. Dapat dikatakan bahwa bidang tersebut merupakan bidang “lemah” yang dimiliki oleh suatu mineral.
Warna (color): Warna mineral memang bukan merupakan penciri utama untuk dapat membedakan antara mineral yang satu dengan lainnya. Namun paling tidak ada warnawarna yang khas yang dapat digunakan untuk mengenali adanya unsur tertentu didalamnya. Sebagai contoh warna gelap dipunyai mineral, mengindikasikan terdapatnya unsur besi. Disisi lain mineral dengan warna terang, diindikasikan banyak mengandung aluminium.
Kekarasan (hardness): Salah satu kegunaan dalam mendiagnosa sifat mineral adalah dengan mengetahui kekerasan mineral. Kekerasan adalah sifat resistensi dari suatu mineral terhadap kemudahan mengalami abrasi (abrasive) atau mudah tergores (scratching). Kekerasan suatu mineral bersifat relatif, artinya apabila dua mineral saling digoreskan satu dengan lainnya, maka mineral yang tergores adalah mineral yang relative lebih lunak dibandingkan dengan mineral lawannya. Skala kekerasan mineral mulai dari yang terlunak (skala 1) hingga yang terkeras (skala 10) diajukan oleh Mohs dan dikenal
 sebagai Skala Kekerasan Mohs.






System Kristal
 Kita disini membahas konsep dasar sumbu kristalografi. seperti yang akan kita lihat, sumbu didefinisikam berdasarkan simetri kisi dan kristal. setiap sistem kristal memiliki ketentuan berbeda yang mendefinisikan orientasi sumbu dan panjang relatif sumbu. Definisi Kristal
Menurut bahasanya Kristal berasal dari bahasa Yunani yaitu krustallos yang berarties atau sesuatu yang menyerupai es. Kristal merupakan padatan homogeny yang dibatasioleh bidang-bidang datar(bidang muka) yang teratur dan mempunyai susunan atom danmolekul dalam keadaan teratur pula. Selain dari definisi ini terdapat pula berbagai definisiKristal dari beberapa ahli.1.WikipediaKristal adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion penyusunnya terkemassecara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi.2.SnechalKristal merupakan padatan yang secara esensial mempunyai pola difraksi tertentu.3.Djauhari NoorKristal di definisikan sebagai mineral yang memiliki sifat dan bentuk tertentudalam keadaan padatnya sebagai perwujudan dari susunan yang teratur di dalamnya.Dari beberapa definisi diatas dapat kita pahami bahwa Kristal merupakan benda padat yang memiliki bentuk tertentu dan teratur secara geometris hal ini dikarenakansinkronisasi antar atom dan molekul yang membentuk Kristal tersebut.
2.2.Sistem Kristal dan Dasar Penggolonganya
Jika kita berbicara mengenai mineral, tidak akan terlepas dari bahan yang menjadi penyusun mineral tersebut. Mineral –  mineral umumnya merupakan gabungan atausenyawa dari berbagai unsur. Senyawa– senyawa ini dalam “pertumbuhannya” akan membentuk bangun –  bangun simetris atau asimetris yang disebut kristal.
Sedangkan  bentuk kristal yang terdapat di bumi sangat banyak sekali ragamnya, dari bentuk yang paling sederhana sampai yang sangat rumit. Bentuk-bentuk Kristal yang terdapat di bumi dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok dasar pembagian ini berdasarkan jumlah sumbu Kristal, letak atau posisi sumbu krisatal terhadap sumbu  ain, besarnya parameter masing-masing sumbu dan simetri sumbu “c” dari sumbu Kristal.
Dari beberapa sistem kristal dapat dibagi lebih lanjut menjadi kelas-kelas kristalyang jumlahnya 32 kelas, tapi untuk sementara kita mempelajari 7 Sistem Kristal yangutama. Penentuan klasikasi kristal tergantung dari banyaknya unsur-unsur simetri yangterkandung di dalamnya. Unsur-unsur simetri tersebut meliputi:1. Bidang simetri Bidang simetri adalah bidang yang dapat membelah kristal menjadi 2 bagian yang sama,dimana bagian yang satu merupakan bayangan dari yang lain. Bidang simetri ini dapatdibedakan menjadi dua, yaitu bidang simetri aksial dan bidang simetri menengah.2. Sumbu simetriSumbu simetri adalah garis bayangan yang dibuat melewati/menembus pusat kristal, dan bila kristal diputar dengan poros sumbu tersebut sejauh satu putaran penuh akandidapatkan beberapa kali kenampakan yang sama.3. Pusat simetriSuatu kristal dikatakan mempunyai pusat simetri bila kita dapat membuat garis bayangantiap-tiap titik pada permukaan kristal menembus pusat kristal dan akan menjumpai titikyang lain pada permukaan di sisi yang lain dengan jarak yang sama terhadap pusat kristal pada garis bayangan tersebut. Atau dengan kata lain, kristal mempunyai pusat simetri bilatiap bidang muka kristal tersebut mempunyai pasangan dengan kriteria bahwa bidang yang berpasangan tersebut berjarak sama dari pusat kristal, dan bidang yang satu merupakanhasil inversi melalui pusat kristal dari bidang pasangannya.Kristal dapat diklasifikasikan menjadi tujuh kelompok besar, yang disebut system kristal.Ke-7 kelompok sistem kristal itu yaitu :1. sistem isometrik2. sistem hexagonal3. sistem trigonal4. sistem tetragonal5. sistem orthorombik6. sistem monoklin7. sistem triklin
2.2.1. Sistem Isometrik / Kristal Kubus
Sistem Isometrik adalah sistem kristal yang paling simetri dalam ruang tigadimensi. Sistem ini tersusun atas tiga garis kristal berpotongan yang sama panjang dansama sudut potong satu sama lain, sistem ini berbeda dengan sistem lain dari berbagaisudut pandang. Sistem ini tidak berpolar seperti yang lain, yang membuatnya lebih mudahdikenal. Kata isometrik berarti berukuran sama, terlihat pada struktur tiga dimensinya yangsama simetri, atau dikenal pula dengan sistem kristal kubus atau kubik. Jumlah sumbukristalnya ada tiga dan saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Dengan perbandingan panjang yang sama untuk masing-masing sumbunya.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Isometrik memiliki axial ratio(perbandingan sumbu a = b = c, yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalnya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama lain(90˚).
Krital kubus menurut bentuknya dibagi menjai 3(tiga) yaitu kubus sederhana (simplecubic/ SC), kubus berpusat badan (body-centered cubic/ BCC) dan kubus berpusat muka(Face-centered Cubic/ FCC).Berikut bentuk dari ketiga jenis kubus tersebut:Kubus sederhana,Pada bentuk kubus sederhana, masing-masing terdapat satu atom pada semua sudut (pojok)kubus.Pada kubus BCC, masing-masing terdapat satu atom pada semua pojok kubus, dan terdapatsatu atom pada pusat kubus (yang ditunjukkan dengan atom warna biru).Pada kubus FCC, selain terdapat masing-masing satu atom pada semua pojok kubus, jugaterdapat atom pada diagonal dari masing-masing sisi kubus (yang ditunjukkan denganatom warna merah).



Gambar 1 Sistem Isometrik
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem Isometrik memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 3.
Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan nilai1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c juga ditarik garis dengan nilai 3  (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal inimenjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu bˉ.  Sistem isometrik dibagi menjadi 5 Kelas :
Tetaoidal
Kelas : Ke-28, Simetri : 2 3
Elemen Simetri : Terdapat empat sumbu putar tiga, dan tiga sumbu putar dua.
Garis Sumbu Kristal : Tiga garis yang sama disimbolkan dengan a1, a2, dan a3
Sudut : Ketiga-tiganya 90o
Bentuk Umum : Tetartoidal yang unik, serta pyritohedron, kubik, deltoidaldodecahedron, pentagonal dodecahedron, rhombik dodecahedron, dan tetrahedron.
Mineral yang Umum : Changcengit, Korderoit, Gersdorffit, Langbeinit, Maghemit, Micherenit, Pharmacosiderit, Ullmanit  , dan lain-lain.
Gyroida
Kelas : Ke-30, Simetri : 4 3 2
Elemen Simetri : Terdapat tiga sumbu putar empat, dan empat sumbu putar tiga,dan enam sumbu putar dua
Garis Sumbu Kristal : Tiga garis yang sama disimbolkan dengan a1, a2, dan a3
Sudut : Ketiga-tiganya 90O
Bentuk Umum : Diploid dan pyritohedron dan juga kubik, octahedron, rhombikdodecahedron, trapezohedron dan yang jarang trisoctahedron.
Mineral yang Umum :  Pyrite, Kobaltit, Kliffordit, Haurit, Penrosit, Tychit, Laurit, dan lain-lain.
Diploida
Kelas : Ke-29, Simetri : 2/m 3bar
Elemen Simetri : Terdapat empat sumbu putar tiga, dan tiga sumbu putar dua, dantiga bidang kaca dan satu pusat.
Garis Sumbu Kristal : Tiga garis yang sama disimbolkan dengan a1, a2, dan a3
Mineral yang Umum : Flurit, Galena, Intan, Tembaga, Besi, Timah, Platina, Perak, Emas, Halit, Bromargyrit, Kllorargirit, Murdosit, Piroklor, kelompok Garnet,  sebagian besar kelompok Spinel, Uraninit   dan lain-lain.Beberapa contoh mineral dengan system kristal Isometrik ini adalah gold, pyrite, galena, halite, Fluorite (Pellant, chris: 1992).
Hextetrahedral
Kelas : Ke-31, Simetri : 4bar 3/m
Elemen Simetri : Terdapat empat sumbu putar tiga, dan tiga sumbu putar empat,dan enam bidang kaca.
Sumbu Kristal : Tiga sumbu sama panjang yang disebut a1, a2, dan a3.
Sudut : Ketiga-tiganya 90o
Bentuk Umum : Empatsisi, tristetrahedron, deltoidal dodecahedron, danhekstetrahedron serta yang jarang kubik, rhombik dodecahedron dan tetraheksahedron.
Mineral yang Umum : Sodalit, Sphalerit, Domeykit, Hauyne, Lazurit, Rhodizit, danlain-lain.
Hexoctahedral
Kelas : Ke-32, Simetri : 4/m 3bar 2/m
Elemen Simetri : Merupakan kelas yang paling simetri untuk bidang tiga dimensidengan empat sumbu putar tiga, dan tiga sumbu putar dua, dan sumbu putar dua,dengan sembilan bidang utama dan satu pusat.
Garis Sumbu Kristal : Tiga garis yang sama disimbolkan dengan a1, a2, dan a3
Sudut : Ketiga-tiganya 90o
Bentuk Umum : Kubik, bidang delapan, bidang duabelas, dan trapezium. Dankadang-kadang trisoktahedron, tetraheksahedron, dan heksotahedron.
Bentuk Umum : Kubik, octahedron, dodecahedron, dan trapezohedron, serta yang jarang trisoctahedron dan tetraheksahedron.
Mineral yang Umum : Cuprit, Voltait, dan Sal Amoniak.



2.2.2. Sistem Tetragonal
Sama dengan system Isometrik, sistem kristal ini mempunyai 3 sumbu kristal yangmasing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang sama.Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek. Tapi pada umumnyalebih panjang. Pada kondisi sebenarnya, Tetragonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, semuasudut kristalografinya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama lain (90˚).

 Gambar 2 Sistem Tetragonal
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal Tetragonalmemiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a ditarik garisdengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengannilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚.Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu bˉ. Sistem tetragonal dibagi menjadi 7 kelas:
Trapezohedral/Trapezohedral
Kelas : Ke-26, Simetri : 4/m 2/m 2/m
Elemen Simetri : Terdapat satu sumbu putar empat, dua sumbu putar dua,semuanya berpotongan tegak lurus ke sumbu putar lain.
Sumbu Kristal : Dua sumbu a1 dan – a1 keduanya sama, dengan satu sumbu (sumbuc) bisa lebih panjang atau pendek dari kedua sumbu lainnya.
Sudut : Semuanya memiliki sudut 90o
Bentuk Umum : Tetragonal trapezohedron, ditetragonal prism, tetragonal prism,tetragonal dipyramid, dan basal pinakoid.
Mineral yang Umum : Wardit dan Kristobalit.
Ditetragonal Piramid/ Ditetragonal Pyramidal
Kelas : Ke-25, Simetri : 4/m
Elemen Simetri : Terdapat satu sumbu putar empat dan empat bidang simetri.
Sumbu Kristal : Dua sumbu a1 dan -a1 keduanya sama, dengan satu sumbu (sumbuc) bisa lebih panjang atau pendek dari kedua sumbu lainnya.
Sudut : Semuanya memiliki sudut 90o
Bentuk Umum : Ditetragonal pyramid, ditetragonal prism, tetragonal prism,tetragonal pyramid, dan pedion.
Mineral yang Umum : Diaboleit, Diomignit, Fresnoit, ematophanit, dan Routhierit.
Skalenohedral / Scalahedral
Kelas : Ke-24, Simetri : 4bar 2/m
Elemen Simetri : Terdapat satu sumbu putar empat, dan dua sumbu putar dua, dandua bidang simetri.
Sumbu Kristal : Dua sumbu a1 dan -a1 keduanya sama, dengan satu sumbu (sumbuc) bisa lebih panjang atau pendek dari kedua sumbu lainnya.
Sudut : Semuanya memiliki sudut 90o
Bentuk Umum : Tetragonal scalahedron, disphenoid, ditetragonal prism, tetragonal prism, tetragonal dipyramid, dan pinakoid.
Mineral yang Umum : Kalkopirit dan  Stannit  termasuk Akermanit, Hardistonit, Melilit, Urea, Luzonit, Pirquitasit, Renierit, dan Tetranatrolit.
Ditetragonal Bipiramid/ Ditetragonal Dipyramidal
Kelas : Ke-27, Simetri : 4/m 2/m 2/m
Elemen Simetri : Terdapat satu sumbu putar empat, sumbu putar dua, lima sumbusimetri.
Sumbu Kristal : Dua sumbu a1 dan  – a1 keduanya sama, dengan satu sumbu (sumbuc ) bisa lebih panjang atau pendek dari kedua sumbu lainnya.
Sudut : Semuanya memiliki sudut 90o
Bentuk Umum : Ditetragonal dipiramid, tetragonal dipiramid, ditetragonal prism,tetragonal prism, dan basal pinakoid.
Mineral yang Umum : Apophylit, Autunit, Meta-Autunit, Torbernit, Meta-Torbernit, Xenotime, Carletonit, Plattnerit, Zircon, Hausmannit, Pyrolusit, Thorite, Anatase, Rilit, Casiterit dan lain-lain.
Tetragonal Dipyramidal
Kelas : Ke-23, Simetri : 4/m
Elemen Simetri : Terdapat satu sumbu putar empat dan satu bidang simetri.
Sumbu Kristal : Dua sumbu a1 dan – a1 keduanya sama, dengan satu sumbu (sumbuc ) bisa lebih panjang atau pendek dari kedua sumbu lainnya.
Sudut : Semuanya memiliki sudut 90o
Bentuk Umum : Tetragonal dipiramid, tetragonal prism, dan pinakoid.
Mineral yang Umum : Scapolit, Wulfenite, Vesuvianit, Powellit, Narsarsukit, Meta- Zeunerit, Leucit, Fergusonit, dan Scheelit. Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Tetragonal ini adalah rutil, autunite, pyrolusite, Leucite, scapolite (Pellant, Chris: 1992) dan Kalkopirit (atau tembaga-besi sulfida).
Tetragonal Disphenoidal
Kelas : Ke-22, Simetri : 4bar
Elemen Simetri : Terdapat satu sumbu putar empat.
Sumbu Kristal : Dua sumbu a1 dan -a1 keduanya sama, dengan satu sumbu (sumbuc ) bisa lebih panjang atau pendek dari kedua sumbu lainnya.
Sudut : Semuanya memiliki sudut 90o
Bentuk Umum : Tetragonal disphenoidal, tetragonal prism, dan pinakoid.
Mineral yang Umum : Cahnit, Minium, Nagyagit, Tugtupit, dan beberapa yang jarang seperti Krookesit, Meliphanit, Schreibersit, dan Vincentit.
Tetragonal Pyramidal
Kelas : Ke-21, Simetri : 4
Elemen Simetri : Terdapat satu sumbu putar empat.
Sumbu Kristal : Dua sumbu a1 dan -a1 keduanya sama, dengan satu sumbu (sumbuc) bisa lebih panjang atau pendek dari kedua sumbu lainnya.
Sudut : Semuanya memiliki sudut 90o
Bentuk Umum : Tetragonal piramid, tetragonal prism, dan pedion.
Mineral yang Umum : Wulfenit  (diragukan), Pinnoit, Piypit dan Richelit.


 
2.2.3. Sistem Hexagonal
Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus terhadap ketiga sumbulainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk sudut 120˚ terhadap satu sama lain. Sambu a, b, dan d memiliki panjang sama. Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih panjang).Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Hexagonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α= β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut α dan β saling tegak lurus danmembentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ.
 
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem Hexagonalmemiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a ditarik garisdengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 20˚ ;dˉ^b+= 40˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 20˚ terhadapsumbu bˉ dan sumbu dˉ membentuk sudut 40˚ terhadap sumbu b+. Sistem ini dibagi menjadi 7:
Hexagonal Piramid
Kelas : ke-14Simetri : 6Elemen Simetri : hanya terdapat 1 sumbu putar enam.
Hexagonal Bipramid
Kelas : ke-16Simetri : 6/mElemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 1 bidang simetri
Dihexagonal Piramid
Kelas : ke-18Simetri : 6 m mElemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 6 bidang simetri
Dihexagonal Bipiramid
Kelas : ke-20Simetri : 6/m 2/m 2/mElemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 6 sumbu putar dua, 7 bidang simetrimasing-masing berpotongan tegak lurus terhadap salah satu sumbu rotasi dan satu pusat
Trigonal Bipiramid
Kelas : ke-1Simetri : 6bar (ekuivalen dengan 6/m)Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 1 bidang simetri
Ditrigonal Bipiramid
Kelas : ke-17Simetri : 6bar 2mElemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 3 sumbu putar dua, dan 4 bidangsimetri
Hexagonal Trapezohedral
Kelas : ke-19Simetri : 6 2 2Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 6 sumbu putar duaBeberapa contoh mineral dengan sistem kristal Hexagonal ini adalah quartz,corundum, hematite, calcite, dolomite, apatite.(Mondadori, Arlondo. 1977)dan beril.


2.2.4. Sistem Trigonal
Jika kita membaca beberapa referensi luar, sistem ini mempunyai nama lain yaituRhombohedral, selain itu beberapa ahli memasukkan sistem ini kedalam sistem kristalHexagonal. Demikian pula cara penggambarannya juga sama. Perbedaannya, bila padasistem Trigonal setelah terbentuk bidang dasar, yang terbentuk segienam, kemudiandibentuk segitiga dengan menghubungkan dua titik sudut yang melewati satu titiksudutnya.
Pada kondisi sebenarnya, Trigonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b = d ≠ c, yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapitidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚.Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚terhadap sumbu γ.

Gambar 4 Sistem Trigonal
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal Trigonalmemiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a ditarik garisdengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengannilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 20˚ ;dˉ^b+= 40˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 20˚ terhadapsumbu bˉ dan sumbu dˉ membentuk sudut 40˚ terhadap sumbu b+. Sistem ini dibagi menjadi 5 kelas:
Trigonal pyramid
Trigonal Trapezohedral
Kelas : ke-12
Simetri : 32 Elemen Simetri : ada 1 sumbu putar tiga, 3 sumbu putar dua.
Ditrigonal Piramid
Kelas : ke-11Simetri : 3mElemen Simetri : ada 1 sumbu putar tiga dan 3 bidang simetri
Ditrigonal Skalenohedral
Kelas : ke-13Simetri : 3bar 2/mElemen Simetri : ada 1 bidang putar tiga, 3 bidang putar dua, 3 bidang simetri
Rombohedral
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Trigonal ini adalah tourmaline dancinabar  (Mondadori, Arlondo. 1977)

 

Gbr.tourmaline and quartz
2.2.5. Sistem Orthorhombik
Sistem ini disebut juga sistem Rhombis dan mempunyai 3 sumbu simetri kristal yangsaling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjangyang berbeda.Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Orthorhombik memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, ketiga sudutnya saling tegak lurus (90˚).
 
Gambar 5 Sistem Orthorhombik
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem Orthorhombikmemiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akanmenjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30˚ terhadapsumbu bˉ. Sistem ini dibagi menjadi 3 kelas:
Bisfenoid
Kelas : ke-7Simetri : 2 2 2
Elemen Simetri : ada 3 sumbu putar
Piramid
Kelas : ke-6Simetri : 2 mElemen Simetri : ada 1 sumbu putar dua dan 2 bidang
Bipiramid
Kelas : ke-8Simetri : 2/m 2/m 2/mElemen Simetri : ada 3 sumbu putar dua dengan sebuah bidang simetri yang berpotongantegak lurus dengan ketiga sumbu dan sebuah pusat.ketiga sumbu dan sebuah pusatBeberapa contoh mineral denga sistem kristal Orthorhombik ini adalah stibnite,chrysoberyl, aragonite dan witherite (Pellant, chris. 1992) dan topas.


2.2.6. Sistem Monoklin
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yangdimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus terhadap sumbu c, tetapisumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjangyang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan sumbu b paling pendek.
Pada kondisi sebenarnya, sistem Monoklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ≠ γ. Hal ini berarti, pada ancer ini, sudut α dan β saling tegak lurus (90˚), sedangkan γ tidak tegak lurus (miring).

Gambar 6 Sistem Monoklin
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal Monoklinmemiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akanmenjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 45˚ terhadapsumbu bˉ. Sistem Monoklin dibagi menjadi 3 kelas:
Sfenoid
Kelas : ke-4Simetri : 2Elemen Simetri : 1 sumbu putar
Doma
Kelas : ke-3Simetri : mElemen Simetri : 1 bidang simetri
Prisma
 Kelas : ke-5
Simetri : 2/mElemen Simetri : 1 sumbu putar dua dengan sebuah bidang simetri yang berpotongan tegaklurusBeberapa contoh mineral dengan ancer kristal Monoklin ini adalah azurite,malachite, colemanite, gypsum, dan epidot (Pellant, chris. 1992) dan augit.


2.2.7. Sistem Triklin
Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak saling tegaklurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama.Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Triklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β ≠ γ ≠ 90˚. Hal ini berarti, pada system ini, sudut α, β dan γ tidak saling tegak lurus satu dengan yang lainnya.
 

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, Triklin memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan menjadiukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ =45˚ ; bˉ^c+= 80˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 45˚ terhadapsumbu bˉ dan bˉ membentuk sudut 80˚ terhadap c+. Sistem ini dibagi menjadi 2 kelas:
Pedial
Kelas : ke-1Simetri : 1Elemen Simetri : hanya sebuah pusat
Pinakoidal
Kelas : ke-2Simetri : 1barElemen Simetri : hanya sebuah pusatBeberapa contoh mineral dengan ancer kristal Triklin ini adalah albite, anorthite,labradorite, kaolinite, microcline dan anortoclase (Pellant, chris. 1992)
 
Gbr. Felspar albit



DAFTAR PUSTAKA
http://www.academia.edu/5562319/Tugas_Krismin?login=&email_was_taken=true&login=&email_was_taken=true
http://www.academia.edu/8358315/TUGAS_KRISTAL_DAN_MINERAL_Sistem_Kristal?login=&email_was_taken=true
http://ciripo.wordpress.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar