Translate

Jumat, 23 Oktober 2015

GEOMORFOLOGI

BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang

Geomorfologi ( geomorphology ) adalah ilmu tentang roman muka bumi beserta aspek-aspek yang mempengaruhinya. Geomorfologi bisa juga merupakan salah satu bagian dari geografi. Di mana geomorfologi yang merupakan cabang dari ilmu geografi, mempelajari tentang bentuk muka bumi, yang meliputi pandangan luas sebagai cakupan satu kenampakan sebagai bentang alam (landscape) sampai pada satuan terkecil sebagai bentuk lahan (landform) (2012).
Hubungan geomorfologi dengan kehidupan manusia adalah dengan adanya pegunungan-pegunungan, lembah, bukit, baik yang ada didarat maupun di dasar laut.Dan juga dengan adanya bencana alam seperti gunung berapi, gempa bumi, tanah longsor dan sebagainya yang berhubungan dengan lahan yang ada di bumi yang juga mendorong manusia untuk melakukan pengamatan dan mempelajari bentuk-bentuk geomorfologi yang ada di bumi. Baik yang dapat berpotensi berbahaya maupun aman. Sehingga dilakukan pengamatan dan identifikasi bentuk lahan (2012).
Istilah bentang lahan berasal dari kata landscape (Inggris) atau landscap (Belanda) atau landschaft  (Jerman), yang secara umum berarti pemandangan. Arti pemandangan mengandung dua aspek, yaitu aspek visual dan aspek estetika pada suatu lingkungan tertentu (Zonneveld, 1979 dalam Tim Fakultas Geografi UGM,1996. Untuk mengadakan analisis bentanglahan diperlukan suatu unit analisis yang lebih rinci. Dengan mengacu pada definisi bentang lahan tersebut. maka dapat dimengerti, bahwa unit analisis yang sesuai adalah unit bentuk lahan. Oleh karena itu, untuk menganalisis dan mengklasifikasi bentang lahan selalu mendasarkan pada  kerangkakerja bentuklahan.
Berdasarkan pengertian bentanglahan seperti di atas, maka dapat diketahui, bahwa ada delapan anasir bentanglahan. Kedelapan anasir bentanglahan itu adalah udara, tanah, air, batuan, bentuklahan, flora, fauna, dan manusia (2012).
Bentuk lahan adalah bagian dari permukaan bumi yang memiliki bentuk topografis khas, akibat pengaruh kuat dari proses alam dan struktur geologis pada material batuan dalam ruang dan waktu kronologis tertentu. Bentuk lahan terdiri dari sistem Pegunungan, Perbukitan, Vulkanik, Karst, Alluvial, Dataran sampai Marine terbentuk oleh pengaruh batuan penyusunnya yang ada di bawah lapisan permukaan bumi. Pada makalah ini akan dijelaskan kembali apa yang dimaksud dengan bentang lahan yang terbentuk berasal dari proses pelarutan (2012).

B.   Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:
1.     Apa yang dimaksud dengan bentuk lahan dan apa saja jenis-jenisnya ?
2.     Apa yang dimaksud dengan bentuklahan antropogenik/antrophosper?
3.     Aktivitas apa saja yang menyebabkan bentuklahan antropogenik/ antrophosper?
4.     Apa saja contoh-contoh bentuklahan tersebut?

C.   Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui apa yang dimaksud dengan bentuklahan dan jenis-jenisnya
2.      Mengetahui apa yang dimaksud dengan bentuklahan antropogenik/ antrophosper beserta contoh-contohnya
3.      Mengetahui apa saja aktivitas manusia yang menyebabkan terbentuknya lahan antropogenik/ antrophosper.





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Bentuk Lahan
Menurut Strahler (1983), bentuk lahan adalah konfigurasi permukaan lahan yang dihasilkan oleh proses alam. Lebih lanjut Whitton (1984) menyatakan bahwa bentuklahan merupakan morfologi dan karakteristik permukaan lahan sebagai hasil interaksi antara proses fisik dan gerakan kerak dengan geologi lapisan permukaan bumi. Berdasarkan kedua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa bentuklahan merupakan bentang permukaan lahan yang mempunyai relief khas karena pengaruh kuat dari struktur kulit bumi dan akibat dari proses alam yang bekerja pada batuan di dalam ruang dan waktu tertentu. Masing-masing bentuklahan dicirikan oleh adanya perbedaan dalam hal struktur dan proses geomorfologi, relief/topografi dan material penyusun (Zmit, 2013).
Struktur geomorfologi memberikan informasi tentang asal-usul (genesa) dari bentuklahan. Proses geomorfologi dicerminkan oleh tingkat pentorehan atau pengikisan, sedangkan relief ditentukan oleh perbedaan titik tertinggi dengan titik terendah dan kemiringan lereng. Relief atau kesan topografi memberikan informasi tentang konfigurasi permukaan bentuklahan yang ditentukan oleh keadaan morfometriknya. Litologi memberikan informasi jenis dan karakteristik batuan serta mineral penyusunnya, yang akan mempengaruhi pembentukan bentuklahan  (Zmit, 2013).
Verstappen (1983) telah mengklasifikasikan bentuklahan berdasarkan genesisnya menjadi 10 (sepuluh) macam bentuklahan asal proses, yaitu:
  1. Bentuklahan asal proses volkanik (V), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat aktivitas gunung api. Contoh bentuklahan ini antara lain: kerucut gunungapi, madan lava, kawah, dan kaldera.
  2. Bentuklahan asal proses struktural (S), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat pengaruh kuat struktur geologis. Pegunungan lipatan, pegunungan patahan, perbukitan, dan kubah, merupakan contoh-contoh untuk bentuklahan asal struktural.
  3. Bentuklahan asal fluvial (F), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat aktivitas sungai. Dataran banjir, rawa belakang, teras sungai, dan tanggul alam merupakan contoh-contoh satuan bentuklahan ini.
  4. Bentuklahan asal proses solusional (S), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses pelarutan pada batuan yang mudah larut, seperti batu gamping dan dolomite, karst menara, karst kerucut, doline, uvala, polye, goa karst, dan logva, merupakan contoh-contoh bentuklahan ini.
  5. Bentuklahan asal proses denudasional (D), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses degradasi seperti longsor dan erosi. Contoh satuan bentuklahan ini antara lain: bukit sisa, lembah sungai, peneplain, dan lahan rusak.
  6. Bentuklahan asal proses eolin (E), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses angin. Contoh satuan bentuklahan ini antara lain: gumuk pasir barchan, parallel, parabolik, bintang, lidah, dan transversal.
  7. Bentuklahan asal proses marine (M), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses laut oleh tenaga gelombang, arus, dan pasang-surut. Contoh satuan bentuklahan ini adalah: gisik pantai (beach), bura (spit), tombolo, laguna, dan beting gisik (beach ridge). Karena kebanyakan sungai dapat dikatakan bermuara ke laut, maka seringkali terjadi bentuklahan yang terjadi akibat kombinasi proses fluvial dan proses marine. Kombinasi ini disebut proses fluvio-marine. Contoh-contoh satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses fluvio marine ini antara lain delta dan estuari.
  8. Bentuklahan asal glasial (G), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses gerakan es (gletser). Contoh satuan bentuklahan ini antara lain lembah menggantung dan morine.
  9. Bentuklahan asal organik (O), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat pengaruh kuat aktivitas organisme (flora dan fauna). Contoh satuan bentuklahan ini adalah mangrove dan terumbu karang.
  10. Bentuklahan asal antropogenik (A), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat aktivitas manusia. Waduk, kota, dan pelabuhan, merupakan contoh-contoh satuan bentuklahan hasil proses antropogenik.

B.   BentukLahan Asal Antropogenik
Verstappen (1983), mengemukakan bahwa ada beberapa faktor geomorfologi mayor yang berpengaruh dalam pengembangan lahan yaitu bentuk lahan, proses geomorfologis, dan kondisi tanah. Lebih lanjut dijelaskan, bahwa bentuklahan mencakup kemiringan lahan, proses geomorfologi; mencakup banjir, tanah longsor, dan bahaya dari proses alam yang merugikan, sedangkan mengenai kondisi tanah, antara lain mencakup kedalaman batuan dari pelapukan material. Karakteristik geomorfologis dalam hal ini bentuk lahan/medan memberikan informasi yang dapat menentukan dalam penggunaan lahan suatu daerah tertentu.
Antropogenik merupakan proses atau akibat yang berkaitan dengan dengan aktivitas manusia. Sehingga bentuk lahan antropogenik dapat disebut sebagai bentuk lahan yang terjadi akibat aktivitas manusia. Aktivitas tersebut dapat berupa aktivitas yang telah disengaja dan direncanakan untuk membuat bentuk lahan yang baru dari bentuk lahan yang telah ada maupun aktivitas oleh manusia yang secara tidak sengaja telah merubah bentuk lahan yang telah ada.

Bentuk lahan antropogenik dapat dibentuk dari bentuk-bentuk lahan yang telah ada. Misalnya bentuk lahan marin yang dapat berubah menjadi pelabuhan dan pantai reklamasi seperti yang terdapat pada pantai Marina Semarang, dan bentuk lahan struktural dan fluvial dapat berubah menjadi waduk serta bentuk lahan struktural dan denudasional dari bukit yang telah mengalami perubahan bentuk akibat aktivitas manusia seperti yang terjadi di bukit Ngoro Mojokerto.
Contoh dari bentuk lahan antropogenik berbeda dengan contoh dari penggunaan lahan. Misalnya sawah dan permukiman, kedua contoh ini bukan merupakan bentuk lahan antropogenik melainkan termasuk pada bentuk penggunaan lahan atau landuse karena sawah dan permukiman tidak merubah bentuk lahan yang telah ada, sawah dan permukiman hanya termasuk upaya pemanfaatan dari permukaaan bentuk lahan. Bisa saja sawah ada di dataran bentuk lahan aluvial, di lereng gunung, atau bahkan di gumuk pasir. Begitu juga dengan permukiman juga bisa terdapat di dataran rendah, dataran tinggi, lembah, maupun kaki lereng, namun keberadaan sawah dan permukiman tersebut tidak bisa digolongkan dalam bentuk lahan antropogenik.
C.   Aktivitas manusia yang menyebabkan terbentuknya lahan antropogenik/antrophosper

Manusia dan aktivitasnya dalam kehidupan sehari-hari baik secara sadar maupun tidak sadar dapat menyebabkan perubahan pada bentuk lahan yang telah ada menjadi bentuk lahan antropogenik. Aktivitas tersebut antara lain:
  • Aktivitas reklamasi misalnya pada pantai.
  • Aktivitas pembangunan pemanfaatan lahan yang menyebabkan perubahan yang mencolok pada bentuk lahan.
  • Aktivitas penambangan atau pengambilan material yang dapat menyebabkan perubahan pada bentuk lahan.
Aktivitas antropogenik di Indonesia banyak jumlahnya, namun tidak semuanya menghasilkan bentuk lahan yang potensial. Misalnya aktivitas reklamasi pada pantai dapat menyebabkan erosi dan abrasi pada pantai tersebut. Aktivitas pembangunan waduk yang kurang tepat juga menyebabkan kerusakan pada daerah tangkapan hujan sekitar waduk sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada lapisan tanah berupa rekahan dan retakan tanah. Oleh karena itu, aktivitas antropogenik dalam merubah lahan hendaknya memperhatikan dampak terhadap lahan disekitarnya.


D.   Contoh BentukLahan Antropogenik
1.     Reklamasi           
Reklamasi merupakan upaya meningkatkan sumber daya alam lahan dari aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan dengan cara pengurangan atau dengan pengeringan lahan.
Misalnya Pantai Marina Semarang, pantai ini merupakan pantai yang terbentuk karena aktivitas reklamasi. Kawasan yang direklamasi tersebut memanjang sesuai dengan bibir atau garis pantai. Daerah yang direklamasi cukup luas yaitu sekitar 200 hektar. Material yang digunakan berupa batuan vulkanik dan breksi. Pada bagian bawah diisi dengan breksi. Kemudian diatasnya diisi dengan batuan vulkanik.
Perubahan garis pantai mengakibatkan perubahan arus mengarah ke pantai. Arus yang sedianya dapat tertahan di Pantai Marina kemudian berubah arah masing-masing ke arah barat dan timur. Arus yang ke arah timur memiliki arus yang relatif besar dengan tidak membawa sedimen laut. Pada arus ini akan mengakibatkan abrasi terhadap pantai. Akibat abrasi pantai sekitar lima hektare lahan yang telah diuruk hilang.
Abrasi diduga di antaranya disebabkan perubahan pola arus yang diakibatkan anjungan/pemecah ombak yang dibangun sebuah industri di sebelah barat desa. Petambak (pemilik dan penggarap) yang hidupnya bergantung pada sumber daya pesisir mengalami kerugian akibat berkurangnya lahan tambak dan penurunan pendapatan akibat menurunnya produksi tambak dan tangkapan yang dipicu oleh abrasi dan pencemaran.
http://www.antarasumut.com/wp-content/uploads/2010/11/mangrove1.jpg
Gambar. Mangrove pencegah abrasi

Selain abrasi, reklamasi Pantai Marina secara umum berpengaruh pada terjadinya erosi pantai di Sayung, Demak. Padahal, daerah tersebut dahulunya merupakan kawasan sedimentasi. Namun sekarang kondisinya sudah berbeda jauh, di kawasan pantai itu banyak yang mengalami erosi. Reklamasi atau pengurukan kawasan pantai akan mengubah sifat arus yang kemudian berdampak pada erosi pantai di daerah lain. Karena itu, setiap ada pengurukan kawasan pantai harus diwaspadai sifat arus pantai. Sifat arus air di Pantai Semarang berputar ke timur karena pada sisi timur Semarang terdapat tanjung. Arus air yang berputar seperti itu menyebabkan rawan erosi, perubahan fisik pantai, dan sedimentasi pantai dapat berubah. Selain mengakibatkan dampak tersebut, reklamasi pantai juga akan menambah jarak tempuh air sungai. Hal ini berpengaruh pada keterbentukan sedimentasi di muara yang lama sehingga terjadi pendangkalan di sana.

http://2.bp.blogspot.com/-bYkl3Gn0CR0/T2Gtrk4G81I/AAAAAAAAAFs/vSaq8dt5gZA/s320/pantai+marina.jpg
Gambar 1. Pantai Marina Semarang

Atau contoh lainnya yaitu Kansai International Airport. Kansai International Airport (KIA) merupakan bandara internasional yang dibangun di atas lahan reklamasi di Teluk Osaka, Jepang.
http://4.bp.blogspot.com/-8s7Dn5pQhTA/T2GtqF7oZcI/AAAAAAAAAFk/KnhczlTYHPg/s320/kansai.jpg
Gambar 2. Kansai International Airport
Sumber: http://www.yudiworld.com

Sebelum pekerjaan reklamasi, sejumlah gundukan pasir dituangkan ke dalam tanah liat yang berada di dasar laut (sand drain method). Berat tanah yang dipakai karena reklamasi membuat air di tanah liat di bawah bergerak keluar sepanjang gundukan-gundukan pasir. Dengan demikian, tanah liat tersebut menjadi kuat.
http://1.bp.blogspot.com/-wwi3kxQpJ5E/T2GtoZ5IddI/AAAAAAAAAFc/7TAWOL-ZFIc/s320/kansai+2.jpg

Gambar 3. Detail Formasi Bawah Laut di Bawah International Airport

Kansai International Airport merupakan bukti kepedulian pemerintah Jepang akan solusi sebagai akibat dari semakin terbatasnya tanah yang ada di negeri matahari terbit ini. Sekaligus sebagai upaya untuk mengurangi polusi suara pada daerah-daerah hunian bagi masyarakat Jepang.
Pantai Marina dan Kansai International Airport termasuk ke dalam lahan antropogenik karena aktivitas reklamasi tersebut telah mengubah kondisi morfologi pantai. Garis pantai Marina menjadi lebih menjorok ke laut. 
2.     Waduk
Waduk adalah kolam besar tempat menyimpan air sediaan untuk berbagai kebutuhan. Waduk dibangun dengan cara membuat bendungan yang lalu dialiri air sampai waduk tersebut penuh. Waduk dapat terbentuk dari bentuk lahan lain yang telah ada. Misalnya berasal dari bentuk lahan struktural dan fluvial. Waduk merupakan bentuk lahan antropogenik karena terbentuk oleh aktivitas manusia yang merubah lahan menjadi berbentuk cekungan.
http://2.bp.blogspot.com/-_hyfmfz-QDw/T2Gtu71LuKI/AAAAAAAAAF8/OaTI7UXgIRk/s320/pluit.jpg
Gambar 4. Waduk Pluit, Jakarta

http://2.bp.blogspot.com/-0VnYi6oKlPw/T2GtwUu8y4I/AAAAAAAAAGE/FNw81D6Cdsc/s320/rusia.jpg
Gambar 5. Bendungan Inguri di Rusia

Dalam pembuatan waduk selain harus memperhatikan teknik-teknik dalam pembuatan waduk juga harus memperhatikan lingkungan sekitar agar tidak sampai merusak daerah tangkapan hujan yang dapat menyebabkan rusaknya lahan biasanya ditandai dengan rekahan dan retakan pada tanah.

3.     Pelabuhan
Menurut peraturan pemerintah RI no. 69 tahun 2001 tentang kepelabuhanan, yang dimaksud pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan atau bongkar muat barang yang di lengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi.
Pelabuhan termasuk lahan antropogenik karena bentuknya telah merubah bentuk lahan pesisir sebelumnya.
http://2.bp.blogspot.com/-VbNxcFXx654/T2Gttah9R9I/AAAAAAAAAF0/FxJ0P75petk/s320/pelabuhan.jpg
Gambar 6. Pelabuhan Pontianak

Pembangunan pelabuhan hendaknya memperhatikan aspek lokasi agar pelabuhan dapat berfungsi secara efektif dan tidak mengancam lahan sekitar. Misalnya pembangunan pelabuhan Indonesia cabang Pontianak yang dibangun di tepi sungai yang dapat menyebabkan pendangkalan yang disebabkan oleh erosi daerah hulu dan juga pelabuhan Tanjung Api-api yang ada di Provinsi Sumatera Selatan mengakibatkan rusaknya hutan bakau (mangrove) dan hutan nipah, ancaman kepunahan sejumlah satwa langka, serta merusak perkebunan kelapa milik penduduk. 
4.     Penambangan Pasir
Penambangan pasir termasuk ke dalam lahan antropogenik karena aktivitas tersebut merubah bentuk lahan yang berbukit. Selain itu penambangan pasir juga dapat mengakibatkan erosi dan sedimentasi serta menurunkan keanekaragaman flora dan fauna.
http://4.bp.blogspot.com/-tMzxBMAa918/T2GtxwWRriI/AAAAAAAAAGM/wosyL1yE82A/s320/tambang+pasir.jpg
Gambar 7. Aktivitas Penambangan Pasir

Misalnya Bukit Ngoro yang terletak di sekitar daerah perbukitan dan patahan Watukosek Mojokerto. Bukit ini merupakan bukit dari bentuk lahan asal struktural yang kemudian telah mengalami degradasi akibat aktivitas masyarakat sekitar yaitu adanya penambangan pasir dan pengambilan material yang dimanfaatkan sebagai tanggul lumpur lapindo Sidoarjo. 








5. Kota
Kota
https://encrypted-tbn3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRx1IRj4WzbsBv8Wo65T-8HlljxZLbmoOmyDMUcwHNg_XPirOyr


6. Taman
https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcS0UJCgh5nVa8SGGeUkqI8zYv1gGiDPGHf9WvJLzvEFeZ__F7bvLQ
https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTWfwgyHjDmsl_dBD4cqd-OB5WRRRbJjxJx9F1EQl8_XohyXqpH

7. Kanal
https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSt3pNIorF-tWdFvjz8sddlq_6sshcHvZFalad3jnVwz3Vo4GsL

8. Sawah
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCBI-X5PRP9RIVYHis5xB7U0lWxw9Yk7TzwB5ZuUp3GpgDagww60v1UAvWnefJOnSFqHfXNCchSThSlGDPvbSMj264mP9Mb8RC8DGtaUjr0KO-l1pe8EqifOIsJ0fRszqQ4pe6LuWAIm4C/s1600/Daerah+pegunungan.jpg



BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Bentuklahan adalah bagian dari permukaan bumi yang memiliki bentuk topografiskhas, akibat pengaruh kuat dari proses alam dan struktur geologis pada material batuan dalam ruang dan waktu kronologis tertentu.
Verstappen (1983) telah mengklasifikasi bentuklahan berdasarkan genesisnya menjadisepuluh klas utama. Kesepuluh klas bentuklahan utama itu adalah sebagai berikut :
1.      Bentuklahan asal structural
2.      Bentuklahan asal vulkanik 
3.      Bentuklahan asal denudasional
4.      Bentuklahan asal fluvial
5.      Bentuklahan asal marine
6.      Bentuklahan asal glacial
7.      Bentuklahan asal Aeolian
8.      Bentuklahan asal solusional (pelarutan)
9.      Bentuklahan asal organik 
10.  Bentuklahan asal antropogenik.
B. Saran
Dalam makalah ini tentunya masih banyak kekurangan penjelasan tentang batuan sedimen. Untuk itu bagi pembaca agar mencari literatur yang lebih lengkap.Untuk mahasiswa agar kiranya pembuatan makalah seperti kami sebaiknya menyiapkan prossedur data yang lengkap sesuai permintaan dosen, supaya hasilnya memuaskan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar