PEMAMFAATAN KAWASAN HUTAN MANGROVE DI PULAU X
UNTUK KEGIATAN EKOWISATA
A. SEKILAS MENGENAI KONDISI MANGROVE DI PULAU X
Salah satu bentuk kegiatan wisata alam yang berkembang saat ini adalah ekowisata. Ekowisata lebih populer dan banyak dipergunakan dibandingkan dengan terjemahan yang seharusnya yaitu ecotourism yaitu ekoturisme. Menurut Fandeli dan Mukhlison (2000), pengertian tentang ekowisata mengalami pengertian dari waktu ke waktu. Namun pada hakikatnya ekowisata dapat diartikan sebagai bentuk wisata yang bertanggung jawab terhadap kelestarian area yang masih alami, memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya bagi masyarakat. Ekowisata merupakan suatu bentuk wisata yang sangat erat dengan prinsip konservasi. Bahkan dalam pengembangan ekowisata juga menggunakan strategi konservasi. Dengan demikian ekowisata sangat tepat dan berdaya guna dalam mempertahankan keutuhan dan keaslian ekosistem di areal yang masih alami. Bahkan dengan ekowisata, kelestarian alam dapat ditingkatkan kualitasnya.
Pulau X adalah suatu kawasan hutan mangrove yang dengan luas 500 Ha. Dengan panorama alam indah serta flora dan fauna yang beraneka ragam, pulau X sudah seharusnya dijadikan cagar alam agar dapat dilestarikan. Pulau X merupakan sebuah pulau kecil yang langsung menghadap Samudra F di satu sisi dan menghadap ke pulau W di sisi lainya membuat pulau X terletak pada posisi yang unik, di satu sisi kita bisa melihat ganasnya ombak Samudra F, di sisi lain kita bisa melihat Pulau W yang dipisahkan oleh air laut yang tenang. Selain letaknya yang unik dan strategis dan unik, Pulau X juga menyinpan kekayaan alam yang beragam. Mulai dari kawasan pantai sampai danau air tawar semua terdapat di dalam Pulau yang hanya seluas 877 Ha.
Pulau X sebagai salah satu wilayah wisata yang menarik tidak hanya dikenal secara nasional, namun juga dikenal kiprahnya di dunia internasional. Bahkan beberapa website travelling rujukan dunia (www.travbuddy.com, www.planetmole.org, www.prlog.org, www.lomography.com. www.travelersfortravelers.com, www.wikimapia.org, etc) telah melansir Pulau X sebagai tempat wisata alam yang layak untuk dikunjungi.
Tingginya ekspektasi wisatawan domestik dan internasional untuk dapat menikmati wisata bahari yang diberikkan oleh Pulau X tentu harus didukung dengan support pemerintah yang lebih besar untuk menawarkan sebuah grand design dan kebijakan yang tepat dan berkelanjutan demi terjaganya keindahan ekowisata alam Pulau X. Namun sebelum masuk pada tataran kebijakan atau policy maka akan disampaikan kondisi existing Ekowisata di pulau X dengan beberapa kriteria yang digunakan oleh Gunn dalam Damanik dan Weber (2006).
Seca r a umum Pulau X men yimpan kekayaan alam yan g san gat men ar ik untuk dikembangkan sebagai wilayah Ekowisata. Ada banyak faktor yang memperkuat mengapa wilayah ini relatif lebih terjaga dari masalah kerusakan alam, antara lain:
• Masyarakat sekitar masih resisten untuk menjadikan kawasan ini sebagai kawasan wisata konvensional seperti pembangunan Hotel, Resort dan pembangunan lainnya. Hal ini menjadikan wilayah Pulau X tetap terjaga keasliannya.
• Akses masuk untuk menikmati keindahan Pulau X tidaklah mudah untuk dilalui, dimana wisatawan harus melintasi wilayah hutan dengan berjalan kaki selama kurang lebih 2 jam.
• Wilayah Pulau X masih menjadi program konservasi dan cagar alam pemerintah sehingga kekayaan alam didalamnya juga dilindungi oleh Pemerintah.
Dengan kekuatan ini maka pengembangan wilayah Pulau X sebagai tempat wisata sudah selayaknya dilakukkan oleh pemerintah, dengan tetap mempertahankan aspek kemasyarakatan, lingkungan dan ekonomi.
Dalam konteks ini kekuatan atau kelebihan yang dimiliki oleh Pulau X, antara lain:
pertama, Kekayaan alam yang masih alami dan natural. Dalam hal ini wisatawan dapat menikmati berbagai macam pengalaman petualangan yang menarik mulai dari penyeberangan, pelintasan hutan hingga sampai di Lokasi. Di mulai dari penyebrangan menggunakan perahu nelayan tradisional, wisatawan dapat menikmati pemandangan laut dan aktivitas nelayan. Perjalanan ini ditempuh selama kurang lebih 15 menit. Selanjutnya perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki melintasi hutan selama 2 jam. Wilayah yang masih tanah, berbatuan dan karang mewarnai perjalanan wisata hutan yang sangat menarik. Dalam perjalanan terakhir sebelum sampai di “S”, wisatawan harus merayap di karang-karang selama 15 menit. Sebuah perjalanan adventure yang menarik dan sedikit berbahaya karena melewati tebing-tebing yang cukup curam. Terakhir, perjalanan sampai di “S” sebuah tempat yang eksotis dimana wisatawan dapat menikmati sebuah pantai yang indah yang bersebalahan dengan lautan lepas, dan dibatasi oleh karang yang besar.
Selain kekayaan alami yang ditawarkan di Pulau X, wisatawan juga dapat menikmati kehidupan nelayan yang sangat unik dan tradisional. Di tempat ini wisatawan dapat melihat bagaimana aktivitas nelayan, mulai dari pencarian ikan, pelelangan ikan hingga wisata kuliner hasil tangkapan nelayan. Hal inilah yang dapat menjadi daya tarik wisatawan untuk dapat menikmati wisata bahari yang lengkap di Pulau X.
Namun terlepas dari kekuatan yang ada di wilayah Pulau X sebagai tempat Ekowisata, terdapat juga kelemahan-kelemahan yang menjadi hambatan wilayah ini untuk maju. Permasalahan- permasalahan yang ada antara lain: Pertama, Jarak lokasi Pulau Sempu dari Kota M menjadikan wilayah ini masih belum menjadi pilihan utama wisatawan regional di wilayah M. Selain itu jalan yang berliku dan jauh menjadikan wisata ke Pulau X membutuhkan effort yang cukup besar.
Kedua, patut difahami bahwa kondisi infrastruktur dan fasilitas di sekitar Pulau X masih belum memadai. Hal ini dapat dilihat dari jalan-jalan sebagian masih rusak. Selain itu kondisi infrastruktur seperti WC umum juga masih belum memadai dan sangat buruk, menjadikan tempat ini kurang lengkap untuk mendukung kebutuhan dasar wisatawan.
Ketiga, peran pemerintah dan masyarakat untuk mengembangkan wilayah Pulau X sebagai lokasi Ekowisata belum sepenuhnya berhasil. Hal ini dilihat dari belum adanya program khusus untuk mengembangkan wilayah kawasan ini menjadi lebih bernilai dan berbobot. Bahkan promosi gencar atas wilayah ini hanya dilakukkan oleh perusahaan-perusahaan travel domestic dan mancanegara, tanpa melibatkan pemerintah sebagai stakeholder terbesar. Selain itu masyarakat di wilayah ini hanya dominan berpartisipasi dalam pengantaran wisatawan dengan perahu ke lokasi Pulau X, dan belum terbentuk untuk menjadi masyarakat wisata yang aktif.
Keempat, Pemerintah masih belum melakukkan upaya konservasi dan penjagaan wilayah ini dengan ketat. Hal ini dapat dilihat dari belum adanya upaya penegakkan hukum bagi wisatawan yang melakukan upaya perusakan alam, seperti: membuang sampah sembarangan dll.
Berangkat dari kelemahan dan kekuatan yang ada, pihak pemerintah lokal dan masyarakat selayaknya dapat mengembangkan wilayah ini untuk dapat mengambil peluang dan mengantisipasi ancaman yang mungkin muncul. Peluang wilayah Ekowisata sebagai pilihan wisata yang menarik dapat dilihat dari besarnya animo masyarakat J untuk menikmati pilihan wisata yang berbeda dari biasanya, baik untuk kebutuhan outbond, training hingga edukasi. Selanjutnya wilayah Kota M yang populer seharusnya dapat menjadikan Pulau X sebagai peluang wisata bagi siswa maupun mahasiswa, karena jenis wisata ini sangat digemari oleh kaum muda. Meski begitu, ancaman yang ada pun juga harus dapat diantisipasi dengan baik oleh pemerintah lokal dan masyarakat, karena dengan semakin berkembangnya wilayah ini sebagai wilayah wisata akan menimbulkan kerusakan alam yang serius jika tidak ditangani dan diawasi dengan ketat.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas maka perumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa saja implikasi pemanfaatan dari Kawasan Konservasi Hutan Mangrove pulau X sebagai objek ekowisata terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya?
2. Berapa besar peluang Hutan Mangrove di pulau X sebagai objek ekowisata?
3. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas pengunjung mendatangi Kawasan Konservasi Hutan Mangrove di pulau X?
C. ADAPUN TARGET YANG INGIN DI CAPAI YAITU:
C. ADAPUN TARGET YANG INGIN DI CAPAI YAITU:
1. Dari Segi Sosial
Kawasan Konservasi Hutan Mangrove pulau X yang kurang mendapat perhatian akan saya kembangkan untuk berbagai kepentingan. Yang paling menonjol adalah sebagai obyek ekowisata atau wisata alam, untuk wahana pendidikan lingkungan hidup, untuk penelitian disamping fungsi ekonomis dan ekologis lingkungan pesisir laut.
Sebagai obyek ekowisata, kawasan ini akan menjadi alternatif utama baik bagi masyarakat maupun para wisatawan dari luar pulau X. Masyarakat yang mengunjungi kawasan ekowisata ini dapat memperoleh kenyamanan dan kesenangan karena kondisi hutan mangrove yang disajikan masih asri dan alami.
Selain sebagai obyek ekowisata, Kawasan Konservasi Hutan Mangrove pulau X akan dimanfaatkan sebagai tempat pendidikan dan penelitian dimana para guru dan anak didik dari Tingkat Taman Kanak-Kanak sampai Sekolah Menengah Atas bahkan mahasiswa dari Perguruan Tinggi yang ada telah secara aktif memanfaatkan kawasan ini untuk belajar memahami dan mencintai lingkungan hidup dan melakukan penelitian. Sehingga secara langsung memberikan manfaat berupa pengetahuan baru kepada masyarakat mengenai kawasan ekowisata ini.
Mangrove juga mempunyai peran penting sebagai pelindung pantai dari hempasan gelombang air laut. Oleh karena itu, keberadaan dan kelestarian hutan mangrove sangatlah penting untuk kesejahteraan masyarakat sekitarnya.
2. Dari Segi Ekonomi
Adanya kawasan ekowisata mangrove ini secara tidak langsung berimplikasi terhadap kondisi sosian dan ekonomi masyarakat sekitarnya. Dari segi ekonomi, dapat memberikan tambahan pemasukan untuk pihak pengelola kawasan ekowisata ini yang secara kreatif membaca peluang untuk menciptakan mata pencaharian alternative. Pihak pengelola kawasan ekowisata ini menjual berbagai macam produk-produk souvenir yang berhubungan dengan kawasan ekowisata ini yang dapat dijadikan buah tangan oleh pengunjung. Produk-produk souvenir yang ditawarkan beraneka macam, mulai dari gantungan kunci, kaos, asbak rokok, bingkai photo, hingga miniature hewan khas kawasan mangrove ini yaitu bekantan. Produk-produk souvenir yang ditawarkan harganya bervariasi mulai dari Rp10.000,00 sampai dengan Rp500.000,00.
Jika saya dan pemerintah pulau X bersama masyarakat berhasil mengembangkan kawasan ekowisata hutan mangrove ini, maka akan memberikan manfaat berupa kelestarian sumberdaya hutan mangrove ini tetap terjaga dan kesejahteraan masyarakat meningkat.
D. PIHAK-PIHAK YANG AKAN DI AJAK TERLIBAT
1. Investor, sebagai penyandang dana dalam proyek, sebagai stagholder, saya sangat membutuhkan dana yang cukup banyak untuk pengembangan kawasan ini.
2. Dinas Pariwisata, dinas pariwisata disini sangat saya butuhkan dimana saya sebagai stegholder sangat membutuhkan untuk mempromosikan tempat ini.
3. Pemerintah Daerah, sebagai penyedia izin, dan pendukung pengembangan ekowisata
4. Mahasiswa Pecinta Alam/ LSM, melakukkan program konservasi secara berkala. Peningkatan upaya konservasi di wilayah Pulau X selain dapat dilakukkan oleh pemerintah lokal juga dapat dikoordinasikan dengan unit-unit aktivitas mahasiswa Pecinta Alam dari berbagai perguruan tinggi. Hal ini dapat dilakukkan dengan terus melakukkan aktivitas-aktivitas yang ramah dengan lingkungan, seperti menjaga cagar alam dan kebersihan serta melakukkan pengawasan atau pemanduan terhadap wisatawan-wisatawan yang datang. Dimana mereka dapat membantu saya dalam hal pengawasan serta pengembangan kawasan ekowisata ini
5. Masyarakat lokal, dapat berperan sebagai penyedia jasa penyebrangan, pemandu wisata dll . Mereka sangat membantu saya dalam hal pelayanan jasa.
6. Swasta, pengembangan pembangunan MCK, serta sarana prasana utama dan pendukung, di dalam pengembangan ekowisata, dibutuhkan kontraktor untuk melakukan pembangunan sarana prasarana.
MATRIKS HUBUNGAN KEPENTINGAN
Investor
|
Dinas pariwisata
|
Mahasiswa Pecinta Alam/ LSM
|
Masyarakat lokal
|
Swasta
|
Pemerintah
daerah
| |
Investor
|
X
|
X
|
XX
|
XXX
|
XX
| |
Dinas pariwisata
|
X
|
X
|
X
|
X
|
XX
| |
Mahasiswa Pecinta Alam/ LSM
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
| |
Masyarakat lokal
|
XX
|
X
|
X
|
X
|
XX
| |
Swasta
|
XXX
|
X
|
X
|
X
|
X
| |
Pemerintah
daerah
|
XX
|
XX
|
X
|
XX
|
X
|
Keterangan: X = Tidak Terlalu penting
XX = Penting
XXX = Sangat penting
Daftar referensi
Sudiarta, Made. 2006. Ekowisata Hutan Mangrove : Wahana Pelestarian Alam dan Pendidikan Lingkunga Manajemen Pariwisata Vol. 5 (1), pp. 1-25. Politeknik
Negeri Bali. Bali
Harahab, Nuddin. 2010. Penilaian Ekonomi Ekosistem Hutan Mangrove dan Aplikasinya dalam Perencanaan Wilayah Pesisir. Graha Ilmu. Yogyakarta
https://www.google.com/search?q=logo+ekowisata+ bali (diakses tanggal 27 MARET 2015)